12. Timbul

184 59 15
                                    

"Apakah Rebellion masih bisa berdiri dengan kokoh?"

"Apakah Rebellion masih bisa berdiri dengan kokoh?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue mau mengundurkan diri."

Semuanya tersentak mendengar penuturan Vanilla yang terlalu mendadak.

"Lo mengundurkan diri darimana?" Minerva menggertakan giginya, pertanda Ia sedang menahan amarahnya.

Vanilla tetap diam, menatapi teman-nya satu persatu dengan tatapan penuh keyakinan.

"Rebell, gue mau keluar dari Rebells." tegasnya.

"Lo gak bercanda, 'kan, kak?" tanya Minerva memastikan.

Vanilla menghela nafas. "Enggak. Gue gak sebercanda itu."

"Gue juga gak suka kalau lo bercanda soal mau keluar dari Rebells," jawab Minerva cepat.

Semua yang ada di ruangan itu hanya terdiam, mendengarkan perdebatan antara Vanilla dan Minerva. Sekarang mereka sedang berada di ruangan Sakala, karena pemuda itu masih butuh perawatan medis.

Vanilla membuang nafas kasar, "Gue gak pernah bercanda sama perkataan gue."

Sakala menengahi mereka berdua, dirinya juga merasa berat jika harus melepas Vanilla. Karena mereka semua berjuang bersama dari nol, dari awal sampai sekarang─ dan dengan mudahnya Vanilla ingin meninggalkan mereka.

"Lo gak bisa keluar begitu aja, Vanilla." Sakala membuka suara.

"Iya, makanya gue mau minta izin buat keluar. Gue gak mau memaksakan diri buat tetap sama kalian lagi," jawab Vanilla.

Rebells yang mendengarkan itu langsung menatap dirinya dengan tatapan tidak percaya. Semudah itu Vanilla akan meninggalkan mereka?

"Mendingan lo pikirin lagi," ucapan tenang datang dari Handaru yang merasa jengkel dengan keputusan Vanilla.

"Gue udah pikirin ini matang-matang," jawabnya. "Dan gue harap, kalian nerima keputusan gue. Makasih buat selama ini, dan maaf ... gue pergi."

Vanilla benar-benar pergi, meninggalkan ruangan Sakala dan menempuh jalan baru untuk sekarang.

Minerva merasa sangat marah, temannya tidak ada yang berusaha menahan Vanilla.
Rebellion telah kehilangan salah satu fondasinya.

"Gue gak percaya sama ini." Dengan segera Minerva segera ikut keluar dari kamar rawat Sakala dengan terburu-buru.

Suasananya cukup hening, hanya suara nafas mereka dan suara angin yang terdengar diruangan itu. Kelendra mencoba membuka suara, tetapi suaranya seperti tersendat.

Abinra tersenyum getir menatap kepergian Minerva dan Vanilla, "Udah hancur."

Menajamkan pendengarannya, Arsya tidak mungkin salah tangkap dengan apa yang di katakan Abinra─ walaupun terdengar seperti bergumam.

REBELLION (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang