5. I NEED YOU

30.7K 2.7K 68
                                    

"Pelukan, hal sederhana yang semua orang butuhkan."_Revano Anggara

°°°°°°

Revan menyimpan ponselnya setelah berbicara lewat telepon bersama Darwin, cowok itu tidak ke rumah padahal kemarin katanya ia pergi ke Jakarta. Revan pikir daripada cowok itu cape-cape bolak-balik Jakarta-Bandung, ada baiknya Darwin cepat pindah ke Jakarta dan bisa tinggal dengannya entah di apartemen atau pun di rumah Revan sendiri-warisan dari Kakeknya-Gatra. Karena Revan juga muak terus-terusan di rumah dimana suasana rumah tidak sehangat dulu.

Sekarang, Revan yang tengah duduk di luar ruangan yang lebih tepatnya di dekat kolam renang sedang mengobati luka-lukanya. Revan tidak meminta siapa pun untuk membantu ia mengobati lukanya, tapi suara langkah kaki dapat ia dengar mendekat. Namun Revan tetap mengabaikan dan duduk dengan santai sembari mengobati luka-luka di jarinya.

"Mau Bunda bantu obatin?"

"Nggak perlu, Revan bisa sendiri."

Jasmine yang duduk di samping sofa yang dekat dengan Revan mengulum bibir, ia sudah tahu akan dapat penolakan tapi Jasmine selalu ingin mencoba untuk berhubungan baik lagi dengan putranya."Bunda tahu kamu bakalan bilang gini, tapi buat kali ini aja biarin Bunda obatin luka kamu, ya?"

Revan menghentikan aktivitasnya, ia menatap sang Bunda yang menatapnya penuh harap."Revan bisa sendiri, nggak perlu bantuan atau apapun."

"Bunda nggak usah usaha segininya kalau tahu akhirnya dapat penolakan. Revan nggak pernah minta Bunda buat usaha supaya bisa kayak dulu lagi. Karena itu kemauan, Bunda, Revan juga punya kemauan sendiri buat bersikap."

Jasmine menghela napas pelan, sebetulnya ia sakit hati mendengar ucapan Revan yang halus tapi cukup tajam. Tapi Jasmine sendiri sadar kalau ini tetap salah yang membuat kekecewaan Revan tidak bisa dihapuskan begitu saja."Maaf, Re. Bunda tahu kamu masih kecewa walau itu udah lama. Tapi Bunda juga berharap kalau kamu mau dengerin alasan yang sebenarnya, karena ini cuma kesalahpahaman."

"Bua apa? Mau dengerin alasan atau pun nggak, nggak akan bisa ngubah semuanya. Lagipula itu nggak bikin pernyataan Kakek buat Revan di cabut, kan?" Revan kembali meneteskan betadine ke sebuah katenbat."Selama itu nggak bikin pernyataan Kakek dan tindakan Ayah berubah, segalanya tetep percuma."

"Lebih baik Bunda tinggalin Revan sendiri."

Jasmine tidak mau merusak suasana, lantas ia segera beranjak pergi untuk masuk kembali ke dalam rumah. Jasmine paham kenapa Revan bersikap demikian, sikapnya yang hangat dan penuh tawa tiba-tiba hilang semenjak ia membuat kesalahan dan dinyatakan sebagai penerus Ayahnya, karena Jasmine sendiri tahu bagaimana tidak sukanya Revan di perintahkan banyak hal oleh Reno hanya karena Reno tidak mau suatu hari Revan gagal saat menggantikan posisinya.

Revan kembali melanjutkan aktivitasnya untuk mengobati jari-jarinya yang luka, mungkin jika Aileen masih bersamanya Revan akan meminta gadis itu datang ke apartemen lalu mengobati lukanya seperti biasa. Tapi sekarang, Revan tidak punya siapa pun untuk ia repotkan. Tiba-tiba ponsel Revan yang berada di atas meja bergetar, begitu melihat nomor yang tidak di kenal Revan menggeser tombol hijau karena bisa jadi itu telepon penting. Tapi sebuah suara yang familiar di telinganya muncul, membuat Revan merasa tidak nyaman.

"Halo, Re?"

"Lo mau apalagi telepon gue?" tanya Revan ketus, Aileen yang baru saja ia pikirkan tiba-tiba menelpon. Revan memang bukan tipikal orang yang akan menyimpan nomor ponsel seorang ketika hubungannya sudah tidak baik.

"Aku cuma mau tanya keadaan kamu, katanya kamu di sekolah berantem-"

"Lo nggak usah sok peduli sama gue, urus urusan lo sendiri sama cowok baru lo itu!"

UNTUK REVAN |NEW VERSION|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang