Siapa dan apa adanya.

15 0 0
                                    

Kita harus selalu hidup. Untuk hidup perjuangan harus selalu kita lakukan. Hanya pecundang yang menyerah pada keadaan.

Dengan raga setengah sadar ia mengambil air wudhu untuk sholat subuh. Diangkatnya keranjang berisi sayur-sayuran dan buah-buahan menuju pasar. Di pagi hari, setiap sebelum berangkat sekolah ia membantu Ibunya berjualan di pasar. Rutinitas itu ia lakukan sejak ayahnya meninggal 3 tahun yang lalu. Sayur dan buah-buahan sudah menjadi teman setia ketika pagi datang. Dan sejak ayahnya meninggal, ia selalu membantu tugas ibunya. Seperti mengais rejeki untuk menyambung kehidupannya.

Dia bernama Firman Resnawa, biasa dipanggil Firman. Duduk dibangku SMA sebagai siswa kelas 3, menambah jadwal hariannya semakin sibuk. Selain membantu ibunya, ia pun disibukkan dengan jadwal les sebagai persiapan Ujian Nasional. Namun ia ta akan lupa akan kewajiban membantu ibunya.
Setelah tugas membantu ibunya selesai, ia segera bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.

“sudah siap berangkat nak?.” Ibunya bertanya sembari membereskan sisa dagangan yang tidak habis terjual.

“sudah bu.” Jawab Firman
Dengan tas yang sudah ia gendong di punggungnya, dan sisiran rambut yang rapi. Menambah kegantengannya yang tidak maksimal.

“Firman berangkat dulu bu”. Ucap firman sembari mencium tangan ibunya.

Ia lantas mengayuh sepedaanya dan berangkat ke sekolah. Sepeda Federal pemberian ayahnya dulu, karena Firman mendapatkan ranking satu sewaktu Ujian Nasional saat SMP.  Ia memang termasuk anak yang rajin dan pandai. Maka tak heran ketika ia mendapat ranking satu. Sepeda itu sangat berarti bagi ia, karena itu adalah kendaraan untuk berangkat ke pasar membantu ibunya, dan juga untuk menuntut ilmu. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rasa yang Salah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang