Bab 17

124 9 0
                                    

Aku mengurut pelipisku. Setelah dua hari tidak masuk, pekerjaanku semakin menumpuk. Ditambah ketidakberadaan ayah disini. Aku membenarkan letak kacamataku di pangkal hidung. Kemudian menghela nafas dalam. Meski semenjak aku tidak masuk, sekretaris ayah dan sekretarisku bekerja sama, namun tetap saja mereka tidak sanggup untuk menghandle semuanya.

Jadilah aku disini, hari sudah menunjukkan pukul satu malam. Namun aku, sekretarisku dan sekretaris ayah masih berkutat di ruang meeting. Kami butuh ruangan dan meja yang lebih luas untuk bekerja dan meletakkan tumpukan kertas itu.

"Sarah, sudah?" tanyaku pada sekretarisku itu.

"Tinggal kirim email." Balasnya serius menatap layar laptop di hadapannya.

"Reinhart?" aku menatap seketaris ayahku itu.

"Klik! Oke! Sudah!" Kami berempat langsung meregangkan tubuh seketika. Menyeruput kopi tetes terakhir.

"Akhirnya... maaf kalian harus sampai semalam ini di kantor." Ujarku sambil membereskan beberapa peralatanku. Pun dengan mereka.

"Apa kita perlu menginap disini saja?" ujar Sarah padaku.

"Eummm... sayangnya aku gak bisa. Adik-adikku dirumah. Kalian tahu lah..." ucapku dengan senyuman masam.

"Ahhh iya, juga." Ucap Sarah.

"Bukankah kamu biasanya naik bus saat pulang? Ini sudah pukul satu. Pasti tidak ada lagi bus?" suara Reinhart.

"Oh iya, ya. Mungkin aku akan naik taksi saja." Ucapnya.

"Biar aku antar pulang saja."

"Tidak usah, kita beda arah." Tolaknya.

"Udah gak apa-apa. Bahaya kamu malam-malam naik taksi." Ujarku menengahi.

"Nah benar kata Ibu Clara, gak apa-apa kok beda arah. Kita temani Ibu Clara pulang terlebih dahulu. Lalu, mengantarmu setelahnya." Ucap Reinhart.

"Wahh... makasih, loh. Okelah, ayo kita pulang." Kataku sambil mengambil tasku.

❄❄❄

Langkahku terhenti saat melihat seseorang di dekat parkiran mobilku. Sarah dan Reinhart juga tampak bingung dan menatapku. Kemudian menatap bingung pria asing yang berdiri di depan pintu mobilku.

Aku melangkah mendekatinya. "Kak Anka? Kok disini?" sapaku.

Kak Anka yang mulanya bersandar pada mobilku sambil memainkan ponselnya langsung mengangkat kepalanya. "Ahhh ini dia!"

"Kak Anka ngapain disini?" tanyaku lagi.

"Ohhh... Ibu suruh jemput kamu ke sini, karena udah malam banget." Katanya.

Aku langsung menatap Sarah dan Reinhart. "Aku pulang sama dia. Dia temanku." Kataku.

Mereka mengangguk mengerti dan langsung pergi setelah berpamitan denganku dan Kak Anka.

"Mobil kakak dimana?" tanyaku sambil melihat kesekeliling. Hanya ada mobilku dan mobil Reinhart di parkiran.

"Kakak tadi kesini naik taksi online. Sini kunci mobilmu." Tangannya terjulur ke arahku. Langsung saja kupindah alihkan kunci mobil yang berada dalam genggamanku ini.

Kami langsung masuk ke dalam mobil dan keluar dari parkiran. "Sejak kapan kakak nunggu disitu tadi?" tanyaku.

"Sejak pukul dua belas." Ujarnya.

Aku langsung menoleh cepat. "Sudah 1 jam? Kakak kenapa enggak hubungin aku atau susul ke atas?" Kataku kaget.

"Kakak gak mau ganggu kamu. Jadi, yasudah ditunggu aja."

Aku menatapnya dalam. "Tadi Sarah ajak aku untuk menginap saja di kantor. Kalau seandainya aku iya, kan? Emangnya kakak mau tunggu sampai pagi disitu?"

"Kalau udah lewat pukul dua, kakak baru berniat susul ke atas."

Aku mengangguk. "Ooo... gitu."

"Kamu udah makan, belum?" tanya Kak Anka.

"Sudah, sih. Tapi kayaknya lapar lagi, deh."

"Heumm... Ibu tadi ada sisa kan lauk untukmu. Nanti begitu sampai dirumah kakak panaskan deh."

Aku menggeleng cepat. "Ehh.. nanti Clara bisa panaskan sendiri kok, Kak."

"Gak apa-apa, kakak juga lapar lagi. Selagi panaskan lauk, kamu kan bisa berbenah dulu."

Akhirnya aku mengangguk pelan. Lalu, membiarkan Kak Anka fokus untuk menyetir meski jalanan kini sepi.

❄❄❄

Kak Anka menyajikan lauk-lauk di hadapanku. Ia juga mengambilkanku nasi.aku hanya bisa terdiam sambil melihat kegiatannya itu.

"Kebalik gak sih, Kak? Seharusnya aku loh yang menyiapkannya?" ucapku saat ia duduk dihadapanku. Bersiap untuk menyuap nasinya.

"Loh, jadi kayak suami istri, dong?" jawabnya yang langsung membuatku tersedak. Ah iya, juga...

"Hmmm... pelan-pelan." Ujarnya kala melihatku meminum air putih.

Kami kemudian melanjutkan makan kami dalam diam awalnya. Hingga Kak Anka membuka suaranya. "Kata Kelvin dan Kellan besok ayah sama bunda pulang, ya?"

Ayah sama bunda?

Sejak kapan Kak Anka memanggil orangtuaku begitu?

Ayah dan bunda memang kerap sekali menyuruh Kak Anka untuk memanggil 'ayah' dan 'bunda'. Namun meskipun begitu, Kak Anka tetap saja memanggil kedua orangtuaku Tuan dan Nyonya. Kenapa baru sekarang Kak Anka memanggil orangtuaku tanpa embel-embel Tuan dan Nyonya?

Jadi, yang dibilang Kelvin dan Kellan itu benar?

=====

Tbc.

Wahhhh... Kak Anka masa beneran mau di jodohin sama Ceci?

tapi kan Ceci jodohnya sama.... baca THE BUNNY GIRL JUGA ya sayang...

Jangan lupa vote dan comment^^

ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang