Prolog

1 0 0
                                    

Musim panas merasuk kedalam rongga kamar. Matahari pun mencari celah untuk membuka mata manusia setengah mendengkur. Malam itu, aku sudah melewati episode terakhir drama korea favorite sepanjang peradaban. Itu sebabnya aku kembali bangun kesiangan. Kupastikan, semuanya akan kembali normal setelah menyelesaikan cerita-cerita romantis itu. Semua orang pasti tahu kegilaan gadis dengan menjadikan tayangan drakor sebagai hobi atau sekadar menepis rasa bosan dalam kondisi perkotaan disebuah tempat tinggal minimalis.

"Ha, ya ampun! Terlambat lagi! Seharusnya ku pasang alarm beberapa waktu."

Menjadi seorang wanita adalah bukan pilihanku, tapi takdir yang sudah melekat harus ditanggung. Meski terkadang jika dilahirkan kembali, aku ingin memilih sebagai seorang laki-laki. Tapi sudahlah, syukuri apa yang sudah menjadi jalanNya.

Jeans, kemeja kotak-kotak, pashmina, dan sepatu pentofel warna hitam. Aku kenakan dengan sepenuh hati. Nampaknya kisah akhir drama manis semalam membangkitkan pagi ini. Tanpa basa-basi, aku melangkah pergi menuju kampus baru ku yang terkenal elite dan elegan itu.

Hingga kini sulit dipercaya. Tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Menimbang dengan menguras pikiran, memutuskan untuk menerima beasiswa yang telah guruku perjuangkan. Beliau percaya padaku seutuhnya.

Saat itu, aku diperuntukkan sebagai juara provinsi berkat jurus menulis artikel dan kepenulisan tingkat SMA. Takdir membawaku pada awal yang baru. Perjalanan sebagai seorang mahasiswi amatir ditengah gemerlapan, setelah tiga bulan beradaptasi di tempat ini.

Ku lewati bebas setiap jalanan yang ada. Menghirup bunga warna-warni di toko seberang. Melompati lubang jalan yang becek. Lalu bercermin sesaat dibalik toko-toko dekat kampus. Dunia adalah milikku hari ini. Jiwa ku sangat bersemangat.

Tepat didepan pintu gerbang utama dengan arsitekur megah dan modern. Ku cium aroma-aroma ambisi di dalam nurani setiap pelajar yang berlalu lalang yang siap mengikuti program study.

Sempurna! Berita yang sudah menyebar terkait kampus fenomenal dalam mencetak orang-orang hebat. Dan aku menjadi bagian dari mahasiswa baru kampus tersebut. Aih aku membanggakan diriku.

Tiba-tiba gugupku datang, menciptakan gerakan-gerakan tak berguna. Hingga tak sadar aku menabrak seorang wanita cantik yang sedang memperhatikan papan pengumuman di sudut gedung aula.

"Maaf," ucapku.

"Sepertinya kau mahasiswa baru?" tanya nya penasaran.

Aku mengangguk mengiyakan pertanyaannya.

"Aku juga. Itu artinya kita seangkatan!" tegasnya ceria.

Aku hanya tersenyum tanpa suara. Seolah menjadi tradisi pita suaraku mengering pada saat kondisi seperti ini. Padahal ini hanya sedikit komunikasi dengan seorang yang tak ku kenal.

Setelah beberapa detik kemudian. Suasana senyap bersama kami.

Setelah sekian detik ku pertimbangkan, mencari kata-kata yang pas untuk wanita itu. "Memangnya jurusan apa yang kau pilih?" tanyaku memberanikan diri.

"Jurnalistik!" Dia mengangkat tangan kanan dan melirik arlojinya, "Kelasku segera dimulai dua menit lagi. Semoga kita bertemu kembali!" ujarnya seraya terburu-buru dengan beberapa buku tebal dan laptopnya.

"Elina!" Enzy menyapa dari jauh.

"Kau kenal Aura?" kukira dia melihat kami mengobrol dari kejauhan.

Bahkan aku baru tahu namanya saja dari temanku, Enzy. Karena waktu berjalan cepat seakan kita ditakdirkan hanya untuk mengobrol sebentar.



Td❤Dilihat dari penampilannya, ku kira dia Kakak seniorku. Karena baru kutemui wajahnya. Nampaknya dia orang kaya, karena hampir semua barang yang dikenakannya bermerek. Saat itu, aku mulai tak percaya diri. Penampilan wanita itu berbanding terbalik dengan diriku yang seadanya.

"Kau kenapa?" Kensy mengagetkanku dari belakang.

"Tidak!"

"Wajahmu terlihat aneh setelah mengobrol dengan Ayra."

"Kau mengenalnya?"

"Siapa yang tak kenal dengan wanita itu. Dia adalah mahasiswa jurusan Jurnalistik. Putri dari salah satu dosen di kampus ini. Walau pun begitu, barang-barang brendit itu ia dapatkan dari hasil pemotretannya."

"Dia mandiri sekali, ya!"

"Tak lebih dari satu tahun, dia mendapatkan segalanya. Rumah, mobil mewah, atau keiling dunia setiap bulannya."

Aku terkagum-kagum mendengar prestasi kelebihan wanita yang diceritakan Lisa. Meski dirundung kekayaan, dia sangat rendah hati buktinya pada kejadian tadi.

"Terkadang , aku iri padanya. Seolah-olah dia sudah mendapatkan surga. Dan menjadi dambaan semua laki-laki atas kesalihannya."

"Tapi kenapa dia tidak gunakan kekayaannya itu untuk kuliah di luar negeri?"

"Alasannya memilih jalur Jurnalistik adalah berkenaan dengan hobinya yang sudah bersahabat dengan kamera. Selain menjadi model, dia sudah menggeluti les bahasa asing. Sehingga dia bisa menjadi reporter go international, pekiknya dalam laman blog miliknya. Arab, Inggris, Belanda, Francis, dan Korea sudah ia kuasai. Sekarang dia sedang melancarkan bahasa Turki."

"Waah... Aku jadi penasaran siapa laki-laki beruntung yang akan mendampinginya nanti,"

"Omong-omong, kau sangat tahu dengan seluruh hidupnya. Kau benar-benar colon intelejen terbaik! Itu sebabnya pulsamu cepat habis karena menguntit kehidupan pribadi seseorang."

"Hehe..." Kensy tertawa kecil.

Kisah Ayra menjadi pembelajaran hari ini. Ku tatap dan hayati kembali seratus mimpi yang ku tulis didalam agenda. Semua berawal dari percaya pada diri sendiri. Siapa pun dirimu, purnama akan bersinar dan memancarkan cahaya diatas bumi.
Lakukan saja dan bersemangat.

Hallo readers! semoga sehat selalu dan mood klean bertambah dengan membaca part ini hingga part selanjutnya, yaa! ❤

in secureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang