38

2.3K 342 48
                                    

KEDUA mataku tak sengaja melihat kantung celana Myungsoo yang menggelembung seperti ada sebuah benda yang disimpan di dalam sana. Aku menarik tanganku yang sejak tadi aktif 'memainkan' adik Myungsoo dan melepaskan ciuman kami.

"Kenapa kau berhenti?" tanya Myungsoo dengan suara parau dan setengah menggerutu. Aku tahu dia sudah berada dipuncak terlihat bagaimana adiknya yang sudah mengembang membuat celana yang ia pakai semakin mengetat, tapi ini ada hal lain yang lebih penting.

"Apa itu?" tunjukku pada saku celana Myungsoo sambil menatapnya.

Ia melihat arah jari telunjukku, kemudian mengeluarkan sesuatu itu dari dalam sakunya. Kulihat adalah sebuah kotak bludru hitam ukuran medium dengan logo merek toko berlian ternama. Senyumku menggembang dan langsung mengambil kotak bludru hitam itu, kemudian membukanya.

"Cantik sekali..."

"Kau lebih cantik."

Aku menatap Myungsoo. "Aku tahu."

"Ini untukku kan?" tanyaku, lalu kembali bersuara. "Tentu saja, untuk siapa lagi."

"Hei, kita lanjutkan dulu yang tadi..."

Aku tidak memerdulikan, tanganku meraih kalung berlian itu sambil tersenyum lebar. Aku senang yang berkilau-berkilau seperti ini. Sungguh. Kubawa kedua telapak kakiku menyentuh ubin, aku hendak ingin ke depan cermin untuk mencoba kalung berlian baruku, namun suara Myungsoo kembali terdengar. Dengan parau dan mendesah frustasi. "Suzy..."

"Apa?"

"Kau harus menyelesaikan ini dulu, aku tidak bisa digantung seperti ini."

"Besok saja."

"Aku bisa membelikanmu sepuluh lagi, ayo selesaikan dulu."

Aku menatapnya. "Tidak, aku tidak matre, aku hanya butuh satu saja. Sepuluh yang lain dengan benda yang lain." Ucapku, mengusap pelan pipi Myungsoo sebelum meninggalkannya masuk ke dalam kamar menuju meja riasku.



***

"Terima kasih atas kerja keras kalian hari ini..." ucap sutradara kepada para pemain dan kru yang bertugas untuk dramaku.

Aku tidak—atau belum—mengatakan dan mengumumkan apapun secara resmi kalau ini adalah drama terakhirku sebelum aku pensiun dari industri ini. Menurut agensiku, nanti saja ketika prescon drama yang disetujui oleh sutradara dan produser dari drama ini.

Tidak ada yang tahu kalau—

"Suzy-ssi..."

Aku menoleh, tetap membiarkan timku melepas aksesoris milik sponsor yang kupakai, kedua mataku menatap siapa yang memanggil. Seorang pria dengan senyuman kikuknya.

"Ya?"

"Kau ada acara malam ini?" tanyanya padaku. Aku mengangkat alis, dan ia kembali menambahkan. "begini, aku dan timku berencana mentraktir seluruh kru produksi drama untuk makan-makan. Apakah kau dan tim-mu bisa ikut?" jelasnya.

Oh my god, makan gratis. Jujur, aku rindu memanjakan perutku setelah berdiet seperti orang gila belakangan ini. Tentu saja tidak akan kutolak. Aku menatap Gun dan 2 orang lainnya. "Bagaimana, kalian mau?"

"Kami ikut unnie saja." jawab Gun. "Tapi, unnie, bukannya kau dilarang—" kalimat Gun berhenti saat kupelototi. Tolonglah, jangan bahas kalau aku dilarang makan. Tidak adil, lagipula kalau ada yang mentraktir kan tidak boleh ditolak. Bukan begitu?

Kutatap Jeno, dan tersenyum. "Tentu saja, kami akan ikut."

Jeno senang untuk alasan yang tidak kuketahui, setelah menyebutkan alamat resto dia berbalik kembali kepada timnya. Aku mengangkat kedua bahu pelan, lalu menatap cermin di depanku sambil membenarkan rambut. "Ponselku dimana?"

The Celebrity And Her Perfect Match | MYUNGZY COUPLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang