46. Naima Rosdiana

1.2K 100 3
                                    



۝ ⁠۝ ͒⁠⁠۝ 

"Di sungguhan selingkuh?!"

Mbak Aluna berapi-api. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Kelihatan jengah dengan apa yang baru saja kujelaskan padanya.

Iya, aku menceritakan semua tantang Ezard padanya dan Mbak Rania. Sekarang aku dan kedua orang itu tengah berada di dalam kamar Mbak Aluna, tempat paling privasi di kedai ini. Sedang Andre sengaja ditinggal di depan meja kasir. Biar anak itu bisa memantau pelanggan yang baru masuk.

"Aku tidak menyangka." Wajahku sepenuhnya ditekuk.

"Kau jelas tidak akan meyangka karena kau mencintainya. Semua hal tentangnya selalu baik dimatamu, Nai." Itu Mbak Rania. Ia ikut duduk denganku tepian tempat tidur dengan sprei berwarna gelap ini.

"Katakan, kalian mengenal Ezard darimana?"

"Dia sepupuku, Nai." Aku terkejut bukan main ketika Mbak Aluna mengatakan hal itu. Sungguh, aku tidak mengetahuinya dan tak seorangpun yang berniat ingin memberitahuku. Termasuk Ezard, bahkan Mbak Aluna sekalipun.

"Kenapa Mbak tidak memberitahuku selama ini?"

"Buat apa? Buat menyambung silaturahim? Percuma, Sayang. Keluarga kami sudah hancur semenjak si ayah Ezard yang sialan itu menikah dengan adik Mamanya! Kau tahu, saat Mamaku mengetahui itu. Ia langsung marah pada adiknya karena telah berani merebut suami kakaknya. Mereka tiga bersaudara. Semuanya perempuan, aku anak-anak satu-satunya, mamaku yang paling tua. Sementara Mama Ezard anak tengah, dia juga putra tunggal. Dan terakhir, Mama sambungnya, dia anak bungsu yang tidak memiliki anak. Kau tahu, aku benci pernikahan karena masalalu keluargaku."

"Tapi Ezard tidak bersalah, tidak seharusnya ia jadi korban."

"Tidak ada yang marah padanya, Nai. Ia yang marah pada semua orang. Itulah masalahnya." Wanita itu menghela napas. Kemudian duduk di sisiku yang lain. "Aku bahkan harus bekerja di bar untuk mengawasi hidupnya yang sudah semrawut! Jika bukan Mama yang menyuruhku, aku tidak akan sudi menginjakkan kakiku di tempat bususk itu! Kau tahu apa yang dia katakan padaku saat aku membantunya pulang ke rumah dan menjadi sopir pribadinya saat ia tak sadarkan diri; Aluna jangan sentuh aku! Berhenti peduli padaku! Aku baik-baik saja! Aku sehat. Padahal ia hampir mati karena terlalu banyak mengonsumsi alkohol. Dia gila! Tidak waras! Sama seperti Rania, suka tempat-tempat maksiat. Aku heran sekali dengan tingkah laku sepupuku itu. Dia kadang bertingkah seperti binatang. Aku benci itu, Nai."

"Dan untuk toko bungamu. Aluna yang merekomendasikannya pada suamiu itu, Nai. Hitung-hitung kami bisa memoroti harta Tuan Wattson lewat istrinya, hhhh! Selain karena letaknya strategis. Wanita sombong ini sangat bahagia ketika tahu kau yang jadi istrinya Ezard. Ya, walaupun di wajahnya kelihatan flat aja. Tapi sebenarnya dia yang paling mengkhawatirkanmu, Nai. " Mbak Rania tertawa lagi. Memandang temannya dengan tatapan mengejek.

Mbak Aluna memang tidak banyak bicara seperti Mbak Rania. Tapi dia lebih sering peduli padaku. Kadang hanya datang ke toko sekedar menanyakan apakah aku sudah makan siang atau belum. Kalau belum, ia akan mengajakku makan di kafe dekat sini, bercerita tentang perkembangan kedai tehnya atau sekedar menanyakan apakah aku baik-baik saja, apakah aku bahagia, apakah aku tidak kesusahan selama menikah dengan Ezard. Dan saat itu aku akan menjawab panjang lebar, sekalian curhat padanya mengenai rumah tangganya dan Ezard. Setelah itu, Mbak Aluna akan memberikan trik-trik manjur untuk menghadapi si Tuan Ezard yang tidak waras itu.

Pernah juga waktu itu Mbak Aluna datang ke toko dengan wajah ditekuk karena kue buatannya yang hangus, padahal ia sudah menyiapkannya untuk kejutan karena aku sudah menjadi tetangganya. Alhasil ia hanya memberikan tas mahal yang ia pesan lewat aplikasi sebagai hadiah. Walau ia tahu kalau aku tidak suka barang-barang mewah seperti itu.

"Kalau aku tahu, mungkin aku akan lebih mudah menceritakan semuanya pada Mbak Aluna." Aku memandang Mbak Aluna dengan wajah ditekuk. Wanita itu kemudian membawa tubuhku ke dalam pelukannya. Rasanya aku ingin menangis, tapi malu juga. "Aku merasa kesepian sepanjang hari karena Ezard sibuk bekerja. Sejauh ini aku tidak terlalu mengeluhkan hal ini, tapi yang membuatku merasa tidak pantas lagi untuk mendampinginya karena ia sudah berselingkuh dariku." Aku menghela napas dengan tubuh lunglai.

"Jangan bilang—"

"Ya, aku sudah berpisah dan ingin memulai hidup baru bersama Andre dan bayi dalam kandunganku."

"Nai ... kau hamil?"

"Baru dua Minggu."

"Apa Ezard tau?"

"Tidak, aku berencana memberitahunya di hari Minggu saat makan malam berdua di tepi pantai. Kita sudah merencanakan hari itu. Tapi nyatanya aku kehilangannya lebih dulu."

"Nai, tidak mudah membesarkan anak seorang diri." Mbak Aluna menatapku dengan iba. Ia memandang perutku sebentar.

"Tapi aku tidak sanggup lagi. Aku takut ia melakukan kesalahan yang sama. Aku tidak bisa melihatnya begitu saja seperti tidak terjadi apa-apa."

"Lalu kau berencana Kemana?"

"Tidak akan kuberitahu kali ini. Karena jelas Mbak juga akan mengatakannya pada Ezard."

Wanita itu menghela napas dan mengangguk.

"Kau yakin dengan keputusan yang kau ambil, Nai?" Mbak Rania yang sedari tadi menggosok punggungku bertanya.

"Entahlah, Mbak."

"Kau masih mencintainya." Wanita berambut pirang itu menghela napas.

Aku tidak menjawab. "Oh, aku ke sini untuk menjual semua barang-barang yang diberikan Ezard padaku; perhiasan, tas dan juga beberapa jam tangan mahal. Aku yakin kalian suka, selain karena memang branded aku juga jarang memakainya."

Aku berjalan dengan wajah sumringah sembari membuka koper yang tadi kutenteng. Iya, aku hanya membawa beberapa baju, selebihnya dipenuhi dengan hadiah-hadiah pemberian Ezard.

"Nai, kau serius ingin menjualnya?" Mbak Rania berjalan mendekat. Ia melihat tas dan juga perhiasan yang kubawa dengan tatapan tidak percaya.

"Hush!" Mbak Aluna menepis tangan Mbak Rania yang ingin menyentuh perhiasan itu. "Sudah, simpan saja. Aku akan kirimkan uang padamu, beritahu aku berapa nomor rekeningmu, Nai. Barang-barang ini kau simpan saja." Mbak Aluna menutup koper itu kembali.

"Kalau Ezard tahu kau menjualnya, kau mungkin akan dilempar ke kandang buaya! Memangnya kau tidak kasihan menjual barang pemberian mendiang suamimu itu? Dia mungkin memberikannya dengan penuh cinta, tapi kau malah menganggap cintanya seperti benda-benda tidak berguna. Apa kau tahu, Nai? Bahkan ia yang tidak pernah ingin bicara padaku dengan nada yang lembut selama ini, tiba-tiba meneleponku suatu malam hanya untuk menanyakan hal apa yang disukai gadis baik. Ia pasti kebingungan dan tidak tahu harus bertanya pada siapa lagi. Padahal sebelum-sebelumnya ia hanya melempar uangnya sebagai hadiah pada setiap gadis yang ia temui." Mbak Aluna menghela napas berat, lalu melanjutkan,

"Kau juga harus tahu, saat ia ketakutan karena kau sakit. Dia menelponku malam itu, sambil terisak-isak. Aku tidak percaya dengan perubahan lelaki brengsek itu. Pernah juga datang ke kedai hanya untuk sekedar menanyakan bagaimana penampilannya, padahal Ezard tidak pernah peduli dengan bagaimana cara orang-orang menatapnya. Aku tidak tahu akan sehancur apa ia karena kau tinggalkan, Nai."

"Tapi dia berselingkuh."

"Aku paham, karena itu aku menyetujui keputusanmu untuk pergi saat ini." Ia kemudian memelukku sekali lagi. "Jaga kandunganmu ya, Nai. Jangan memikirkan banyak hal. Sekarang kau harus bahagia. Ada keponakanku di dalam rahimmu, masa depan Wattson Corp. Jaga dia. Aku tidak ingin mendengar kabar buruk tentangnya."

Dan hari itu, aku benar-benar pergi. Menuju stasiun, berdua dengan Andre. Memilih kereta selanjutnya untuk rute keberangkatan Jakarta-Yogyakarta. Aku akan ke Yogya.

Dengan harapan bisa menggantungkan hidup menggunakan tabunganku selama menjadi istri Ezard. Aku menyimpan sisa uang bulanan yang ia berikan, untunglah jumlahnya tidak sedikit. Tapi bisa menghidupiku selama beberapa bulan ke depan, cukup untuk membeli rumah yang layak huni dan untuk membuka toko bunga baru di kota Yogya. Uang pemberian dari Mbak Aluna akan kusimpan. Jaga-jaga jika ada keperluan tak terduga nantinya.








.......


Season With You || Lee Jeno [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang