00

45 7 6
                                    


"Aku hancur didepan matamu. Mencapai titik terendah dan tenggelam lebih dalam. Meraih sedikit harapan terakhir, aku sudah mencoba menjangkau dengan kedua tanganku. Sambil menatap matamu, aku akan mencium perpisahan. Tertawakanlah aku selagi masih bisa. Karena sekarang giliranmu!!!!"~unknown


Nama gue Ega, kebiasaan gue sama aja kaya cewe remaja kebanyakan. Gatau kenapa, suatu hari bokap gue maksa untuk pindah sekolah, padahal sekolah gue sekarang udah sekolah favorit dikota, karena males ngebantah gue ngikut ajalah. Kejadian itu membuat popularitas gue meningkat, bukan karena pintar yah (aslinya sih bego) tapi karena gue murid baru, mungkin alasan bokap gue mindahin gue ke sekolah SMAB (Sekolah Menengah Atas Buangan:v) karena gue begonya udah kebangetan.

Pas pertama kali ngijak kaki disekolah ini sih biasa-biasa aja, gue juga lumayan mudah dapat temen baru dikelas. Tapi pas pelajaran pertama dimulai dan gurunya masuk, ada yang aneh, eeeee.... ternyata gurunya bencong hiks, tapi gantengsih, gelagatnya aja kaya ibu-ibu rempong.

Gak kerasa mapel pak bencong udah kelar. Aneh juga murid-murid gak ngolok guru yang kek gitu, biasanya bakal jadi bahan candaan.

Gue buka hp bentar, nunggu bel istirahat berbunyi,notif whatsapp gue tiba-tiba jebol, dari nomor gak dikenal. Pp-nya gambar cowo pegang pisau, njir.

EGA
"Lu siapa, dah?"

Gak lama akhirnya hp gue bunyi.

UNKNOWN
"Gw unknown"

Hah becanda atau gimana nih orang, mana ada orang tua ngasih nama anaknya unknown.

Tiba-tiba temen baru gue nepok bahu. "Siapa tuh, Ga? Pacar lu?" dia senyam-senyum, Dhea namanya. Dari mukanya sih kek cabe-cabean, anaknya centil abis.

"Ya bukan lah," sahut gue.

"Ohh... Bukan, ya? Cowo dari sekolah lu? Ganteng gak? Ehh, kenalin dong," pinta Dhea.

Temen baru gue yang satunya ikutan nimbrung, si Lela. "Kayaknya seru nih, ada apaan?" tanyanya.

Gue noleh, "ini, Le. Gue dapet pesan dari orang gak di kenal. Pas gue tanya siapa, dia bilang unknown," jawab gue.

"WHUTT!! UNKNOWN?!!" Lela langsung gebrak meja. "Maaf Ga, gue gak bisa bantu. Gue takut ikutan diteror makhluk kek gitu," Lela langsung merogoh kantong roknya. Ada sebatang lilin dan korek api. Abis nyalain lilinnya, dia jalan keluar kelas, sambil bawa lilin dan bergumam gak jelas.

"Lah, kenapa tuh si Lela?" heran gue.

"Biasa, pasti abis nonton pengabdi dukun the setress. Seharusnya diruqiyah tu anak," jawab Dhea santai.

"Ternyata bukan temen lu yah si unknown itu. Ehh... tapi kalo lu ada kenalan cowo di sekolah lu yang dulu, kenalin ke gue yah, sekolah lu dulukan banyak cogan," pinta Dhea genit-genit.

"Etdah ni bocah genit banget sih, dah lah, ke kantin aja yuk," ajak gw.

"Yye..kan gue mau cari doi, hayuklah ke kantin" setuju Dhea. Dhea jalan sambil menggandeng tangan gue.

"Dhea, gak usah gandengan juga kali jalannya" protes gue, karena orang-orang dikoridor pada liatin kami.

"Iisshh, gak apa kali, kita kan sahabat" kata Dhea dengan polosnya.

"Tapi, entar dikira orang kita lesbi, njir" saut gue dengan sedikit kesal.

"Ye, iya-iya gue lepas" kalah Dhea akhirnya.

Di sepanjang jalan gue natap hp, _saha dah tuh unknown, bikin penasaran aja_ gumam gue dalam hati.

Gak lama, sampai lah kami ke kantin. Keadaannya porak poranda kek abis keterjang topan. Ada kakel gelud, cewe-cewe toktik-an, anak terbully yang makan di lantai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unknown CodeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang