Hari Minggu adalah harinya keluarga. Sekolah libur, pekerjaan libur. Saatnya menghabiskan waktu bersama keluarga. Hari ini merupakan hari paling berharga bagi Zavier. Kenapa? Seharian ini pemuda itu bebas menghabiskan waktu dengan keluarganya yang jarang ia lakukan, terutama bersama si kecil nan menggemaskan. Alva. Adik tirinya yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya.
Butuh waktu lama ia bisa menerima kehadiran ibu dan adik tirinya itu. Dulu, saat Alva sudah mulai bisa berjalan dan berbicara. Hal yang pertama kali ank itu ucapkan adalah namanya.
" A....bang....", Kata si kecil berjalan ke arahnya meminta di peluk.
Hatinya terenyuh. Ia merasa bersalah karena tak pernah mau memperhatikannya. Ia sadar memang harusnya ia sudah menerima keluarga barunya. Mereka tak bersalah. Mulai saat itu, Zavier berjanji akan memperbaiki semuanya. Ia akan menyayangi dan selalu menjaga si kecil Alva.
Seperti pagi ini, begitu bangun ia di kagetkan dengan kedatangan Alva di kamarnya.
" Bang, bangun.", Ucap si kecil memukul-mukul tubuh kakaknya. Zavier menggeliat.
" Morning, cantik.", Sapanya.
" Molning, Abang.", Jawab Alva lucu. Anak itu belum bisa mengucapkan 'R'.
" Bangun. Pipi Alva jangan di cubit. Bangun!", Si kecil merajuk lalu turun dari atas tubuh Zavier.
" Iya Abang bangun nih. Abang mandi dulu, Alva tunggu di sini ya?", Ijinnya, si kecil mengangguk.
Sementara Zavier mandi, Alva dengan usilnya membuka nakas Zavier dan menemukan sebuah foto.
" Ini siapa?", Tanyanya bingung.
" Cantik.", Pujinya.
Ceklek.
" Cantik ya?", Goda Zavier membuat Alva terkejut. Alva mengangguk dan menyodorkan foto itu.
" Siapa?"
" Orang yang Abang kenal. Ntar deh Abang kenalin. Yuk, sarapan.", Ucap Zavier. Alva langsung bersorak gembira.
Di ruang makan.
" Pagi, ma, pa.", Sapa si kecil. Sang ayah langsung mengambil alih Alva dan mengecup pipinya.
" Pagi, sayangnya papa. "
" Pagi, sayang, Radit. Tumben kamu nggak pergi?", Tanya sang mama kepada Radit . Wanita itu sibuk menuangkan nasi di piring suami dan anak-anak nya.
" Hari ini Radit free, kan mau quality time sama si kesayangannya Abang. Ya, nggak?", Alva mengangguk senang membuat Zavier gemas.
" Nanti jadi ke makam bunda?", Tanya Sebastian, Alva menoleh ke arah papa dan abangnya itu.
" Jadi.––––Ikut!", Sela Alva. Anak itu sudah mengeluarkan jurus andalannya yaitu menggembungkan kedua pipinya dan mengerjapkan matanya. Lucu.
Tak seorangpun bisa menolaknya. Zavier mengangguk senang. Rencananya ia akan mengajak Alva juga nanti.
" Tapi, jangan kesorean.", Pinta sang mama.
***
" ZEE, BURUAN!!!"" ZEE!!!! GUE TINGGAL!!!!"
" BENTAARRR!!!", sahut Zee dari kamarnya.
" Kasihan si Lian udah nunggu dari tadi. BURUAN!!!!", Lian hanya tersenyum. Manis.
" Gapapa, kak. ", Ucapnya.
" Ayo!!", Cetus Zee yang berjalan dari atas menuju pintu mengabaikan tatapan kakaknya yang seolah ingin memakannya.
" Gitu tuh adik gue, nggak tau diri. Udah di tungguin malah ninggal. Untung Lo nggak suka sama dia, Li.", Jenn berjalan keluar diikuti cowok tinggi ,berkulit putih dan memiliki senyum yang manis .
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Destiny 2
Teen FictionMeninggalkan kisah dua tahun lalu, yang mereka lalui dengan kebersamaan dan saling berbagi suka maupun duka. Kini mereka hidup terpisah dengan kesibukan masing-masing. Memulai hidup baru dengan meninggalkan kenangan lama. Kehilangan dan kesedihan t...