"Han, sebat yuk."
"Entar, gue lagi nanggung nih. Mau nemenin Biru dulu ini, konsep iklan yang kemarin itu kan belum kelar. Gue merasa bertanggung jawab sebagai desainer di sini buat mewujudkan ide nya Biru."
Celetukan Burhan membuat aku mengacungkan jempolnya. DIa memang baik. Setelah Ela sebagai art director, Burhan juga penting karena dia juga bertugas untuk menggambar dan mendesain ide-ide yang keluar dari otakku untuk sebuah iklan yang sedang di garap. Roni langsung menggelengkan kepala.
"Lu, tumben nggak mau diajakin ngerokok. Nggak usah jaim lu di depan Biru. Dia mah nggak mempan, karena bentar lagi dia udah jadi tak terjangkau."
Aku langsung melotot ke arah Roni yang kini malah cengengesan di pinggiran kubikel. BUrhan yang duduk di sebelahku langsung menatapku.
"Maksud dia apa tuh?"
Burhan menunjuk Roni, tapi Roni sudah menjitak kepala Burhan.
"Makanya lu, urusin gosip juga. Jangan cuma urusin cewek-cewek montok. Nih, seluruh penghuni kantor ini, ehmm bukan -bukan seluruh penghuni tower ini deh. Lu tahu kan ada puluhan perusahaan di tower ini? Nah seluruhnya itu udah tahu kalau Biru bakal jadi emak tirinya Pak Angga. Ah lu, kemana aja Han."
Tentu saja ucapan Roni itu membuat Burhan langsung membelalak dan menatapku. Dia bahkan menyipitkan matanya.
"Lu...Lu mau jadi emaknya Pak Angga? Kagak salah? Bukannya lu dari jaman dinosaurus bertelur aja lu naksir kan ama Pak Angga?"
Nah kalau ucapannya ini langsung membuat aku menjitak kepala Burhan, dan ngakaklah Roni.
"Siapa yang naksir saya?"
Setan.
*****
Kalau ada orang yang ingin segera lari masuk ke dalam lubang, saat inilah aku pastinya. Angga sedang meneguk kopi pahitnya, dan aku hanya meremas-remas ujung kemejaku. Ini emang canggung banget dah. Angga mendengar celetukan Burhan, dan akhirnya aku berada di sini. Di culik oleh Angga di saat jam kerja, dia memang membuat aku sebagai karyawan menjadi buruk.
"Mom beneran naksir sama aku?"
Momok lu tuh. Nyebelin banget denger dia ucapin kata itu. Aku hanya menggelengkan kepala. berusaha untuk mencari pertolongan di dalam cafe ini.
"Enggak Pak. Siapa yang bilang coba?"
Aku mencoba untuk menjawab dengan normal. Tapi Angga kini malah tersenyum.
"Aku tersanjung, Mom suka sama aku. Tapi Mom, udah ada yang suka terlebih dulu kepada Mom. Papa sudah mengamati Mom jauh sebelum aku mengenal Mom. Jadi jangan buat Papa patah hati ya?"
Yang ada tuh aku yang patah hati... ish ini anak nyebelin banget. Aku akhirnya menegakkan diri dan kini membusungkan dadaku. Untung hari ini aku pake yang ada busanya tebal, jadi kan dadaku...beuh aku ngomong apa sih? Balik ke topik lagi.
"Siapa juga yang masih suka sama Bapak, sekarang juga saya bilang, saya siap jadi Your Mom."
Udah deh sekalian, remuk remuk deh ini muka. Mendengar jawabanku Angga langsung tersenyum lebar, dia malah memamerkan giginya yang rapi itu.
"Aku tahu, Papa pasti sudah bisa membuat Mom jatuh cinta."
Aku hanya mendengus sebal, ih kenapa jadi begini coba? Duuuhh aku harus gimana?
****
Sore ini aku tidak di jemput oleh Abyan. Tapi Angga tadi mengatakan aku harus pulang bersamanya, karena sang Papa sedang ada urusan sampai nanti malam. Aku malas tentu saja, saat akhirnya Angga menghampiri ke kubikelku. Ela sudah melirik-lirik penasaran.
"Udah selesai belum?"
Angga kini malah duduk di tepi meja ku. Membuat seluruh pasang mata yang ada di dalam ruangan ini, termasuk Mbak Gita yang sedang berbicara dengan Burhan pun, langsung menatap ke arah kubikelku semua.
"Ih, nggak usah jemput di sini. Nanti saya yang ke parkiran."
Jawabanku malah membuat Angga kini tersenyum. "Nanti kalau lari gimana? Nggak mau pulang sama aku. Wah Papa bisa marah."
Tuh kan...
Aku akhirnya memberesi semuanya, memasukkan semuanya ke dalam tasku dan beranjak berdiri.
"Ya udah. Ayo! Gaes gue pulang duluan ya."
Aku keluar dari kubikelku dan melambai kepada semuanya. Mereka hanya melongo dan menganggukkan kepala. Sedangkan Angga sudah berjalan beriringan denganku. Bahkan saat masuk ke dalam lift pun kami hanya berdua.
"Pak, jangan kayak gitu lagi. Nanti saya malah di tuduh berduaan terus."
Ucapanku membuat Angga yang berdiri di sampingku menoleh ke arahku.
"Berduaan? ya enggak apa-apa. Kan anak berbakti sama mamanya."
Jiaaaaaahh aku berasa tua renta kalau Angga sudah menyebut kata sakral itu.
Aku akhirnya hanya diam, tidak mau mengatakan apapun lagi. Sampai lift terbuka dan kita melangkah ke basement. Angga bahkan sangat sopan sekali membukakan pintu mobil untukku. Saat akhirnya kami sudah berada di luar kantor, Angga kini menoleh ke arahku.
"Pokoknya Mom tidak boleh merasa takut, mulai sekarang Angga yang akan jadi bodyguard Mom. Oke."
Dia mengedipkan matanya kepadaku dan membuat aku panas dingin. Busyet deh ini anak sama bapak sama aja racun.
****
"Sudah sampai rumah?"
Pesan itu baru saja aku baca setelah aku mandi dan akan beranjak tidur. Lelah sudah mendera tubuhku, dan lupa kalau hp ku sejak tadi aku silent. Aku terkejut mendapati pesan dari Abyan beberapa jam yang lalu.
"Udah."
Jawabanku aku kirimkan sesingkat itu. Habis aku tuh jadi kayak tawanan kalau di perlakukan seperti tadi. Kayak aku anak tk saja.
Suara dering ponselku membuat aku membuka mata lagi. Ngantuk sebenarnya. Akhirnya aku meraih ponselku dan langsung menjawab. Tahu siapa yang meneleponku saat ini.
"Ya..."
"Kenapa jawabnya lama?"
Suara bariton di ujung sana membuat aku menegakkan tubuhku lagi. Menguap sudah rasa kantukku.
"Maaf. Tadi di silent. Jadi nggak tahu."
Ucapanku itu membuat suara deheman di ujung sana.
"Besok lagi jangan begitu. Saya khawatir sama kamu."
Nada kakunya malah membuat aku tersenyum, kok dia lucu ya?
"Kamu ketawa?"
"Enggak."
"Saya tahu kamu ketawa, jangan bohong. Kalau ada di depan saya sekarang, pasti kamu sudah saya cium."
Aku mendengus sebal mendengar ucapannya. Tapi di ujung sana pria itu malah terkekeh.
"Kenapa? kangen sama saya? Kamu ngambek ya karena tadi pulang tidak saya jemput?"
Astajim bapak-bapak satu ini kok pedenya selangit?
"Nggak usah di jawab, saya yang sebenarnya kangen sama kamu, Ayu Biru Haqiqi."
BERSAMBUNG
BAB 10 KEMARIN TUH GAK ADA NOTIF YA? PADAHAL UDAH DI UP ULANG LOH
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH RASA DUREN
RomanceAku Ayu Biru Haqiqi. Selalu mengimpikan mempunyai suami seorang pria muda, tampan dan berwibawa. Seperti Bosku di perusahaan tempat aku bekerja. Selama 1 tahun aku sudah memimpikan saat aku bisa memikat hatinya. Dan memang gayung bersambut, aku tiba...