Chapter 6 - Perasaan

2K 257 42
                                    

"Jadi kesimpulannya, Lan Jingyi itu bodoh dan menyebalkan sejak dulu, huh ?" Jin Ling menanggapi.

Mendengar hal itu membuat Lan Sizhui tersenyum kecil dan kembali melirik sahabat bodohnya di belakang. Mereka melanjutkan perjalanan pulang mereka dari berburu malam yang melelahkan.

Kali ini Sizhui melihat Ouyang Zizhen memegang tangan Lan Jingyi untuk memeriksa lukanya. Walaupun tidak terlalu dalam, tapi luka itu cukup lebar dan membuat banyak darah segar keluar. Ketika Zizhen membubuhkan tanaman herbal ke lukanya, Jingyi hanya bisa sedikit mendesah sakit, kemudian merapatkan gigi-giginya.

"Pelan-pelan, kawan. Atau kau malah akan semakin membuatku terluka." Jingyi memohon sambil memegang tangan Zizhen yang akan membubuhkan obat itu untuk kedua kalinya. Dan Zizhen hanya membalas dengan anggukan dan senyuman kecil.

Pemandangan itu yang membuat Lan Sizhui sedikit meruncingkan tatapannya. Walau tetap tanpa menghilangkan aura wibawanya. Ia sekarang sedang memimpin kelompoknya. Lagipula, melakukan tindakan bodoh dan sembrono bukanlah keahliannya.

"Lan Sizhui, jujur lah padaku." Kata-kata Jin Ling membuatnya memalingkan pandangannya. "Kau dan Jingyi... hanya bersabahat, kahn ?"

Lan Sizhui memandang tajam Jin Ling dan bertanya, "Kenapa kau bertanya begitu ?"

"Kau tahu, selama aku hidup ada empat tatapan yang paling aku benci. Tatapan Mo Xuan Yu kepada pamanku Jin GuangYao, tatapan HanGuang Jun kepada senior Wei Wuxian, tatapan Wei WuXian kepada HanGuang Jun, dan tatapanmu kepada Lan Jingyi barusan."

"..." Sizhui terdiam. Telinganya sekarang menjadi merah padam bagaikan irisan tomat.

"Jika kau memang ingin menjadikannya milikmu seorang, kenapa kau tidak menyatakan perasaanmu padanya ? Mungkin ayah angkatmu bisa memberitahumu bagaimana cara melakukannya."

Jin Ling mengatakannya memang tanpa berpikir. Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. Tapi ketika kalimatnya berakhir, seketika ingatannya memutar ulang kejadian di Jinlin Tai. Ia ingat betul bagaimana pernyataan cinta kedua orang tua angkat Sizhui adalah pengakuan keinginan untuk "tidur bersama". Di depan banyak orang. Seketika badannya bergidik dan merinding.

"Mmm... kutarik lagi ucapanku. Sebaiknya kau tidak meniru cara orang tuamu menyatakan cintanya."

Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang. Akhirnya para junior sekte Lan itu berpisah dengan Jin Ling dan Ouyang Zizhen. Tempat ini adalah titik temu dan titik berpisah mereka menuju sekte masing-masing. Di tempat ini juga biasanya Wen Ning sang Jenderal Hantu bersembunyi dan menunggu mereka mengajaknya berburu malam.

"Bagaimana lukamu ?" Lan Sizhui masuk ke kamarnya. Ia berjalan menuju meja di tengah ruangan dan menaruh semangkuk bubur dengan beberapa irisan daging ayam diatasnya. Seketika ia menghampiri Jingyi di kasurnya kemudian meraih tangan Jingyi untuk memperhatikan lukanya lebih dekat. Perban yang menutupi luka itu terlilit dengan sangat rapi. Membuat bau tanaman herbal yang biasanya sangat keras tidak tercium dari luar.

"Sangat mendingan. Obat ini juga terasa sangat dingin, membuatku tidak merasakan sakit lagi." Lan Jingyi tersenyum lebar, menandakan bahwa ia baik-baik saja. Melihat senyum ceria Jingyi kembali, Lan Sizhui pun tersenyum lega.

Lan Jingyi, "Zizhen kelihatanya tahu banyak tentang obat-obatan. Dia terlihat cukup keren."

"..."

Sizhui terdiam mendengar perkataan Jingyi. Ia beranjak menuju meja di tengah ruangan dan mulai memakan bubur yang ia bawa tadi.

Sebenarnya ia membawa bubur itu untuk dimakan oleh Jingyi. Bahkan jika Jingyi tidak bisa menggunakan sendok karena tangannya yang terluka, ia akan dengan senang hati menyuapinya. Tapi entah sejak kapan, niat itu hilang dan beralih menjadi keinginan untuk menghabiskan bubur itu untuk dirinya sendiri.

"Arrggghh..!! apa yang kau lakukan Sizhui ? Kenapa kau menghabiskan buburku ?" Jingyi melompat dari tempat tidurnya dan berlari menuju meja itu. Pandangannya berubah sedih dan memelas ketika tahu mangkuk tadi sudah kosong tak berisi.

"Kenapa ini bisa jadi buburmu ? Aku membawanya untuk diriku sendiri. Aku lapar. Memimpin kalian benar-benar melelahkan." Lan Sizhui mendengus.

Ia melihat tangan Jingyi yang terluka kemudian melanjutkan, "Oh iya. Dan bukankah lukamu sudah ditangani dengan sangat bagus ? Kau tentunya sudah bisa mengambil bubur sendiri. Aku bahkan yakin kau sudah bisa melakukan handstand jika lukamu ditangani seperti itu..."

Lan Jingyi mengembungkan pipinya, berusaha untuk tidak mengeluarkan kata-kata. Ia tahu mereka semua sangat lelah dan mudah tersulut emosi. Memulai perdebatan hanya akan memperburuk situasi. Walaupun matanya sedikit berkaca-kaca, ia berusaha tetap tegar dan melemparkan tubuhnya ke tempat tidurnya.

Lan Jingyi membekapkan wajahnya dengan bantal. Ia pun bergumam sendiri tanpa suara, "Kenapa Sizhui marah padaku ? Apa aku melakukan kesalahan besar lagi ?"

Selama ini Lan Jingyi memang sering melakukan hal ceroboh dan sembrono, tapi Lan Sizhui sangat jarang memarahinya. Sizhui terlihat selalu sabar menghadapinya dan mengingatkannya secara lembut jika ia membuat kesalahan. Sehingga jika Lan Sizhui sampai ia buat marah, itu artinya kesalahannya pun sudah kelewat batas.

Lan Jingyi membenamkan wajahnya semakin dalam. Kali ini ia mulai merasakan bantal di daerah wajahnya sedikit-sedikit mulai terasa basah. Ia berusaha sangat keras mengingat kembali kejadian-kejadian hari ini yang kemungkinan menjadi alasan Sizhui marah besar kepadanya. Berkali-kali ia bergumam dan mengumpati bagaimana lemahnya kemampuan berpikirnya.

"Ini..."

Sebuah suara lembut mengejutkannya. Sontak saja Lan Jingyi membalikkan badannya dan menemukan sosok Sizhui yang berdiri di samping ranjangnya sambil menyodorkan semangkuk bubur hangat ditangannya. Kali ini irisan ayamnya lebih banyak !

Tapi Jingyi tidak memperdulikannya. Ia lebih memilih untuk duduk di tepi ranjangnya sambil memeluk tubuh Sizhui yang masih berdiri. Gerakan tiba-tiba itu membuat Sizhui rona wajahnya semakin memerah dan hampir saja ia menjatuhkan mangkuk bubur yang sedari tadi ia pegang.

"Sizhui, beritahu aku. Apa aku membuat kesalahan sehingga kau marah ?"

"Mn."

"Kalau begitu beritahu aku apa kesalahanku ?"

Sizhui menunduk menatap wajah Jingyi yang terangkat ke atas. Mata mereka beradu pandang cukup lama sampai akhirnya Sizhui berkata, "Kau bodoh."

Jawaban itu tentu saja tidak akan memuaskan Lan Jingyi. Ia melepaskan tangannya dari tubuh Sizhui dan mendengus kecil.

Sejenak kemudian, Sizhui duduk di tepi ranjang tepat di sebelahnya. Ia menyodorkan kembali mangkuk bubur itu. "Makanlah dulu mumpung masih hangat. Kau bisa makan sendiri kahn ?"

Lan Jingyi mengernyitkan dahi kemudian berguling-guling di ranjangnya sambil berteriak, "Aw aw aw... tanganku sakit... sakit sekali. Aku bahkan tidak bisa merasakan tanganku. Aku rasa obat ini membuatnya infeksi. Benar-benar buruk!" Jingyi kemudian menatap wajah Sizhui yang meliriknya juga. Bahkan orang paling idiot pun tahu bahwa ia hanya berpura-pura.

Malam itu, lan Sizhui menyuapi Lan Jingyi semangkuk kecil bubur. Sedikit demi sedikit. Membuat kegiatan yang seharusnya bisa selesai dalam lima menit, membutuhkan waktu dua kali lipatnya.

Sekali lagi ia melihat tangan Jingyi yang terlilit perban. "Kau tahu, orang bilang mencium luka akan membuat luka itu cepat sembuh."

"Apa benar ?" Jingyi dengan segera mengecup tangannya berkali-kali.

"Tentu saja bukan kau sendiri yang melakukannya."

"Lalu siapa yang harus menciumnya ?" Jingyi menatap bingung.

Dengan cepat Sizhui meraih tangan Jingyi yangterluka. Tanpa aba-aba, kedua bibirnya menyentuh lembut kain perban yangmenutupi luka itu. Memberikan kecupan terhangat yang bisa ia persembahkan.

Best Friend [[Vakum]] (Lan Sizhui x Lan Jingyi / Zhuiyi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang