Tittle : Hantu Manor
Genre : Comedy, Horor, Sci-fi.
Chr : Edgar Valden, Kevin Ayuso, Andrew Kress, Luca Balsa, Victor Glanz, Vera Nair, Emily Dryer, Helena Adams, Tracy Reznik.
_______________________________________Di pagi buta, sebuta mata Helena, sebuta cintaku padamu //eh
Sedikit berjinjit dengan langkah mengendap-endap mendekati pintu, memutar kenop pintu lalu membukanya perlahan berharap tidak menimbulkan suara apapun yang dapat membangunkan ketiga orang yang tengah tertidur pulas saling memeluk satu sama lain dengan si Albino yang berada ditengahnya.
Bukan tanpa alasan, Edgar terlalu bosan berada di ruangan itu selama seminggu penuh tanpa keluar. Ia bukan tahanan dan tidak ingin menghabiskan sisa hidupnya disana. Oh tidak, itu yang terburuk. Sesekali ia juga ingin merasakan udara bebas. Lagipula semua orang pasti masih terlelap jam segini bukan? Ia bisa kembali kedalam sebelum matahari menampakan sinarnya. Tidak ada masalah selama tidak ada yang tahu. Ia mungkin harus sedikit berkeliling.
Tapi tempat ini terlalu luas, banyak lorong bercabang dan Edgar tidak tahu dimana pintu keluarnya. Mengusap lengan kirinya dengan resah, hanya ada cahaya remang-remang di sisi jalannya. Lorong ini menyeramkan dengan pencahayaan minimnya. Hening... Terlalu sunyi sampai rasanya Edgar dapat mendengar detak jantungnya sendiri. Baiklah sekarang ia takut. Bagaimana jika ada penghuni tak kasat mata disini? Apa manor ini berhantu?
Dan sekarang Edgar mulai menyesali keputusannya untuk keluar sendiri mengabaikan peringatan Andrew yang melarangnya untuk keluar kamar. Tanpa sadar ia telah melangkah terlalu jauh dari pintu kamar Andrew. Edgar menghentikan langkahnya dan berbalik. Lorong yang ia lewati barusan ternyata tampak lebih gelap dari sebelumnya, ia bahkan lupa darimana arah ia datang.
"Mampus".
Bagus, sekarang dia mulai memaki dirinya sendiri. Tubuhnya gemetaran seiring dengan suara langkah kaki yang menggema semakin mendekat. Ah! Benar-benar ada yang datang!
Langkah kakinya cepat berlari ke arah sebaliknya. Orang itu pasti mendengar suaranya. Tapi itu bukanlah yang terpenting! Tidak ada yang boleh melihatnya ditempat ini. Saat itu kebetulan ada lemari kayu coklat yang ditemuinya, tanpa pikir panjang ia langsung masuk kedalamnya bersembunyi. Matanya mengintip keluar dari celah pintu. Sejujurnya lemari ini aneh sekali dengan keadaannya yang kosong, seolah memang dirancang untuk menjadi tempat persembunyian darurat.
Seorang pria koboi melewati lemari tempatnya sembunyi sambil menyenandungkan sebuah lagu dengan suara sumbangnya.
"Jodohku.. maunya ku dirimu hingga mati, ku ingin BERSAMAMU!! HIYAA HIYAAA!!". Orang itu lalu mengeluarkan selembar foto lecak dari sakunya dan menciuminya berkali-kali. Saat itu juga Edgar mendadak merasa ilfeel.
Hidungnya terasa gatal menghirup debu, "H- hachoo!!", Edgar cepat-cepat membekap dirinya sendiri.
"Bodoh bodoh bodoh!" Edgar memaki dirinya lagi.
Pria koboi itu memutar cepat kepalanya kearah lemari yang membuat Edgar hampir menjerit terkejut.
"Tidak tidak tidak, jangan dibuka. Hus hus pergi!"
Semakin dekat koboi itu pada lemari tempatnya bersembunyi, semakin cepat pula adrenalin memacu jantungnya. Bulir keringat menetes dari pelipis. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
A : Berdiam diri dan pasrah pada keadaan yang mungkin saja terjadi.
B : Membuka pintu dan mencoba peruntungannya untuk kabur.
C : Membunuh saksi mata.
Tunggu, ini bukan soal pilihan ganda!! Dan apa-apaan opsi yang terakhir itu?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradigmatic Scenario [Identity V]
FanfictionDunia tidak adil bukan? Mereka tidak pernah berpihak padamu, ya benar. Kau tersingkiran, layaknya sampah tak berharga.. Semua diskriminasi, penghinaan, rasa sakit telah kau lalui. Tapi apa yang kau dapat setelah berjuang sejauh itu? Dunia tetap sam...