⭐⭐⭐
Hendery menghirup aroma darah yang membuatnya begitu senang. Selang beberapa detik ia tersenyum dan mengelap darah yang terus menetes dari ujung jari Bela.
"Sakit..." lirihnya.
"Lagian kamu nggak hati-hati sih." ujar Hendery.
Bela barusan menjatuhkan vas bunga dan pecahan vas membuat jarinya terluka hingga berdarah. "Habisnya aku semangat banget dengar rencana kamu itu."
"Kamu setuju dengan rencana aku itu?" Hendery bertanya lagi untuk memastikan.
"Tentu aja! Aku nggak kebayang sehancur apa perasaan mereka pas tahu kalau mereka sedarah." Lalu Bela tertawa.
"Akan lebih sakit kalau mereka ternyata udah tidur bareng." sahut Hendery.
"Oh my god! Kalau aku jadi Rania aku lebih baik mati sih. Apalagi kalau sampai hamil, oww... Akan lebih dramatis lagi, dihamilin saudara kembar sendiri."
Hendery membungkus jari Bela dengan perban. Mereka berdua tertawa bersama setelah menyusun rencana untuk melakukan balas dendam.
Sejak dulu, Hendery selalu benci dengan Renjun dan Rania. Ia merasa kasih sayang Bundanya dicuri. Membuatnya seolah tak ada, tidak pernah dianggap. Ia bersyukur ketika Renjun diadopsi, namun itu membuat Bundanya semakin menyayangi Rania.
Menurutnya, biarkan saja anak yatim-piatu itu kesepian. Mereka memang layak begitu, mengapa juga harus Bundanya yang merangkul mereka.
Hendery sudah ditinggal Ayahnya, dia hanya mengharapkan kasih sayang Bundanya, akan tetapi ia malah diacuhkan hanya demi anak-anak panti.
"Kamu urus Renjun, aku urus Rania dulu."
⭐⭐⭐
"Aku udah temui pemilik panti asuhan ilegal itu. Beliau bilang, memang pernah menemukan bayi baru lahir di depan Gereja." jelasnya. Kemudian Doyoung menyerahkan sebuah foto, di dalamnya terdapat dua anak. Laki-laki dan perempuan. Jika dilihat keduanya begitu mirip.
Sang Ayah mengamatinya dengan seksama. Sesekali ia mengerutkan dahinya.
"Panti asuhan berada tidak jauh dari lokasi Ibu ditemukan." lanjut Doyoung. Doyoung mendengus saat ayahnya diam saja. "Ayah, yang mana yang adikku?"
Ayahnya masih terdiam.
"Apa adikku kembar?"
Kemudian Ayahnya menggeleng pelan, "Ayah nggak tahu."
"Ayah terlalu sibuk dengan pekerjaan, Ibumu dulu selalu pergi sendiri untuk mengecek kandungan." lanjutnya lirih. Pria itu merasa amat bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Fear | Renjun✔
Fanfiction❝Kenapa harus kamu, perempuan yang pernah berbagi rahim denganku❞ -Renjun. Ini tentang si pelukis berdarah. Yang punya sejuta misteri mengerikan dan masa lalu kelam. Usia ke-21 tahun, di mana seharusnya ia mati, justru dia bertemu dengan perempuan y...