"Ahh... Bosen! Main ke rumah Alice ah!"
Aku bergegas memakai hoodie hitamku dan mengganti kolor ijo menjadi celana jeans. Lalu aku pamit pada Bi Ana--ART di rumahku sekaligus menitip pesan bahwa aku sedang pergi, karena Papa belum pulang dari tempat kerjanya.
"Bi, aku main dulu ya!"
Bi Ana yang sedang menyapu pun menatapku sekilas lalu mengangguk sambil tersenyum ramah.
Aku pun keluar dan menghidupkan motor Kawasaki KLX 150 kesayanganku yang kubeli menggunakan uang hasil menabungku selama bertahun-tahun.
Oh iya guys!
Perkenalkan namaku Fiona Trixie. Aku anak sulung di keluargaku. Ibuku sudah meninggal saat aku masih duduk di kelas 5 SD. Aku juga punya adik laki2 yang super duper nyebelin, namanya Nash. Di rumah, kami hanya tinggal berempat.
Okay, sekarang aku sedang menuju ke rumah Alice, sahabatku. Kami bersahabat sejak masuk SMP. Jadi pertemanan kita sudah berumur hampir 5 tahun karena sekarang, kita sudah menduduki bangku SMA kelas 11. Dia anak blasteran Australia-Indonesia yang lahir di Indonesia, dimana tempat ibunya juga lahir. Walaupun begitu, bahasa Inggrisnya sangat fasih, sebab katanya saat ia kecil, ia pernah tinggal di kampung halaman sang ayah--Sidney selama 5 tahun.
Wajahnya didominasi oleh tampilan bule, hanya ada sedikit tampilan wajah tanah air yang tentunya itu turunan dari sang Ibu. Dengan rambut coklat terang dan kulit putih yang bersih menghiasi tubuhnya, Alice terkadang selalu menjadi pusat perhatian bagi sebagian orang, terutama kaum pria. Aku hanya bisa tepok jidat saja jika ada yang mengajaknya berfoto, berkenalan, bahkan berpacaran.
Sekarang aku sudah sampai di rumah Alice. Jarak rumah kami tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu 5 menit. Sebenarnya aku bisa jalan kaki ke rumahnya, tapi aku sedang malas saja. Hehe.
Aku memarkirkan motorku yang kuberi nama heli guk guk guk. Canda. Kuberi nama Jojo. Jangan tanya kenapa, sebab aku juga tidak mengerti kenapa memberi nama itu. Intinya, nama itu langsung terbesit saja tiba-tiba di pikiranku.
Setelah memarkirkan Jojo di depan rumah Alice, aku pun langsung berjalan menghampiri rumahnya, lalu mengetuk pintu.
Keluarlah Ibunya Alice atau biasa ku panggil Mommy Devi.
Aku menyalami tangannya lalu menanyakan keberadaan sang anak.
"Alice nya ada, Mom?"
"Di kamarnya, sayang..." Jawabnya lembut.
Aku memanggilnya Mommy karena disuruh Alice. Katanya, "Anggap saja Mommy-ku itu kaya Mamamu." Aku jelas senang dong! Mommy juga tidak keberatan dengan sebutan itu. Aku memang terlalu merindukan Mamaku yang sudah tiada 6 tahun lalu akibat kecelakaan tragis itu. Kecelakaan dimana bus yang mengangkut Mama beserta penumpang lain, tak bisa mengendalikan lajunya sehingga jatuh ke jurang tanpa bisa dihindari. Saat itu, Mama baru akan pulang dari rumah Nenek. Aku yang tengah menunggu Mama pulang, malah mendapat kabar tak mengenakan itu. Sudahlah, aku tidak terlalu ingin larut dalam kesedihan itu.
Mommy menyuruhku masuk. Keluarga ini juga menyuruhku untuk menganggap rumah Alice seperti rumah sendiri. Ku akui, aku memang cukup beruntung. Aku mempunyai keluarga yang baik dan juga sahabat baik yang kuanggap seperti keluargaku sendiri.
Aku langsung masuk dan menuju ke kamar Alice yang berada di lantai dua.
Tok tok tok tok tok!
"Do you wanna build a snowman?????" Aku mengetuk kamar Alice sambil bernyanyi dan terkekeh.
Alice membukakan pintu dan mempersilakanku masuk.
Aku pun langsung rebahan di kasurnya. Bukankah anggap seperti rumah sendiri? Ya sudah.
"Ngapain ke sini?" Tanya Alice seraya duduk di tepi ranjang.
"Numpang makan."
Alice pun beranjak, lalu mengambilkanku snack dari lemari surgawinya. Banyak sekali makanan dam minuman di sana. Mantap!
"Thanks, bro!" Aku mengambilnya dari tangan Alice tanpa rasa sungkan. Memang ngelunjak.
"Eh Fi, pas banget lo ke sini." Kata Alice sambil meminum sodanya.
"Kenapa emang?"
"Gue mau curhat."
"Tumben. Pasti tentang nilai matematika Lo, ya?"
"Aish! Jangan bahas itu lah. Gua udah enek liat nilai gua sendiri. Menyedihkan!" Alice mengusap matanya yang tak mengeluarkan air. Benar ya ternyata, 90% populasi manusia cakep, memang kadang lemah dalam bidang pelajaran. Contohnya saja manusia di depanku ini.
"Trus mau curhat apa? Gua sebagai calon motivator siap mendengarkan."
"Sok lo!" Alice memanyunkan mulutnya.
"Mau curhat apa cepet! Gua udah mau pulang nih!"
"Eh! Baru juga nyampe, udah mau pulang aja! Numpang makan doang lo ke sini?!"
"Iya." Jawabku sambil tersenyum.
"Jadi gini. Gua mau curhat tentang cowok yang gua suka. Tapi gua maluuuuuu." Alice menutup wajahnya yang nampak memerah.
"Lo bisa suka sama orang? Gak nyangka."
"Apaansi lo!" Alice meninju bahuku. Tapi tak terasa sakit sebab tinjuannya terasa seperti toel-an.
"Suka sama siapa sahabatku ini, hemm?" Aku duduk dari tidurku lalu mencubit pipi chubby Alice.
"Sakit, kampret!" Alice mengusap pipinya yang merah. "Gua suka sama Kak Devan." Lanjutnya.
Aku sedikit terkejut sembari mengerutkan alisku, "Kakak kelas itu??"
⚽⚽⚽
Tbc
Tengkyuuu buat kalian yang udah nyempetin baca, dan voment. Ini cerita pertama gue dan lagi direvisi ulang setelah dulu sempet direvisi juga karena gue ngerasa banyak kalimat aneh dan kadang gak jelas haha. Jadi kalo ada lagi yang salah sama kata2nya, bisa koreksi di kolom komentar ya. Gue dengan senang hati bakal bales komen kalian ^_^
28-10-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
FIONA (Complete) (Revisi)
Teen FictionBaru tau, gua... Ternyata cinta serumit ini. Gara-gara cinta, sahabat baik gua sampe gak mau temenan lagi sama gua. Tapi karena cinta juga, gua bisa ngerasain yang namanya kasih sayang dari seorang pacar. Eh tunggu, emang dia pacar gua?? START : 28...