Sebelumnya jangan lupa di vote ya. Siap untuk membaca lagi?
5. Senam jantung
Di tolak itu menyakitkan, jadi jangan tanya aku akan baik-baik saja setelah kamu tolak. Apa kamu tidak punya perasaan?
Aku duduk di bangku pertama didekat pintu. Yah, Mos-ku telah berakhir dan sekarang aku sudah resmi menjadi murid dari SMP Bungansa. Aku tidak menyangka bisa memasuki kelas cukup ekstream untuk belajar, apa lagi kalau bukan kelas unggulan, VII.1. Kelas itu sudah menjadi incaranku sebelumnya dan yah inilah aku sekarang, duduk manis sendiri menunggu wali kelas masuk untuk mengatur tempat duduk.
"Hai Mai, gue boleh duduk di sini dulu kan?" Ucap seorang gadis cantik berkulit putih pucat padaku. Siapakah dia? Kenapa dia sepertinya mengenali-ku?
"Ah, Mayang," ucapnya lagi.
"Maisa,"
"Udah kenal,"Aku menatap bingung pada Mayang, dari mana dia mengenaliku? Perasaanku sewaktu kegiatan MOS aku tidak terpilih menjadi ratu. Tapi kenapa orang-orang mengenaliku. Atau jangan-jangan ... karena aku adiknya ketua OSIS, bang Rey kan ganteng. Hmm ... mungkin mereka ingin mendekati adik iparnya dulu.
Aku tersenyum canggung pada Mayang. Aku adalah tipe cewek yang tidak mau bicara sebelum di ajak bicara. Aku terkesan cuek, jadi banyak sekali orang-orang mengira aku itu orang yang tidak care dengan sekitar. Namun itu semua salah. Aku sangat peduli dengan sekitar, bahkan dengan ... Aidan, Eh! Bicara Aidan, aku tidak sekelas dengannya. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri jika aku tidak mencintai Aidan. Cowok yang berhasil membuatku merasa nyaman setelah orang di masa laluku itu. Aku juga tidak mengerti bagaimana bisa aku mencintai Aidan, bertemu hanya dua hari dan bukan setiap waktu juga, bahkan cowok itu tidak pernah berkata romantis padaku. Tapi ... cinta tidak butuh alasan, bukan?
"Yang-- eh ada Maisa!? Kita satu kelas!? Asikkk!!" Ucap seorang gadis berkacamata sambil memelukku girang.
Aku jadi takjub dengan bang Rey, ternyata pesonanya itu memiliki daya magnet tersendiri. Aku juga bersyukur, setidaknya aku langsung dapat teman baru, walaupun itu karena mereka suka pada bang Rey.
"Assalamualaikum,"
Seorang guru masuk ke dalam kelasku. Sudah bisa ku tebak, itu adalah wali kelasku. Namanya bu Aira dan dia sangat cantik dan masih muda. Bu Aira mengatur tempat dudukku dan betapa terkejutnya, aku tidak menyadari kalau Naura juga sekelas denganku dan sekarang menjadi teman sebangku-ku. Kenapa dunia begitu terasa sempit?
"Hai ketemu lagi kita, seneng deh dapet temen sebangku kayak kamu,"
"Hehe,"
Aku senang juga bisa sebangku dengan Naura, cewek cantik dan mudah tersenyum itu menerima segala sikapku yang terbilang cuek. Naura jelas beda denganku, dia cerewet dan juga suka nge-lucu. Dia bisa mencairkan suasana, siapa yang tidak mau berteman dengannya?
Lonceng jam istirahat berbunyi, aku keluar kelas dengan Mayang dan cewek berkacamata tadi, aku lupa menanya namanya. Mayang mengajakku duduk di bangku taman yang terletak persis di samping kelasku. Di sana terdapat banyak bunga dan mampu membuat mataku terasa dimanjakan. Udaranya pun terasa sejuk.
"Mai, lo masih suka es krim?" Tanya Mayang.
"Es krim?"Ah aku lupa kapan terakhir kali aku makan es krim. Akhir-akhir ini aku tidak diperbolehkan makan es krim, karena cuaca sangat terik dan bisa membuatku sakit. Apalagi kalau ayah tau aku makan es krim, bisa-bisa aku dimarahi.
"Suka, kalian mau beli es krim yaa?"
Cewek berkacamata tersenyum dan mengangguk girang padaku.
"Kalian aja, aku gak deh,""Oh yaudah, yuk Lara"
Jadi nama cewek itu Lara. Dari sepanjang penglihatanku, Lara cewek yang sangat periang, mukanya selalu tersenyum dan dia tidak bisa diam.
Lara dan Mayang berlalu pergi menghilang dari hadapanku, aku sendiri lagi, sepi.-Es cream-
"Bang Rey makan yuk, lapar,"
Aku memutuskan untuk mencari bang Rey dan di sinilah aku sekarang, ruang OSIS. Awalnya aku ragu untuk masuk tapi melihat bang Rey ada di dalam dan sendirian, langkahku pun mengarah kesana.
"Gue lagi sibuk, gak liat apa?"
Bang Rey memang kelihatan sibuk, tapi apa bermain game itu lebih penting dari pada aku, adiknya sendiri?
"Ayooo," desakku.
"Dan temenin bocah satu ni ke kantin!?"Bang Rey berteriak, tapi pada siapa? Di dalam ruangkan hanya ada aku dan bang Rey ... atau jangan-jangan bang Rey mencoba menakut-nakutiku.
"Bang rey pikir Mai gampang di bohongin? Jangan nyari-nyari cara biar gak mau nemenin Mai deh,"
Bang Rey menghembuskan nafas kesal, dia berdiri dan berjalan ke arah meja panjang dan berjongkok di sana. Bang Rey menyibakkan kain meja dan di sana ada ... Aidan. Aku menahan tawa melihat Aidan yang tidur di sana. Ada-ada saja kelakuannya.
"Bangunin tuh, gue mau nge-game lagi,"
Ya ampun kenapa harus aku yang membangunkannya. Ini tidak boleh dibiarkan, jantungku bisa-bisa berdegup lebih cepat dari biasanya.
"Sampai kapan mau liat dia? Bangunin dong!"
"Tapi bang..."
"Ck, DAN BANGUN GAK LO!?"Dugh
Aku terlonjak kaget melihat Aidan terbangun dan kepalanya terbentur keras dengan meja. Ingin ngakak tapi kasihan juga. Aidan mengelus-elus kepalanya dan menatap sinis pada bang Rey. Aku yang tadi berjongkok didekatnya memutuskan untuk duduk disamping bang Rey lagi.
"Ganggu banget," ucap Aidan parau. Lalu keluar dari kolong meja dan duduk di sampingku, sangat dekat. Ya ampun, tolong kerjasama-nya jantung. Aidan kembali memejamkan matanya dan yang lebih parahnya lagi dia menjadikan bahu-ku sandarannya. Aku senang tapi ini tidak baik buat jantungku. Aku menarik ujung seragam bang Rey dan menunjuk Aidan yang sedang tertidur di bahu-ku.
"Modus, modus. Modus terosss,"
Aidan menegakkan tubuhnya dan membuka matanya perlahan. Dia cengengesan.
"Kalau gue tidur di bahu bang Rey, itu gak baik,"
"Bawa tuh Maisa ke Kantin, katanya lapar,"
"Gue ngantuk, kenapa gak bang Rey aja?"Apa ini semacam penolakan secara halus? Apa dia tidak mau menemaniku pergi ke Kantin? Tapi kenapa? Kalau itu yang dia mau tidak apa-apa.
"Bang Rey, Mai sendirian aja gapapa."
"Gak marahkan?" Ucap Aidan.
"Ah gak-lah, ngapain juga marah?"
Aku berlalu keluar dan meninggalkan ruangan OSIS itu. Sedih? Tentu iya.***
Terimakasih telah membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
ES CREAM
Roman pour Adolescents(ON GOING) Cinta. Bagaimana kata itu mampu mengobak-abik hati seseorang? Cinta. Kenapa dengan kata "cinta" Rasa patah dan tumbuh selalu dirasakan? Apa yang membuat "cinta" itu terasa indah? Menurut Maisa, "cinta itu takdir. Aku merasakan jatuh cint...