chap 2

21 3 0
                                    


______________________________________

R to R
______________________________________






























































































Covid masih itu merupakan kenyataan namun jika benar keadaan yang saat ini terjadi karena kesalahan orang-orang tidak bertanggung jawab, lalu pada siapa nantinya para pasien akan meminta pengobatan jika tenaga medis mulai banyak yang terkena dampaknya. Banyak orang yang menyepelekan tentang virus tak terlihat ini, kecil dan tak tersentuh akan tetapi berdampak buruk bagi mereka yang bermain dengannya. Puluhan nyawa melayang setiap minggunya bahkan sang ibu sudah gak sanggup buat melakukan perawatan.

Karena covid banyak sekolah yang ditutup dan gak beroperasi namun banyak anak yang merasa senang tetapi sebagian dari mereka mulai merasa bosan ada di rumah lalu merindukan kegiatan sekolah. Seperti yang Ryujin lakukan saat ini. Gadis berambut pendek itu mulai merasa jengah ada di dalam rumahnya yang setiap hari selalu sepi. Menjadi anak bungsu ada kalanya gak enak apalagi kalau perempuan dan itu satu-satunya di antara banyaknya saudara laki-laki, ada saat di mana semua kemauan gadis ini terwujud dan ada saat di mana diri gadis itu merasa gak semua orang di rumahnya berpihak pada pilihannya.

Yuta menarik satu sudut bibirnya naik keangkat mengulas sebuah senyuman tipis. Ryujin menyerapahi suara Haekal yang membuat ikan-ikan kabur, gadis itu kembali menaburkan makanan ikan ke dalam kolam. Ketika ia bosen pur itu diletakan gitu ajh dan membuat sang kakak sulung menggeleng pelan kepalanya, saat melangkah masuk ke dalam rumah ponselnya berdering membuat gadis menghentikan langkahnya.

Ryujin tak berniat buat balas pesan Yemima atau Lian. Gadis memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celana jeans mininya, Ryujin menatap horor Jaelani yang lagi asik bermesraan di dalam dapur. "Gak tau tempat emang," gumamnya, langsung berlalu gitu ajh.

"Adek mau makan apa?" tanya, kak Risla isteri dari Jaelani. Gadis itu tak menyahut, dia malah sibuk dengan yang lain.

Ryujin menyambar jaket navy yang tergantung di sangkutan belakang dapur, lalu meraih kunci motor yang ada diatas nakas. Jaelani yang memerhatikan menukik alis heran kemudian mengikuti langkah sang adik yang lagi berjalan ke garasi mobil. "Mau ngapain?" gadis itu menoleh lalu, mendapati Jaelani lagi menatapnya serius.

"Main,"

"Main ke mana?"

"Ih kakak sibuk banget!" ketus gadis itu yang lagi manasin motornya, Jaelani memutar bola matanya kesal dan berlalu gitu ajh.

Jaelani yang masih berada di dekat pintu garasi langsung berceletuk asal, itu membuat sang adik menggeber motornya dengan kencang. "Mau main apa ketemu Renjun?! Awas ya kalo nemuin Renjun!"

Gadis itu mendelik hendak memekik ditelinga kakaknya yang nomor tiga itu. "Apaan! Kerumah Yemima dibilang mau ketemu sama kakak Injun si," Jaelani memeletkan lidahnya kesal. "Bikin kesal ajh si kak Jaelani," lanjut gadis itu mencibir kakakanya yang udah tak kedengaran suaranya di panca indranya.

R to R

Yemima menunggu dengan bosennya, pun Lian yang lagi main tiktok diponsel Yemima. Hamash lewat bersama satu teman kuliahnya dan ada Renjun pula yang menyusulnya dari belakang, pemuda sibuk mengobrol dengan seorang perempuan cantik. Yemima menatap pemuda cina itu yang terus melangkah keluar bersama rombongan. Gadis itu mengernyit aneh seperti sedang memikirkan sesuatu tapi otaknya gak sampe.

Ryujin berlari ke arah dua temannya lagi sibuk masing-masing entah sedang melakukan apa. "Sorry telat," ujarnya, sembari mengatur nafas. Keduanya mengangguk pelan, Lian memandang wajah Ryujin yang berkeringat.

"Gue tadi liat bang Renjun sama cewek ke sininya." omong Yemima yang mulai memanasi gadis itu.

"Terus apa hubungannya sama gua?"

"Ya kali loe jelous gitu," sahut, Lian yang menolehkan kepalanya sesaat pada perempuan yang menatap mukanya ketus. Ryujin merapatkan bibirnya kemudian kembali mengingat perlakuan cowok itu kemarin malam.

Gadis itu tersenyum masam. Ryujin merutuk kebodohannya yang masih berharap untuk kembali pada Renjun, ia jadi melamunkan hal yang harus tak dirinya lakukan. "Kalian naik gak ke kelas dua?" tanya, anak itu yang tak mau terlalu memikirkan pemuda yang entah sejak kapan masuk ke dalam hidupnya.

"Si bego kita emang kelas dua!"

"Ouh iya, ya,"

"Kebanyakan mikir Renjun si jadi gitu." sindir Lian yang menoyor kepalanya, membuat sang gadis cemberut sebal.

"Kelas dua semester satu ya?" Yemima mengangguk begitu juga dengan Lian. Lian menaruh ponsel Yemima di dekat sang empunya.

Renjun yang mengambil barangnya karena tertinggal menghentikan langkahnya dan menatap gadis itu tanpa Ryujin sadari. Pemuda itu mendengkus dingin lalu kembali melangkahkan kakinya pergi dari sana, gadis itu menoleh ke arah pintu dan merasa dipantau oleh seseorang yang sekarang tengah ia pikirkan. "Wey, bengong ajh si," tegur, Lian yang melihatnya sedang memerhatikan seseorang.

"Hah?!"

"Liatin apasih?" gadis itu menggelengkan kepalanya pelan.

"Nggak, gua kaya liat. Kak Injun tadi." Lian menoleh mengikuti ke arah pandang yang lagi menjadi fokus Ryujin, Lian terus menatapi arah itu hingga sosok Renjun datang jalan keluar rumah.

Lian menggeplak kepala belakang gadis yang duduknya tak jauh dari jendela, gadis itu mengaduh kesakitan dan membalas Lian dengan perlakuan yang sama. "Sakit bajing," keluhnya sembari mengusap kepala belakangannya.

Yemima mendengus liat kelakuan dua temannya yang gak pernah beres, "emang ada bang Renjun. Dia satu kelas sama abang gue, si dower, ya loe kaya gak tau ajh abang gue yang itu kan satu angkatan banget." jelas, Yemima yang bangkit mengambil minum dibelakang rumah. Keduanya beroh ria, Ryujin mengatupkan bibirnya kelu.

Gadis itu melangkah menyusul Yemima yang lagi ada dibelakang, saat di depan ruang tamu keluarga Huang Renjun menahan lengan gadis itu hingga gadisnya pun menghentikan langkahnya. Ryujin menatap lengannya yang masih digenggam oleh Renjun, sedangkan pemuda itu menatap gadis yang berdiri di depannya dengan intens dan dalam. Renjun mendengkus lalu melepaskan cengkeraman tangannya. "Gue ... Sama Priya gak ada apa-apa," Ryujin menatap cowok dengan tertegun, ketika mendengar pernyataan tersebut.

"Aku gak minta penjelasan," lirih gadis itu yang kembali melangkahkan kaki, namun Renjun kembali mencengkeram tangannya.

"Gue tau sih," Renjun jadi kikuk sendiri karena terbiasa saat pacaran dulu, lidahnya jadi mengeluarkan kata-kata itu gitu ajh. "Gue takut loe marah."

"Kak Injun lucu, kita kan mantan. Buat apa aku marah, lagipula kakak bebas buat deket sama siapa ajh." Ryujin melangkah pergi, tiba-tiba hati pemuda itu jadi sesak saat dengar penuturan Ryujin barusan.

Ryujin kini tak mau berharap banyak pada Renjun, mengingat sekarang cowok itu punya orang lain. Kalo boleh jujur, keduanya sama gak bisa move on, apalagi Ryujin yang tiap malam dinyanyi mulu sama cowok itu. Renjun berbalik meninggalkan ruangan itu, sedangkan Ryujin masih stuck dalam posisi memerhatikan pemuda yang kian menjauh darinya.

"Gue gak pernah nganggep loe mantan," gumam, pemuda cina itu pelan. Sehingga hanya ia yang dapat mendengar. Bukan Ryujin cemburu sama mantan yang itu. Bukan. Agak gak wajar ajh setelah sekian lama, Priya mendekati Renjun lagi, dan kenapa juga gadis itu harus terlihat tidak suka dan mendengar penjelasan cowok cina itu.





































_____________________________________

Continue....
_____________________________________

_____________________________________

Click ⭐ vote
commendnya 💬
_____________________________________

R To RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang