Bab 16

116 11 0
                                    

Hayukkkk ramaikan di dreame

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hayukkkk ramaikan di dreame. Masih FREE dan COMPLETED...

Setelah ketiga pria dirumah ini pergi untuk melakukan rutinitasnya masing-masing, tinggallah aku dan Bu Inah dirumah ini, dengan beberapa pelayan juga. Kami terduduk di depan televisi, menonton film Indonesia dari flashdisk-ku yang ku sambungkan ke televisi. Kami menonton Keluarga Cemara. Mengajak Bu Inah nonton adalah salah satu cara untuk menahannya agar ia tak mengerjakan pekerjaan dapur dan rumah ini.

"Bu, besok Clara mulai kerja, ya. Please...." Pintaku menatap Bu Inah yang fokus dengan film di hadapannya. Sebenarnya tadi aku sudah siap dengan pakaian kerjaku, karena badanku sudah fit. Namun, ketika Bu Inah melihat, Bu Inah langsung melarangku dan menyuruhku ganti baju.

"Ya sudah, besok boleh. Tapi jaga kesehatanmu ya. Kalau hari ini ya gak boleh. Kamu baru saja sembuh hari ini masa langsung kerja, nanti malah sakit lagi." Ucapnya.

Aku tersenyum gembira dan langsung memeluknya erat. "Oke, siap Ibu! Hari ini Clara leha-leha dulu dirumah sama Ibu." Kataku, masih memeluknya.

Bu Inah tersenyum, dan mengusap pelan lenganku.

"Ibu senang banget punya kamu. Ibu seperti punya anak perempuan!" katanya sambil terkekeh pelan.

Aku tertawa pula, kembali menyandarkan kepalaku di bahu Bu Inah.

"Emangnya Kak Anka gak pernah manja-manja ya, Bu?"

Bu Inah tampak berpikir sejenak. "Eumm... gak manja kali, sih. Karena laki-laki, jadi banyak gengsinya mungkin. Ya... Ibu berharap siapapun istrinya Anka kelak, ia bisa menerima ibu sebagai ibu mertuanya."

"Kenapa ibu bilang seperti itu?" tanyaku heran.

Bu Inah tersenyum lembut. "Ibu ini dari dulu kerjanya hanya jadi pembantu. Ibu khawatir aja, kalau kelak istrinya Anka tidak bisa menerima ibu."

"Ibu tenang saja. Gak mungkin istrinya Kak Anka kelak akan begitu. Lagi pula, Kak Anka sudah menaikkan derajat ibu, kan? Ibu saja sekarang sudah jadi nyonya besar kan dirumah ibu?" hiburku.

"Iya, sih. Hmm... ibu terlalu paranoid sekali, ya?" tanyanya dengan selingan tawa.

Aku tersenyum sambil mengangguk. "Eummm... kalau boleh tau. Kriteria menantu idaman ibu itu seperti apa, sih? Kan Kak Anka anak tunggal tuh, pasti ibu ingin dong punya menantu yang pas dihati ibu?" tanyaku.

"Apa ya.... Sebenarnya ya kalau dikasih sama Allah apa adanya ya ibu gak apa-apa. Tapi kalau disuruh pilih kriteria... Ibu ingin menantu ibu yang pastinya bisa bikin Anka bahagia. Dekat juga sama ibu. Itu aja, sih. Gak ada kriteria khusus. Ya, kayak kamu, kamu kan dekat sekali dengan ibu. Kamu juga baik. Ibu ingin sekali punya menantu seperti kamu."

Ucapan Bu Inah barusan membuat hatiku terenyuh. Gelenyar aneh muncul begitu saja saat Bu Inah berkata demikian. Menantu sepertiku....

"Aminnn... semoga ibu diberi menantu yang terbaik sama Allah."

"Amin..."

Kami memilih untuk menonton film itu dalam diam.

Keheningan di ruang tamu ini dipecahkan oleh suara ponselku. Kak Anka menelpon. Aku menatap Bu Inah yang juga menatap kea rah ponsel yang kini kupegang.

"Assalammualaikum, Kak?" sapaku, aku langsung menekan tombol laudspeaker.

"Walaikumsalam, Ra. Ibu ada dirumah gak, Ra? Tadi kakak telpon gak diangkat." Sapa suara Kak Anka disebarang sana.

"Hp Ibu di kamar, Nak. Ada apa?" tanya Bu Inah langsung.

"Ibu, aku nanti ingin makan siang di rumah, sama ibu. Ibu masak makan siang, ya. Heheh.." ujarnya diikuti oleh tawa.

"Ooo... ibu pikir ada apa. Kamu mau makan apa?" tanya Bu Inah.

"Ayam saus dengan tempe, Bu."

Ayam saus dengan tempe?

"Oke, Clara juga suka tempe saus. Makanan favorit kan, Ra? Oke nanti ibu bikin, ya. Assalammualaikum."

"Walaikumsalam, Bu."

Bu Inah langsung bangkit setelah mengembalikan ponselku.

"Bu." Panggilku saat ibu baru saja akan beranjak ke dapur untuk mulai kegiatan memasaknya.

"Ada apa, Ra?"

"Clara bantuin ya, Bu." Ujarku sambil melangkah mendekati Bu Inah.

"Aduh jangan, Nak. Kamu baru sembuh..." kata Bu Inah cepat.

"Gak apa-apa, Bu. Clara sudah sehat, kok ini. Clara gak pernah diajarkan masak sama bunda. Bu Inah ajarkan Clara masak, ya? Hitung-hitung Clara nyicil belajar masak untuk calon suami Clara. Masak makanan favoritnya kan udah lumayan itu, Bu." Kataku sambil berjalan beriringan dengan Bu Inah ke dapur.

"Oh iya? Nak Peter suka ayam saus juga, ya? Kayak Anka, dong?"

Hmmmm... tidak. Peter suka lasagna.

=====

Tbc.

Jangan lupa vote dan commentnya gaessss

ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang