Gelap, sunyi, suara ngeri yang bersahut - sahutan. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku berjalan, menelusuri setiap inci hutan ini. Setapak demi setapak, selangkah demi selangkah, tak kunjung juga kutemukan jalan keluar. Ahhh ini semua salahku sendiri, harusnya aku mendengarkan peringatan kakek tua itu. Kakek tadi menyebut ini hutan apa ya tadi, aku lupa.
"Aghh gak tahu. Semoga aja ada yang sadar kalo aku hilang dan mencariku. Tapi apa mungkin saat mereka menemukanku aku masih hidup."
Awalnya aku hanya ingin meladeni sebuah mitos yang beredar di kalangan masyarakat sini sejak jaman dahulu. Konon katanya jika berhasil menemukan peninggalan berupa patung monyet di sebuah gapura yang terletak di tengah hutan ini, maka kamu akan dapat melihat masa lalu dan masa depan seseorang.
"Hari sudah gelap, baterai hp ku juga udah menipis, kalo gak cepet keluar bisa bisa aku tidur disini malem ini."
Bulu kudukku berdiri hanya dengan membayangkan harus menghabiskan waktu tidur di bawah pohon - pohon tinggi yang lebat seperti ingin melahapku hidup - hidup. Kalo bukan karena aku seorang pria, bisa - bisa aku menangis sekarang ini.
Masih dengan arah tak jelas, aku terus berjalan dengan harapan bisa menemukan tempat peristirahatan yang lebih layak, dibandingkan harus berbaring di atas dedaunan basah dan kotor. Syukur - syukur jika bisa sekalian menemukan jalan keluar.
"Awhh, nyamuk nya gede - gede banget sih, duuuuh bisa - bisa keabisan darah inimah."
Sambil terus meracaw tak jelas, tiba - tiba tak jauh dari tempatku berdiri samar - samar terlihat ada seekor hewan. Walau keadaan cukup gelap, dari sedikit cahaya hp ku, aku tahu bahwa hewan itu adalah seekor monyet. Aku berjalan mendekat ke arah monyet tersebut. Tiba - tiba monyet tersebut berteriak, suara nya melengking sampai memekakkan telinga.
Aku ambruk.
Cahaya yang menyilaukan membangunkanku, saat ku membuka mata, ternyata pagi telah tiba. Badanku kaku, aku tak bisa bergerak, sepertinya badanku terlalu lelah karena berjalan terlalu jauh kemarin.
Tiba - tiba sebuah ingatan muncul di benakku. Peringatan dari kakek yang ku temui kemarin sore terngiang - ngiang di pikiranku.
'Apabila kamu bertemu dengan monyet di tengah hutan, tutup telinga mu, karna jika tidak maka bukan masa lalu ataupan masa depan yang kau lihat. Melainkan waktu mu yang akan dihentikan.'
Aku bergidik ketakutan, masih mencoba menggerakan tubuhku, tapi tak bisa juga.
Kemudian aku sadar, 'waktuku telah dihentikan'. Aku melihat sekitar, aku berada di atas gapura.
Aku sudah menemukannya, patung monyet di tengah hutan.