viii, antara harapan dan juga logika.

775 104 6
                                    

perhatian, diketik menggunakan huruf kecil

...

"pulang, yuk!" ajaknya sembari memakai sepatu yang tadi ia lepas ketika memasuki ruangan.

darin menoleh sirah saat suara dari langit memanggilnya, apa ia tak salah dengar sampai-sampai lelaki senyum bulan sabit ini mengajaknya pulang.

ia mengernyit sesaat. "gue ga salah denger nih?"

bukan jawaban yang ia dapat melainkan senyum bulan sabit dari sang pemuda yang asmanya langit itu, ia tersenyum sembari menyodorkan sebuah pelindung kepala.

"engga lah, anggap aja ini sebagai ucapan terimakasih karena pinjemin novel lo,"

ucapan terimakasih katanya, padahal jikalau mau melakukan pendekatan ia bisa langsung mengatakannya.

darin terkekeh dibuatnya, ada-ada saja kelakuan anak ini. "yaudah sini helmnya. kita balik,"

raganya menegak mensejejerkan dirinya disamping pemuda yang tingginya beda beberapa jengkal dengannya, ia menerima pelindung kepala itu dan memakainya.

"kirain mau sekalian dipakein juga helmnya?" goda langit berhasil membuat netra milik darin berdebar kencang sampai-sampai seperti ingin keluar dari tempatnya.

darin mendecih."sembarangan." tungkainya ia langkahkan mendahului sang pemuda yang kini tengah mengukir kurva. bisa-bisanya terjadi sebuah pertemuan tak terduga dari buku novel.

ah, sepertinya semesta memang sudah mengabulkan mimpi darin yang ingin kisahnya seperti novel romansa. toh, buktinya saja sang pangeran sudah datang tapi tidak dengan kuda putih melainkan dengan motor vespa kesayangannya.

"kalau udah gini, mending lo mundur aja, ji." alka menepuk bahu sang pemuda yang sedari tadi memandang kepergian kedua insan.

benar juga, tapi selama hati sang putri belum direbut. bukankah masih ada kesempatan yang terbuka?

aji menghela nafasnya sesaat.

"engga, ka. masih ada kesempatan disana."

ya, ini merupakan sebuah resiko ketika rasa yang harusnya muncul ini ditempatkan kepada seseorang yang jelas-jelas tak akan membalasnya. benar-benar resiko dari menyukai seorang teman.

kesempatan yang sangat dikit tentunya.

"lan, gue tuh ga paham gimana si karta bisa ditelpon bundanya,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"lan, gue tuh ga paham gimana si karta bisa ditelpon bundanya,"

hari ini sehabis pulang sekolah, bulan segera bergegas menemui arya yang sedang latihan bersama pasukan alambayan. bukan karena ia minta tumpangan melainkan perihal keadaan seorang pemudi.

bulan mendelik. "lo kalau bohong keliatan banget, cepet cerita!" ancamnya sambil pasang muka garang.

membuat arya mengehela nafasnya kasar, sembari menyedekapkan hasta didepan dadanya. "yaudah nih gue kasih tau, tapi gausah ribut. paham?"

nestapa asa, kelahiran dua ribu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang