🎶Now playing ~ Talk To Me_Red Velvet🎶
<><><><><>
"Anyeonghaseo chef." Seorang pelayan terlihat menyapa Irene dengan ramah saat ia melewatinya. Ia hanya tersenyum menanggapinya.
Tidak seperti biasanya. Jika ada seseorang yang menyapanya, ia akan sedikit membungkuk dan menyapanya kembali. Tapi tidak dengan sekarang. Suasana hatinya sedang sangat buruk hari ini.
Para pelayan dan chef lainnya disanapun, heran dengan tingkah Irene yang tidak seperti biasanya. Terutama Seulgi yang selalu bersamanya, keheranan dengan sahabatnya itu. Banyak pertanyaan dipikiran Seulgi sekarang saat melihat Irene hanya fokus dengan kegiatan memasaknya, tanpa menghiraukan yang lain.
Seulgi ingin menanyakan keadaan Irene sekarang. Tapi, dengan cepat ia urungkan saat Irene hanya menatapnya datar tanpa senyuman yang selalu terpahat di wajah cantiknya setiap hari. Sungguh, hal ini membuat Seulgi kebingungan dengannya.
"Psst...Seulgi." Panggil Wendy, sedikit berbisik pada wanita monolid itu.
Seulgi langsung menoleh, "Apa?" Tanya Seulgi sembari berbisik juga.
Wendy sedikit mendekatkan dirinya ke samping tubuh Seulgi, dan menyenggolnya pelan. Setelah itu, ia mendekatkan bibirnya ke telinga Seulgi untuk membisikan sesuatu.
"Ada apa dengannya?" Bisik Wendy yang sama-sama keheranan dengan Irene.
"Aku tidak tahu." Jawab Seulgi sambil mengedikan bahunya.
Wendy memutar bola matanya malas. Dia pikir Seulgi tahu dengan keadaan Irene sekarang, secara ia selalu bersamanya saat bekerja. Sudah seperti asisten koki. Kemudian Wendy langsung menjauhkan tubuhnya dari Seulgi dan kembali fokus memotong bahan makanan.
"Joy, ini pesanan meja nomor 25." Seru Irene saat Joy masuk ke dapur untuk mengambil pesanan.
"Iya Chef." Joy langsung pergi untuk mengantarkan makanannya tersebut.
Ia berjalan menuju meja yang dimaksud Irene barusan, sambil berpikir sesuatu. Tingkah Irene membuat dirinya merasa aneh. Irene yang biasanya berbicara dengan ramah, kini ia merasakan kalau tadi Irene berbicara sedikit dingin padanya.
"Apa dia sakit?" Gumam Joy dan langsung ia tepis pikiran buruknya itu. Kemudian ia kembali fokus berjalan lagi.
<><><><><>
Sehun dan Suho sedang terduduk di depan restoran. Mereka sedang membahas soal pekerjaannya. Suho sangat fokus menatap layar macbook yang Sehun berikan padanya. Ia sedang meneliti dan mengamati setiap gambar dari foto tersebut.
Sehun hanya diam memperhatikan sahabatnya itu yang sangat fokus menatap layar macbooknya. Suho tengah memilih gambar yang pas untuk ia jadikan dekorasi pesta ulang tahun pelanggannya direstorannya.
Kalau soal memilih sesuatu, Suho sangat buruk akan hal itu. Ia selalu bingung untuk memilih mana yang bagus untuknya. Jika Suho sengaja diberi pilihan, ia akan sulit untuk memilih barang tersebut. Ia lebih memilih semuanya, dibandingkan ia harus pusing-pusing karenanya.
Sehun sangat geram dengan pria di depannya ini. Gimana tidak geram coba? Butuh waktu 1 jam untuk Suho yang hanya melihat-lihat sebuah dekorasi yang dia berikan. Padahal tinggal pilih satu saja, sudah, selesaikan.
Dari tadi ia hanya melihat Suho menggeser ke kiri dan kanan macbooknya. Itu hanya dua gambar sebagai contoh yang ia berikan padanya loh. Bagaimana kalau ia memberikan banyak gambar tersebut? Bisa-bisa Seharian atau seminggu ia hanya menatap tangan Suho yang bergerak ke kanan dan kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Life
Fanfiction[ON GOING] **Bae Irene seorang executive chef disebuah restoran terkenal milik suaminya sendiri yaitu Kim Suho, ingin mencari kebenaran tentang sebuah rahasia besar yang disembunyikan oleh suaminya. Kehidupan yang semulanya bahagia harus berantakan...