🥀7🥀

24 12 9
                                    

***14.30***

Mei melirik pintu kamar yang masih tertutup sejak tadi. Ya, sejak tadi Laksa masih betah berdiam diri disana tanpa keluar sama sekali. Entah apa yang sedang dilakukannya.

Bukan urusanku sih... Mau dia jungkir balik, guling-guling, lompat kodok, berenang, terserah kok... batin Mei yang sebenarnya sudah kepo akut.

Mei kembali melirik ke arah pintu cokelat itu, entah kenapa dirinya tak tahan lagi untuk pura-pura tak peduli.

Aku gak mungkin cemas sama dia kan? Haha, gak mungkin. Aku cuma takut hp ku diapa-apain kok, gak lebih. Kalau di otak-atik terus rusak gimana? Kan aku yang rugi, iya kan? batin Mei bermonolog mencari pembenaran.

Mei akhirnya memberanikan diri mendekati pintu. Sejenak ia diam di depan pintu, perasaan gelisah kembali menghantuinya.

Gak usah takut Mei, kamu kan gak salah apa-apa. Cuman mau ngambil hp kok. Kalau dia marah, marahin aja balik! Ayo berani Mei!

Mei mengangkat tangannya hendak mengetuk pintu, namun baru satu ketukan, pintu sudah terbuka lebar.

Sosok Laksa pun muncul dari balik pintu, terlihat ia sedikit terkejut saat mengetahui Mei berdiri berhadapan dengannya.

"Ba-balikin Handphoneku!" sahut Mei cepat dan mengulurkan tangan kanannya. Jujur ia sedikit takut saat melihat raut wajah Laksa masih terasa dingin.

Laksa terdiam sejenak dan menatap Mei dalam diam. Ia lantas berbalik dan mengambil Handphone Mei, lantas menyerahkannya.

"Nih," ucapnya dengan sedikit tak ikhlas.

Mei mengerjap. Beneran? Ia tak percaya Laksa akan langsung memberikannya. Padahal ia hanya asal bilang saja. Dan, bukankah Laksa bilang akan menyitanya sepanjang hari?

Laksa mengernyit bingung. "Eh, jadi gak? Kok malah bengong. Kalo gak jadi aku ambil lagi nih."

Mei menatap Laksa dengan tatapan heran setengah tak percaya. "Oh, ya jadilah. Aku kira bakal dikasih syarat dulu," ucap Mei sedikit bergumam di akhir. Sayangnya suaranya itu masih terdengar oleh Laksa.

Laksa tersenyum simpul. Baru saja jemari Mei menyentuh Handphone, langsung ditarik ke atas oleh Laksa.

"Eh?" Mei mengernyit, membuat Laksa kembali tersenyum iseng.

"Tadinya mau aku kasih langsung sih, tapi idemu bagus juga," ucap Laksa.

Mei merutuki mulutnya beberapa menit yang lalu. Kenapa ia harus gak sengaja bilang gitu coba?

"Apa syaratnya? Kalau yang aneh-aneh aku gak mau. Ambil aja kalau gitu," balas Mei. Laksa tersenyum tipis.

"Gak susah kok. (Mungkin)," ucap Laksa.

Mei mengernyit, wajahnya seolah mengatakan 'apa?'

"Ayo siap-siap dulu, mau aku ajak ke suatu tempat," ucap Laksa kemudian.

***15.00***

Setelah perjalanan selama 10 menit dengan mobil, akhirnya Laksa dan Mei tiba di depan salah satu bangunan pencakar langit yang berdiri kokoh.

Mei melihat sejenak papan yang terpantri disana, 'Blue Sky Corp'. Langsung saja Mei tak asing dengan namanya.

"Kenapa mengajakku ke perusahaanmu?" tanya Mei penasaran.

Laksa tersenyum seraya melepas sabuk pengaman. "Kenapa ya? Coba tebak," lanjutnya balik bertanya.

Mei berpikir sejenak. "Kalau bukan untuk mengenalkanku sebagai istrimu, pasti karena pekerjaan," tebak Mei tepat sasaran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A•E•O•L•I•A•NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang