Sayup-sayup Delia mendengar suara beberapa orang sedang mengobrol. Sengaja Delia tak membuka mata terlebih dahulu. Dia masih mencoba untuk berfikir keras, apakah dia sedang bermimpi atau tidak. Dan juga, kenyataan yang begitu menganehkan sedang terjadi, sebelum Delia kembali tak sadarkan diri.
Kenyataan pertama, dia berada di rumah sakit. Padahal yang ia ketahui, dia sedang tidak terluka atau sedang kecelakaan. Yang terakhir dia ingat adalah, dia sedang pulang dari proses interview.
Kedua...
Kata dokter, pria yang sedang menatapnya kala itu adalah suaminya. Sejak kapan dia menikah? Lagian juga Delia tidak mengenal siapa pria itu sebenarnya.
Bagaimana mungkin dia sudah menikah.
Jantung Delia berdegub kencang, tubuhnya kaku, bersedih, khawatir, segala rasa yang kini menderanya, karena begitu ia membuka mata maka keanehan kembali terjadi. Delia belum siap mendapat pertanyaan banyak dari semua orang. Apalagi sang ibu dan adiknya, apakah mereka berdua mengetahui jika Delia sedang berada di rumah sakit? Entah lah, Delia belum dapat berfikir banyak. Karena di depannya saat ini, ia sedang di hadapkan dengan kejadian yang mengharuskan ia segera mengklarifikasi.
Dia bukan istri pria itu. Ini yang harus Delia di awal jelaskan.
Tanpa Delia sadari, ketika ia sedang bermain dengan pikirannya. Meski mata terpejam, rupanya pria yang duduk di samping ranjang sejak tadi memandang wajahnya, menyadari jika kelopak mata Delia bergerak-gerak.
"Dia sadar... Nin, panggilin dokter sekarang." Mati gue. Batin Delia sesaat. Apa ia ketahuan kalo sudah tersadar? Delia mendengar suara berserak dari pria itu. Menyebut nama yang juga asing di dengar oleh Delia. Nin? Nin siapa? Batin Delia sesaat.
"Iya... iya" suara perempuan juga baru saja terdengar. Apakah dia yang bernama Nin? Ahhhh... apa gue buka mata aja sekarang? Pikir Delia dalam hati.
Maka...
Perlahan-lahan, Delia membuka matanya. Keningnya mengernyit, sambil sayup-sayup wajah yang pertama Delia lihat adalah wajah pria yang sama yang terakhir ia tatap sebelum ia tak sadarkan diri.
Pria itu tersenyum...
Uhhh... sepertinya dia udah tua. Pikir Delia, tapi masa iya dia suami Delia? Kan pria itu sudah tua. Lagi-lagi, Delia berbicara dalam hatinya.
"Pa-paman... gu-gue dimana?"
"Haaaaa? Paman?" suara pria lain terdengar, dan langsung mendekat ke pria yang sedang duduk di samping ranjang, yang juga sedang mengernyit kaget mendengar kata yang pertama terucap dari gadis itu. "Kayaknya beneran dia amnesia, Ren" lanjut pria yang berpakaian rapi, sedang memegang bahu pria yang di panggil paman oleh Delia.
"Gak usah banyak mikir, yang penting sekarang kamu sudah sadar." Ujar pria bernama Rendy.
"Uhhh... sakit." Ujar Delia sambil ingin memegang kepala. Namun tertahan oleh Rendy, karena tangan gadis itu sedang terinfus.bbb
"Jangan bergerak dulu..." kata Rendy.
"Pa-paman siapa?"
"Hahahahaha, sorry bro gue ketawa dulu..." kata pria satunya sambil tertawa lepas. "Bujug... setua itu kah sohib gue, sampai loe manggil dia paman?"
"Stttt..berisik" ujar Rendy menyuruh Arman sahabatnya itu untuk diam.
"Hehehe... wokeh"
Lalu-
Terdengar suara pintu terbuka. Ketiganya menoleh bersamaan, seorang gadis cantik masuk di temani dua orang pria dan wanita berpakaian putih. Dokter dan suster rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not A Foreign
RomanceKetika dia di hadapkan pada situasi yang bahkan siapapun tak akan pernah memikirkan akan kejadian tersebut. Namun... Kebahagiaan itu hanya seumur jagung saja, dan siapa yang sangka... Semua kebahagiaan yang ia miliki, berubah menjadi mimpi buruknya.