KELUAR

67 4 0
                                    

Malam hari di Yun Shen Bu Zhi Cu seperti biasa, sangat tenang dan damai. Tak ada seorang pun yang berani mengusik ketenangan yang menjurus sunyi itu, bahkan angin hanya lewat dengan perlahan membuat suara gemerisik dedaunan kering yang ada di tanah. Daun yang masih segar di atas pohon hanya bergoyang perlahan mengikuti terpaan lembut angin, tak berani bersuara. Hanya suara gemericik air sungai yang dengan percaya dirinya turun mengelilingi pegunungan yang berdiri megah menunjukkan keagungannya. Namun siapa sangka selain sungai ada suara lain yang mengganggu, senar Qin yang dipetik dengan lembut dan tegas mengeluarkan suara yang begitu elegan menemani jangkrik-jangkrik menyanyi.

Lan Wangji, Hanguang-Jun pria dengan kedisiplinan nya. Melanggar aturan malam dengan tanpa merasa bersalah. Jari-jari panjangnya tak tahu malu memetik senar guqin. Suaranya menggema, nada-nada inquiry memenuhi Jingshi. Sinar temaram dari api lilin-lilin yang bergoyang tak mengganggu konsentrasinya, sinar rembulan menembus jendela menerpa wajah dingin nan tampannya. Beberapa lama sudah jemarinya tanpa lelah memetik senar mencari dan bertanya pada roh-roh di sana. Siapa? Apa kau Tahu? Dimana? Tak bosan ia melantunkan nada yang sama hingga larut malam. Merasa tak menemukan jawaban, jemarinya terangkat sejenak dan kemudian kembali ia letakkan di atas senar dan dengan lembut ia memainkan "Rest in Peace" sebagai rasa terimakasihnya kepada roh-roh yang ia panggil.

Sunyi kembali menerpa Jingshi, Wangji membuka mata. Iris keemasannya melirik keluar jendela di sampingnya, menatap sendu bulan purnama. Tiga tahun ia berada dalam pencarian tak berujung, tiga tahun pula penyesalan menghantuinya. Jika ia dengan paksa membawanya kembali ke Yun Shen Bu Zhi Cu, menyembunyikannya di Jingshi tanpa meminta persetujuannya terlebih dahulu, seperti ayahnya yang memenjarakan sang Ibu, mungkin sosok itu masih di sini bersamanya, mengganggunya. Jika ia tak menolak ajakannya ke Yunmeng mungkin ia bisa lebih dekat dengannya dan ia bisa lebih mengerti keadaannya saat itu. Jika ia datang menjemputnya langsung ke Yiling dan pergi bersama ke acara 100 hari Jin Ling mungkin orang itu tak perlu di salahkan atas kematian Jin Zixuan. Jika ia tak gagal melindungi Yun Shen Bu Zhi Cu mungkin ia bisa datang ke Lianhua Wu, memberi bantuan dan orang itu tak perlu menderita. Jika, jika saja ia mampu melindunginya, jika saja ia lebih kuat, dan banyak jika yang ia pikirkan. Puas menatap sinar bulan ia beralih menatap lantai di dekat tempat tidur, di sana ia menyimpan banyak Tianzi Xiao. Ia adalah seorang yang menjunjung tinggi peraturan karna itulah ia hanya menyimpan, tanpa setetespun menyentuhnya. Itu ia siapkan jika saja orang itu kembali, jika ia bisa menemukan rohnya, jika ia... . Menghembuskan nafas perlahan, ia berdiri berjalan perlahan ke tempat tidur. Sebelum membaringkan tubuhnya, dengan gerakan elok ia melepas pakaian luarnya menyisakan pakaian bagian dalam saja. Setelah memastikan pakaiannya terlipat dengan rapi, ia menggantung jubahnya dengan hati-hati memastikan tak ada lipatan yang akan merusak jubah putih bermotif awan biru itu. Ia melepas pita kepalanya menatanya dengan rapi di samping bantal, kemudian mematikan lilin dan menutup kelambu tempat tidur. Ia berbaring dan menatap langit-langit tempat tidur, bergumam lirih sebelum akhirnya menutup matanya dan terlelap "Wei Ying".

****

Pagi hari ketika ia bersiap untuk pergi ke belakang gunung dan melakukan Inquiry sekali lagi, Seorang murid datang mengetuk pintu Jingshi. Ia pun segera membuka pintu, begitu pintu terbuka ia memberi hormat padanya.

"Hanguang-Jun"

"..." Iris keemasan itu menatap dingin murid yang berdiri dihadapannya

"Lan Zongzhu meminta anda hadir di pertemuan sekarang" Ucapan nya membuyarkan lamunan sesaatnya, ia pun mengangguk dan segera mengambil pedangnya untuk kemudian berjalan menuju aula pertemuan, di ikuti oleh murid tersebut di belakangnya. Saat mereka sampai di depan pintu aula, Wangji tanpa ragu melangkahkan kakinya masuk kedalam, sementara murid itu menunggu di luar, hanya para tetua dan orang-orang tertentu saja yang diperbolehkan memasuki aula pertemuan.

Sweet Blood Remake VerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang