8 : TANTANGAN

7.4K 1.4K 996
                                    

Sudah kudugong.
Pasti banyak penghalang,
Tapi karena gue pejuang, gue siap berperang!

Pasti banyak penghalang,Tapi karena gue pejuang, gue siap berperang!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Hmm, ntar gue pertimbangan dulu, Jar," tukas lelaki itu, tak ingin gegabah.

Ia tentu senang jika dapat membantu Pijar. Apalagi biasanya, gadis itu lebih sering melibatkan Heksa dalam misi-misinya.

Kapan lagi Andre dapat kesempatan itu? Hanya saja ia masih ingin menimbang-nimbang. Lagipula masih ada masalah lain yang sedang menjadi prioritasnya, hubungan Mamanya dan Papa Ginny.

Juga penglihatannya soal jodoh masa depannya. Ia tidak mau berurusan dengan gadis sombong itu.

Andre bahkan mulai putus asa, mengingat dari hari ke hari Mamanya malah makin nempel dengan pria itu.

"Kalo Andre emang nggak bisa, nggak papa, kok. Nggak usah dipaksain." Pijar tersenyum. Senyuman yang selalu berhasil membuat hati lelaki itu berdesir.

"Kalo gue gagal gimana? Apa lo jadi nggak percaya lagi sama gue? Kan, selama ini kalo lo jalanin misi sama Heksa, kalian selalu berhasil." Andre memiringkan kepalanya, tak sabar menanti jawaban gadis itu.

Tatapan Pijar sontak tertunduk. Ia menatap Andre dengan wajah sendu. "Nggak juga, Ndre. Di hari kematian Bu Ghina, gue sama Heksa udah berusaha keras buat ngelakuin semuanya. Tapi..."

"Tapi lo lebih sering berhasil kok daripada gagalnya," ucap Andre.

Merasa tak enak karena telah membuat Pijar sedih, tanpa sadar ia menepuk-nepuk lembut kepala gadis itu. "Lo hebat, Jar. Lo spesial."

"Dikira nasi goreng spesial, pake telor mata sapi campur pete?"

Bersamaan dengan suara ketus yang terdengar dari balik punggung Andre, sebuah cekalan mencengkram tangan lelaki itu.

"Posesif amat dah lo, Sa. Kalo jealous bilang, atau lo masih nggak percaya sama gue?" tanya Andre masih dengan posisi semula. Ia tak perlu berbalik untuk memastikan sosok yang berdiri di belakangnya.

Suara nyolot, ketus, dan cempreng.
Siapa lagi kalau bukan Heksa?

"Jealous? Hahaha. In your dream," tanggap Heksa sembari menyentil pelan dahi Andre. "Gue cuma khawatir aja, sih."

Andre menaikkan sebelah alisnya. "Khawatir sama Pijar?" tanyanya dengan nada tak yakin. Tumben banget Heksa terang-terangan perhatian sama Pijar.

Namun ternyata laki-laki yang penuh tipu muslihat itu kembali bisa berkelit.

"Gue khawatir kalo sampe Si Zombie ini berkeliaran di sekitar rumah sakit, pasien anak-anak di sini pasti pada lari ketakutan." Lagi-lagi Heksa ngeles.

Ia beralih menatap Pijar yang merasa bersalah setelah lelaki itu memarahinya. "Lo mau tanggung jawab kalo sampe pasien-pasien pada kabur? Kocar-kacir nggak tahu ke mana?"

HAPPY BIRTH-DIE 2 (dan kisah di balik mata ajaib Andre)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang