Tuk tuk tuk..
Suara sepatu yang beradu dengan lantai terdengar tergesa-gesa dengan seorang remaja perempuan yang terus memandang kosong pada remaja lelaki yang tengah terbaring tak sadarkan diri diatas bankar yang tengah di dorong oleh beberapa suster untuk diperiksa terlebih dulu diruang UGD.
"Maaf anda tunggu diluar." ucap suster setelah pintu UGD tertutup rapat, mencegah Alea yang akan ikut masuk bersama satu suster dan disusul dengan dokter tadi.
Alea mengangguk paham dan mulai duduk di kursi yang tersedia.
Tangannya masih gemetar setelah kejadian tadi, ia masih tidak percaya bahwa sekarang ia tengah berada dirumah sakit membawa Ken sebagai korban kecelakaan.
Ken bukan korban tabrak lari tapi ia sendiri yang menabrak pembatas jalan ketika melihat seorang anak kecil yang menyebrang dengan tidak hati-hati, karena menyetir motor dengan kecepatan yang hampir tinggi membuatnya oleng dan menabrak pembatas jalan.
Helmnya saja terpental karena kejadian itu, untungnya kepala Ken tidak cedera parah. Mungkin. Karena Alea sendiri juga masih belum tau kepastian nya seperti apa.
Akhirnya setelah beberapa menit berlalu dokter yang memeriksa Ken keluar, dengan segera Alea menghampirinya.
"Kondisi pasien masih belum sadarkan diri ditambah lagi tadi di suntikan obat bius, mungkin setengah jam lagi pasien akan sadar. Kaki kiri mengalami patah tulang dan gegar otak ringan, kondisi yang lainnya tidak mengkhawatirkan karena hanya beberapa lecet di bagian punggung tangan dan pipi sebelah kiri." dokter menjelaskan tanpa di tanya oleh Alea. Alea menganggukkan kepala mencoba paham dengan penjelasan dokter.
"Kami akan memindahkan pasien ke kamar rawat inap, karena kondisinya masih shock dan harus dirawat beberapa hari kedepan. Untuk itu silahkan urus administrasi nya." lanjut dokter tersebut. Alea mengangguk lantas pamit untuk pergi ke area parkiran guna mengambil dompet serta hpnya yang masih tertinggal didalam tas yang ia tinggalkan di mobil.
Alea menyambar tasnya juga tas Ken yang diberikan warga tadi untuk ia bawa, motor Ken sementara waktu akan dititip pada warga yang rumahnya dekat tempat kejadian berlangsung. Alea hanya mengangguk mendengar penuturan warga tersebut, ia percaya karena warga itu memberikan alamat rumah beserta nomor hpnya untuk dihubungi.
Sambil berjalan menggendong dua tas sekaligus ia merogoh isi tasnya guna mengambil dompet dan menuju bagian administrasi.
Selesai bagian administrasi disinilah ia berada, di depan kamar rawat Ken yang baru dipindahkan beberapa menit lalu.
Alea duduk di kursi dekat bankar, tasnya ia gendong sedangkan tas Ken berada di pangkuannya.
Alea mengambil hp Ken yang berada didalam tasnya dan Gotcha tidak di password, cukup dengan sekali usap saja. Memang lelaki lebih suka yang simple pikirnya.
Mencari daftar kontak yang akan ia hubungi.
Kebetulan ada chat masuk dari kontak yang bernama 'Bangus'. Alea menyerinyit melihat nama tersebut dan membuka obrolannya.
Tidak ada chat apapun selain 'Bangus' itu mengatakan, "Ada angin apa lo berangkat pagi buta, gue sampe rumah lo gak ada."
Rumah?
Satu rumah dengan Ken, maksudnya?
Dengan ragu ia mengklik simbol telepon, sambungan pertama dan kedua tidak ada jawaban. Tepat ketika ia akan menghubungi untuk yang ketiga kalinya, 'Bangus' itu menelponnya balik dan langsung saja Alea menggeser ikon telepon warna hijau tanda ia menjawab telepon.
"Ngapa lo nelpon? Gak ada temen lo di kelas? So soan berangkat pagi sih jadi orang. Di temenin setan sekolah nyaho lo." terdengar suara seorang lelaki setelah panggilan di jawab oleh Alea dan juga suara gesekan seperti handuk dan rambut. Mungkin baru selesai mandi, begitu pikirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Teluk Alaska [On Going]
Genç Kurgu[VOTE SEBELUM MEMBACA] [On Going] "Lo tau kenapa kita dipertemukan?" "Kenapa?" "Karena tuhan pengen tau, kita lebih memilih umatnya atau penciptanya." -Alea Cassandra -Keenan Kavindra ****** PS:Cerita ini murni dari hasil mikir aku sendiri. Mohon ma...