[0.3]

20 3 3
                                    

"WOY WOY WOY! NGAPAIN LO?! WAH GAK BENER NIH!" Ata berlari ke arah Bianca dkk. Nara membuka matanya. Melirik ke arah Ata.

Ck, pasti masalahnya bakal tambah besar. Kenapa sih? Batin Nara.

"Lo ngapain dia hah?! Mau masuk penjara ya lo?!" ucap Ata ke arah Bianca. Perempuan itu menjauhkan pisau kecilnya dari leher Nara lalu berdiri.

"Kamu belain dia Ta?" ucap Bianca.

"Lo kenapa sih?" tanya Ata.

"Aku benci sama dia! Dia pasti udah ngehasut kamu kan? Iya kan?" ucap Bianca sambil menunjuk Nara yang terkapar di lantai. Clarissa, Fanny dan Elina sudah melepaskan pegangan mereka pada Nara.

"Ngehasut apaan sih?! Lo jangan sembarangan nuduh orang dong! Liat! Apa yang lo lakuin ke dia itu bener bener keterlaluan!" ucap Ata. Laki laki itu menaikkan nada bicaranya.

Bianca terkekeh pelan,"Ini bukan apa apa. Lagian, salah dia sendiri deketin kamu. Dan kalo sampe aku liat cewek aneh ini deket kamu lagi, aku nggak akan buang buang waktu buat bunuh dia saat itu juga." ucap Bianca.

"LO GILA HAH?!" teriak Ata. Bianca tidak menjawab, ia menatap Ata sambil menaikkan alisnya.

"Ck, lo! Lo bener bener ya! Dia hampir mati dan lo bilang bukan apa apa?! Gue bakal bicarain ini sama guru bk," ucap Ata lalu mendekati Nara.

"Ta? Kamu kok nolongin dia sih?!" ucap Bianca membentak Ata. Namun, laki laki itu nampak tidak peduli.

"KAMU BERHENTI SEKARANG JUGA ATAU AKU BAKAL BUNUH DIRI!" Bianca berteriak lalu menempelkan pisau yang ia pegang ke pergelangan tangannya. Tepatnya di nadi.

Ata terdiam. Ia menatap Nara yang menutup matanya tak sadarkan diri lalu melirik Bianca.

Ck, kenapa gue harus berurusan sama cewek gila kayak Bianca sih! Batin Ata. Laki laki itu kemudian berdiri dari jongkoknya.

"Lo jangan macem macem ya!" ucap Ata.

"KAMU MUNDUR DARI CEWEK ANEH ITU! MUNDUR!" ucap Bianca. Ata menghela nafas, ia lalu mundur beberapa langkah.

Bianca lalu membuang pisaunya ke sembarang arah lalu meraih tangan Ata.

"Kamu jangan nekat kayak tadi! Aku gak suka! Aku gak suka pokoknya!" ucap Bianca.

Mulai deh, hadeuh. Batin Ata menatap jengah ke arah Bianca.

"Ayo kita pergi!" ucap Bianca lalu menarik tangan Ata diikuti dengan Elina, Fanny dan Clarissa.

"Ra? Lo gak papa? Nara? NARA!" teriak Kesya.

"Ini kita harus gimana?!" ucap Kesya kepada Faikha.

"Lo tenang aja, tadi gue liat Ata ngehubungi temennya buat nolongin Nara. Bentar lagi mereka bakal ke sini," ucap Faikha. Keysa mendecak kesal.

"Sumpah ya! Bianca bener bener gila!" umpatnya.

"Eh Key! Awas!" ucap Faikha saat melihat Rey, Adrian, Vigo, dan Jeno mendekati Nara.

"Wah parah ini mah! Ayo angkat, bawa ke uks" ucap Rey.

"Ck, Ata goblok banget anjer! Kenapa nggak manggil guru bk pas ngeliat Bianca bikin ulah?!" ucap Jeno.

"Dia panik. Nggak kepikiran buat manggil guru. Lo tau kan Ata kek gimana?" ucap Adrian.

"Kalian bacot bener sih! Ayo angkat anjer!" ucap Vigo yang sudah berjongkok.

"Hehe maap maap,"

***

"M-makasih ya kak," ucap Nara sambil menunduk.

10 menit yang lalu, perempuan itu telah sadar. Luka lukanya juga sudah diobati. Siapa yang ngobatin? Tentu saja pangeran Ardana Reygan Syaputra yang terhormat dengan ilmu PMR nya. Karena petugas uks pergi entah kemana.

"Masama, lo hati hati kalo ada Bianca," ucap Vigo. Nara mengangguk.

"Kenapa lo nggak ngomong ini sama guru bk? Atau gak ortu mungkin?" tanya Adrian.

Adoh! Ini gimana jawabnya!? Batin Nara.

"Eng.. Hehe iya kak," ucap Nara.

Hih! Goblok banget! Jawaban macam apa itu njer?! Batin Nara.

Adrian menggaruk tengkuknya.

Gak jelas anjer, batinnya.

"Itu luka lo harus sering di obatin ya? Terus perban di leher lo itu juga sering sering di ganti," ucap Rey.

"Iya kak. Makasih," ucap Nara. Rey mengangguk.

"Lo mending istirahat aja deh. Jangan ikut pelajaran dulu, nanti gue bilangin ke wali kelas lo. Oh ya, namanya siapa?" ucap Vigo.

"Pak Dio," jawab Nara. Vigo mengangguk angguk.

"Oh iya, kacamata lo retak tadi," ucap Jeno sambil meletakkan kacamata Nara yang sudah tidak berbentuk di atas nakas.

Nara menghela nafas,"Gak papa kok. Makasih ya kak," ucap Nara.

"Omong omong, kalian jangan lagi main ke taman belakang sekolah ya," ucap Nara tiba tiba. Rey mengernyitkan dahi.

"Kenapa?" tanya Rey.

"Ada yang keganggu kalo kalian main di sana," ucap Nara.

"Maksudnya?" tanya Adrian. Nara menghela nafas kemudian menggeleng.

"Nggak deh, jangan dipikirin," ucapnya lalu tersenyum tipis.

"Hah? Kok gitu? Ayo ceritain! Gue penasaran nih," ucap Vigo. Nara menggeleng.

"Kalian nggak akan percaya," lirihnya sambil menunduk.

"Percaya kok percaya! Ayo dong cerita!" ucap Rey. Nara mendongak menatap Rey. Laki laki itu tersenyum.

"Di sana ada cewek, dan dia butuh ketenangan. Cewek itu gak bisa tenang kalo kalian main di sana. Dan dia bakal ngelakuin apapun biar dia bisa tenang," ucap Nara. Vigo dkk terdiam. Memang, mereka tidak mengerti apa yang dibicarakan Nara.

Nara tersenyum tipis.

"Haha, enggak deh. Jangan dipikirin. Lagian kalian nggak akan ngerti," ucap Nara. Setelah itu uks pun mendadak hening.

"Ra?" panggil Rey. Nara mendongakkan kepala.

"Lo.."

Tbc

Hayo apa hayo..

She is Strange or Different?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang