͒
"Jangan marah-marah pada suamimu tanpa alasan. Jangan mencurigainya hanya karena kau mendengar gosip tidak baik tentangnya. Karena seperti yang kukatakan tadi, semua orang sedang berusaha ingin menghancurkan pernikahan kalian dari segala sisi. Kita tidak tahu, bisa saja Kiki yang membisikkan berita buruk itu ke telingamu ternyata juga menyukai suamimu. Sekarang pulang ke rumah dan pandangani wajah suamimu dengan teliti, apakah wajah itu bisa hidup tanpa melihat senyummu sehari saja? Apakah ada tanda-tanda kalau ia akan berselingkuh? Apakah orang yang membersamaimu selama ini akan mengkhianatimu? Kalau iya, dari bagian mana yang membuatnya ingin mengkhianati janji pernikahan? Jika tidak menemukan jawaban, tanya baik-baik padanya. Supaya kau lebih tenang dan tidak terusan berpikir negatif tentangnya. Memangnya mau sampai kapan kau membawa pikiran burukmu itu dalam hidupmu, Nai?"
Sampai ia mencintaiku!
"Entahlah, Mbak. Aku lelah sekali rasanya untuk sekedar pulang ke rumah dan memberikan senyuman untuknya."
"Huh! Nai. Kalau kau diam begini dan terus meratapinya sendiri, masalah di kepalamu itu tidak akan selesai-selesai. Ingat, kunci dari semua hubungan di dunia ini adalah komunikasi. Komunikasikan semuanya! Semuanya, Nai." Wanita itu menghela napas. "Maaf, tapi aku harus pulang. Ibuku menunggu."
"Iya, Mbak."
"Balas pesannya, ponselmu berbunyi sedari tadi." Ucapnya sebelum benar-benar beranjak. Mbak Eri meninggalkanku dengan hati yang terlampau gamang.
Aku menyalakan ponsel dan langsung mendapati pesan yang beruntun dari lelaki itu, suamiku.
Cinta💚
| Nai, balas pesanku 🥲
| Sayang, kau masih di sana?"
| Jangan hanya dilihat!
| Naima Rosdiana!
| Angkat telponku, Sayang😌
| Sayang, jangan marah. Aku janji akan pulang pagi sekali besok.
| Apa Paman Gober sudah sampai?
| Kalau sudah, beritahu aku agar aku tidak terlalu khawatir
| Nai, kau kehilangan keyboardmu?
| Apa ponselmu bermasalah?
| Apa perlu kubelikan ponsel baru?
| Naima, Saaaayyyaaaang😭
| Aku bisa sakit kepala jika kau terus-terusan begini.
| Jangan marah😩
| Aku jadi tidak konsen memeriksa berkas-berkas
| Tolong kerja samanya Ibu rumah tanggaku
| Sayang🥺
| Angkat telponku!
| Aku ingin bicara!
| Naima, jangan cuma dilihat!!!
| AKU KESAALL SEKARANG 😤🥹Tidak ada celah dimana sinar kebahagiaan itu bisa masuk. Aku telah menutup rapat semuanya bersamaan dengan langkahku menuju lemari. Tempat satu-satunya yang ingin kutuju.
Menyingkirkan semua keinginan lain dalam pikiranku; termasuk keinginan membalas pesan Ezard. Aku membuka pintu lemari, mendapati box sialan itu di dalamnya. Tidak pernah aku sehawatir ini dalam hidupku.
Aku mengambilnya, membawanya duduk bersamaku di atas kursi. Aku tidak lagi bisa merasakan apapun–selain rasa cemas yang terus menderu bersama dinginnya malam. Mengabaikan ponsel yang terus berdiring bersama pikiranku yang sudah kemana-mana.
Aku membuka box itu asal menggunakan cutter. Dan yang kutemukan disana, sebuah kamera, beberapa lembar foto yang dibalik.
Hanya itu saja. Tapi keduanya tidak bisa membuatku merasa aman karena ketika aku mengambil lembaran foto itu, aku menemukan ada Ezard dan wanita lain di dalamnya.
Foto pertama, saat Ezard sedang mencium bibir wanita itu dengan pakaian yang sama saat ia menemuiku di kafe Lafata sembilan bulan yang lalu. Aku ingat, karena tak satupun dari Ezard yang bisa kulewatkan begitu saja.
Dan foto kedua, dengan pakaian yang persis sama saat ia pergi tengah malam setelah ia hampir meniduri Kiara! Wanita sialan itu! Aku menutup mulutku tidak menyangka saat melihat foto berikutnya, ia hampir menggauli wanita yang tidak asing itu di keramaian bar, biadab!
KAMU SEDANG MEMBACA
Season With You || Lee Jeno [✓]
Roman d'amour🔞"Cintai aku sekali lagi. Jika seumur hidup terlalu berat, maka cukup satu menit saja," ucap lelaki itu, penuh harap. || Copy Right 2020 || Start April 2020