A Flashback

435 43 81
                                    


Author Note:  Seperti biasa makasih buat siapapun yang mampir ke sini, semoga suka~

Warning: Chapter ini lagi-lagi cukup sensitif, ada kasus pelecehan yang tidak terselesaikan dengan baik, terus ada juga agama tertentu yang disebut. Bukan maksud Jean untuk melecehkan agama yg diimplikasikan di sini. FYI, agama tersebut sampai saat ini juga tidak mengizinkan pernikahan sejenis. Tolong dimaklumkan ya, halunya Jean seperti ini jadi jangan tersinggung~ Semua semata-mata untuk kebutuhan plot.

Special thanks buat AriesDestine yang dengan baik hati mau direcoki dengan plot tidak bermutu Jean, sampai subuh pula! Love you Kades <3 


*******


Kediaman Keluarga Wang - Kamar Utama - Jam 5 Pagi


Haikuan membuka matanya ketika lelap mulai meninggalkannya, dirasakannya dirinya berada dalam pelukan posesif suaminya. Bukanlah sesuatu yang aneh, Yi Zhounya selalu memeluknya erat ketika tidur. Tetapi, disaat kesadarannya mulai kembali, ingatannya akan kejadian semalam membombardir otaknya. Semuanya disertai dengan perih di sekujur tubuhnya, dan nyeri mendalam di hatinya.

Tak ayal kepingan ingatan yang sudah lama terkubur tercabik keluar. Haikuan kira dia sudah cukup mengalami derita ketika masih remaja. Dia beranggapan bahwa ketakutannya pada kerumunan adalah satu-satunya yang tersisa dari masa lalunya yang kelam. Sayangnya perkiraannya meleset, saat ini ia bisa merasakannya lagi, rasa jijik ketika tangan-tangan jahat itu dengan cabul menyentuhnya di dalam rumahnya, bahkan di atas tempat tidurnya sendiri.

Pengkhianatan di mana orang yang dia panggil ibu--istri baru ayahnya--menutup mata pada kelakuan tidak senonoh teman-temannya. Wanita itu tetap asyik dengan pesta-pestanya di dalam rumah mereka ketika itu. Ayahnya, yang seharusnya bisa menjadi tempatnya bersandar terlalu sibuk bekerja malah mempercayakan anak semata wayangnya kepada istri barunya yang masih belia. Tidak tahu bahwa kepercayaannya tidak digunakan dengan baik dan malah menghancurkan harga diri putranya sendiri.

Tanpa cinta, tempat mengadu dan bersandar, seorang anak tidak akan berkembang dengan baik. Itulah yang terjadi padanya dulu, sekolahnya berantakan, tak punya teman, krisis identitas---akan menjadi sebuah essay panjang jika dijabarkan. Beruntung sekali Haikuan kecil menemukan kebaikan dalam wujud seorang misionaris paruh baya yang kebetulan bertugas di sekolahnya.

Bruder Raphaël berasal dari Prancis, setiap hari Rabu dia akan mengajar tentang cinta kasih dan bercerita tentang kampung halamannya. Sang bruder yang telah berpengalaman mengajar selama puluhan tahun segera menyadari bahwa salah satu muridnya tertekan. Tak butuh waktu lama untuknya melangkah ekstra dan mengambil Haikuan ke dalam naungannya.

Dari pria paruh baya itu, Haikuan kecil belajar mengampuni dan hidup penuh kasih sesuai dengan teladan sang bruder. Sempat terpikir di benaknya untuk masuk biara mengikuti jejak Bruder Raphaël, akan tetapi hati kecilnya menginginkan hal lain. Ia banyak mendengar tentang Prancis dan betapa indahnya negara itu. Jangan ditanya lagi tentang kue-kuenya yang melegenda.

Membuat kue, satu dari sedikit ingatan menyenangkan selama ibu kandungnya masih hidup. Aroma mentega, karamel, serta hangatnya dapur selalu membuatnya merasa aman. Dibantu oleh rujukan yang diberikan oleh Bruder Raphaël, Haikuan akhirnya memberanikan diri untuk meminta kepada sang ayah. Awalnya sang ayah ragu, namun melihat kesungguhan anaknya, pria itu akhirnya mengalah.

Setelahnya semua berjalan lancar, Haikuan memulai hidup baru di Prancis dengan keluarga adik Bruder Raphaël sebagai penjaminnya. Haikuan bebas untuk melakukan hal yang dia sukai setiap hari tanpa mendapat tekanan, dia bahagia---hidupnya sempurna sampai di titik ini.

Budak Cinta, Wang dan Liu? (or the other way around)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang