"Kesepakatan dan Layangan"
***
"Widih, ada yang bawa oleh-oleh nih!" Seru Arthur kuat ketika melihat si Kembar membuka pagar lalu mulai memasuki pekarangan rumah.
Si Kembar dapat melihat sang ayah yang duduk di kursi teras sambil memangku adik mereka. Lelaki itu memakai celana kolor selutut berwarna kuning pekat dan kaos oblong warna hijau terang. Pas hari udah mulai gelap, bapak tiga anak itu emang kelihatan paling terang sendiri.
"Kak, jalannya cepetan dong sini! Papa 'kan udah kepingin dari tadi."
Sesampainya di hadapan Arthur, lelaki itu hendak mengambil alih kantong plastik yang berada di tangan Ayana. Tetapi gerakan Arthur kalah cepat dengan Ayana yang lebih dulu menyembunyikan kantong plastik itu ke belakang tubuhnya.
"Tidak ada makan siang gkhatis, Pa." Ayana menggeleng-gelengkan kepalanya.
Arthur mengeryitkan dahinya. Dari mana pula anak ini menemukan kalimat menjengkelkan seperti itu?
"Yaudah, sih, pelit amat." Arthur langsung bangkit dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam rumah bersama Ansell.
"Yah, Papa, mah. Ditanya dong bayakhannya apa." Ayana merengek sambil menghentak-hentakkan kakinya mengekori Arthur ke dalam rumah. Keana mah dari tadi udah masuk duluan, kebelet pipis dianya.
Arthur ternyata berjalan ke dapur. Soalnya Kinzy lagi masak juga disana siapin makan malam.
"Papa," Ayana terus melancarkan rengekannya pada Arthur.
"Kenapa sih, Kak? Baru pulang kok udah kusut gitu mukanya." Tanya Kinzy ketika merasakan keheningan di dapur mendadak hilang.
"Papa pelit, Ma." Adu Ayana pada Kinzy tetapi mata gadis itu menatap kesal pada Arthur.
"Loh, kok malah Papa yang pelit? 'Kan Aya yang gak mau kasih jambunya. Masa sama Papa sendiri minta bayaran sih?" Arthur tak mau kalah. Lelaki itu kini sudah mendaratkan tubuhnya pada kursi meja makan.
Ayana menyusul gerakan Arthur. Gadis itu juga sudah meletakkan bungkusan jambunya ke atas meja makan.
"Pa..." Ayana kini bergerak pada kaki Arthur. Ia memeluk kaki sang ayah lalu memberikan tatapan memelas pada lelaki itu.
"..." Arthur tidak menjawab rengekan Ayana. Tetapi tangan lelaki itu sudah bergerak mengambil jambu Ayana yang diletakkan anak itu di atas meja.
"Pa..." Ayana bergerak heboh di kaki Arthur karena merasa diabaikan oleh ayahnya.
"Apa sih, Kak?" Arthur menatap jengah pada Ayana.
"Bayakhannya. Itu jambunya pada manis loh, Pa. Aya tadi juga sengaja bilangin ke Mbah Iin biakh dikasih jambu yang gak ada ulatnya."
"Hm, mau apa?" Kalimat yang ingin Ayana dengar akhirnya keluar juga.
Sembari mengunyah jambu, Arthur dapat melihat cengiran mencurigakan dari putri sulungnya ini.
"Aya mau hamstekh, Pa."
"Ya, hamster itu buat hewan peliharaan. Gak bisa dimakan." Arthur kepo sendiri ini anaknya lihat hamster jadi makanan dimana sih?
"Aya bukan mau makan hamstekh, Pa. Aya mau punya kayak Bang Andkhe."
"Iya, Pa. Tadi hamsternya Bang Andre lucu banget. Kea gemes lihatnya." Keana sudah kembali dari kamar mandi.
Dah, udah paham Arthur arah pembicaraan ini.
"Papa alergi bulu hamster."
"Tapi seminggu yang lalu Bang Andkhe bilang Papa gendong-gendong si Glubuk kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jajar Genjang [END]
ЮморMiring dah! Miring! 🐥Sequel Bad Boy Is A Good Papa🐥 *** Copyright 2019, Kecoamerahmuda. Publikasi hanya di Wattpad.