Senja, ya? Hangat sekali. Sorot jingga yang berasal dari ufuk barat terasa menampar keras, terlalu terang sampai rasanya ia ingin menghindari titik pastinya. Namun, kepalang terikat—atau lebih tepatnya ia sedang mengikatkan diri pada belenggu mimpi buruk milik pria yang tengah terduduk di sebelahnya kini, jadi percuma saja jika harus tetap menghindar.
Toh, pria itu malah menahan tubuhnya dengan membiarkan pelipisnya sendiri terjatuh bersandar pada sebuah pundak yang juga tengah dirundungi kerapuhan. Apalagi, ketika Youra mampu merasakan betapa kerasnya genggaman jemari itu yang merengkuh seluruh jemarinya. Haduh, tidak bisakah ia pulang saja? Sudah hampir petang. Bukankah ia harus kembali ke rumah. Lagi pula, kampus juga terlihat semakin kosong.
"Ah, Yoon—tidak, maksudku Sunbae, bisakah—"
"Sebentar."
Bukan, bukan karena senja, atau bahkan kampus yang sepi, tapi semua ini karena jantungnya yang enggan berinisiatif untuk memelankan debarannya. Jadi, ia ingin sekali pulang, agar setidaknya pria ini tidak mendapatkan suara keras yang berasa dari dalam dadanya. Sungguh, luar biasa penyiksaan menyebalkan di sini.
Youra berusaha mengigit bibir dalamnya, alih-alih menahan rasa khawatir terhadap dirinya sendiri. Tubuhnya yang terduduk mematung, semakin membeku kilat kala Yoongi semakin mengenggam penuh jemarinya. Aneh. Terasa dingin. Kulitnya yang putih, malah terlihat pucat.
Youra lantas meliriknya. "Kau mual?"
Sayangnya, orang itu malah terdiam, sembari memejamkan kedua matanya. Barangkali tertidur, tapi juga tidak mungkin. Dan dia berkeringat. Benar saja, dia sedang menahan gejolak sesaknya yang begitu teramat ingin.
Youra menghela napas, ia berangsur membalas genggaman yang sedari tadi berada melingkar di jemarinya. Pandangannya menarik prihatin pada senja yang semakin tenggelam ditelan tikungan waktu.
"Tidak apa-apa. Jangan menahannya. Kalau kau ingin membuangnya di sini, aku tidak masalah. Lakukan saja. Kau sudah berusaha dengan keras, Sunbae."
Ya, entah seperti apa ukuran bagi 'usaha yang keras.' Namun, Youra hanya menemukan sebongkah raga yang lelah karena menghabiskan banyak usaha terhadap dirinya yang kelimpungan. Youra sekadar ingin menurunkan tekanan tinggi tersebut, setidaknya pria di sana tidak perlu beratraksi terhadap sesuatu yang akan mempersulit hidupnya. Seperti misalnya, menahan jelanak.
"Aku jadi merindukan seperti apa rasanya dicintai dan mencintai tanpa ada perasaan takut untuk terluka. Aku ingin merasakannya lagi."
Youra agak terkejut ketika bariton pria di sebelahnya terdengar bercuap susah payah. Ia sejenak memperhatikan betapa hangatnya sentuhan yang menarik ringan terhadap jemarinya. Perlahan, ia sadari jika Yoongi lantas melonggarkan genggamannya. Sedikit menaruh harap, jika pria itu telah kembali dalam keadaan yang normal.
Teringat akan keluhan yang sempat menggema ruah, Youra pikir Yoongi sedang mengenang kembali dunianya yang pernah runtuh satu kali. Entahlah. Mungkinkah jika Yoongi yang memilih untuk berpisah karena Lyra yang menyakitinya? Kesalahan apa yang sudah wanita itu perbuat sehingga membuat Yoongi teramat sangat tidak bisa jatuh cinta kembali. Mendengarnya bercerita dengan mengumbar sayatan kecil tersebut, membuat Youra tanpa sadar berkeinginan untuk melindunginya walau hanya beberapa detik saja.
Hanya beberapa detik saja.
Salah satu tangannya lantas bergerak meraih kekuatan untuk memberanikan diri mengusap hangat kepala pria itu dengan lembut. Perlahan. Sedikit demi sedikit. Setidaknya Youra bisa menghantarkan arus pertahanan hidupnya walau sekadar satu tetes kepada pemilik daya yang hampir habis kini. Bahkan dia sudah terlihat takut dan waspada.
KAMU SEDANG MEMBACA
(REVISI DULU) Sequoia || Min Yoongi Fanfiction ✔
Fiksi Penggemar(PROSES REVISI-END) Semua orang mengatakan bahwa masa lalu adalah sebuah sejarah yang berbeda tentang hari ini. Namun, bagi Yoongi semua waktu adalah sama. Mencintai dimasa lalu, bukan berarti harus mencintai dimasa sekarang. Perceraian yang terjadi...