Pt. 11 - Drama Pulang Sekolah

23 2 0
                                    

"Twins?" aku kembali mengernyitkan dahiku.

"Nathan-Natya sama Devan-Revan"

hah?

siapa? Nathan Natya?

Jadi anak itu punya kembaran?

"Pokoknya lo jauhin mereka deh Na. Gue dari dulu emang rada eneg sama kelakuan mereka" Shintya berjalan perlahan, mengajakku untuk melihat-lihat sekolah sambil bercerita.

"maksudnya?"

"iya. Sok berkuasa! Mentang-mentang mereka orang kaya, jadi seenaknya"

hmmm, aku berpikir sejenak.

"Kalo gak suka, kenapa kamu biarin aja anak yang dibully tadi?! Kita kan bisa nolongin dia sama-sama?!"

"itu beda cerita. Anak yang berkacamata tadi itu namanya Revan, salah satu orang yang harus lo hindari. Mereka memang sudah sering kelahi gitu, toh ujung-ujungnya orang tua mereka yang nyelesein masalah mereka" Shintya mengangkat bahunya santai sambil menghela napas.

"haha, Sinetron banget ya" Shintya tertawa renyah.

Tapi tiba-tiba Ia menghentikan tawanya, kemudian menghadap kearahku lalu mencengkram bahuku kencang "Nathan, Natya, Felix, Rangga, Bima, Devan, Revan, Leo. Ingat ya, lo jangan berurusan sama mereka semua"

Aku hanya menatap kosong kearah Shintya, saat dia menyebutkan nama-nama asing yang banyak itu, aku benar-benar tidak mengerti.

Lagi-lagi Shintya menghela nafas "Gue tau lo punya banyak hal yang mau lo tanyain. Tapi nanti aja ya Na gue ceritain detailnya. Gue lagi malas ngomongin mereka"

Bukan.

Masalah utamanya bukan disitu.

Hanya saja, mereka terlalu banyak untuk aku ingat. Kapasitas otakku yang hanya beberapa mb ini sudah mencapai batasnya.

***

Hari ini hari terberat disepanjang hidupku saat aku bersekolah. Pasalnya, dari pagi yang kulakukan hanya menghindari keberadaan Nathan dan teman-temannya.

Tadi saja, saat aku berpapasan dengan Felix, rasanya seperti jantungku ingin keluar. Tapi untung saja dia terlihat buru-buru, jadi dia sama sekali tidak menghiraukan aku.

Belum apa apa, tenagaku sudah terkuras banyak.

Apa aku pindah sekolah aja?

Tidak.

Tidak Anna.

Jangan kabur dari masalah untuk kedua kalinya. Kamu harus menghadapinya jika ingin disebut wanita dewasa.

Selama aku tidak berurusan dengan mereka, itu akan baik-baik saja bukan?

"woi!"

Suara yang mengintrupsi otakku untuk menjauh dari sini sekarang, sedang mendekat kearahku. Aku menoleh dan benar saja, itu Nathan.

Pergi sekarang juga Anna.

Aku melangkah dengan cepat mencoba untuk menjauh dari keberadaan manusia satu itu.

Jauhin mereka Anna, jauhin mereka.

Kata-kata Shintya terus saja berputar-putar dikepalaku. Seakan ia sedang mengawasiku dari jauh. Seharusnya aku masih menunggu Shintya sampai dia selesai dengan urusan osisnya, karena katanya dia akan mengantarku pulang.

ANNASTASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang