Kelarutan adalah kemampuan suatu zat untuk larut dalam suatu pelarut tertentu. Ada zat-zat yang lebih mudah larut dalam air, dan justru ada ada zat yang lebih mudah larut dalam minyak. Hal itu tergantung pada polaritas zat tersebut, dan salah satu yang mempengaruhi polaritas zat adalah struktur kimia zat tersebut. Zat dengan struktur kimia yang mengandung banyak gugus hidrofilik (hydro=air ; phyllic = suka) akan lebih mudah larut dalam air, sementara zat dengan struktur kimia yang mengandung banyak gugus hidrofobik (hydro=air ; phobic=takut) akan lebih mudah larut dalam pelarut seperti minyak.
Fenomena di atas dikenal dengan istilah like dissolve like. Artinya, suatu zat akan larut pada pelarut yang memiliki sifat serupa. Fenomena tersebut juga menjelaskan mengapa kita cenderung dekat dengan orang-orang yang memiliki sifat seperti kita. Meski ketika makin dewasa kita belajar untuk bergaul dengan orang yang berbeda dengan kita, tapi secara naluriah kita akan merasa lebih mudah dekat dengan orang-orang yang serupa dengan kita.
Maka kalau dipikir-pikir lagi, Haiva bisa dekat dengan Haris, barangkali karena mereka memang setipe. Dulu, saat masih menjadi atasan dan bawahan (kayak baju, hehe), Haiva barangkali sering menghindar dari Haris karena khawatir terus menerus diberi tugas. Tapi kini, saat Haiva sendiri memiliki anak buah, Haiva tiba-tiba sadar bahwa dirinya begitu mirip dengan Haris dalam me-manage anak buah. Entah karena Haiva telah belajar banyak dari kepemimpinan Haris, atau karena sifat mereka memang serupa sejak awal namun baru disadari Haiva.
Jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam suatu cairan pelarut disebut dengan kelarutan jenuh. Untuk mengetahui seberapa banyak suatu zat dapat dilarutkan dalam suatu cairan hingga jenuh, biasanya dilakukan dengan menambahkan zat tersebut terus menerus ke dalam pelarutnya hingga zat tersebut tidak dapat larut lagi. Upaya pelarutan ini biasanya dibantu dengan suatu "paksaan/tekanan" yang disebut pengadukan. Seperti saat kita ingin melarutkan gula dalam air teh, kita juga mengaduknya kan?
Namun, upaya pengadukan ini hanya efektif untuk mempercepat pelarutan, bukan untuk meningkatkan jumlah zat yang terlarut. Untuk meningkatkan jumlah zat terlarut dalam suatu cairan, ada "paksaan/tekanan" lain yang harus diberikan, yaitu pemanasan. Kita tentu lebih mudah melarutkan gula dalam air teh panas, dibanding dalam es teh kan?
Kedua prinsip ini yang biasa dilakukan para atasan (supervisor/manajer/direktur) terhadap anak buahnya. Untuk menilai kemampuan optimal anak buah, para atasan biasanya "menambahkan sedikit demi sedikit" target pekerjaan, dan meningkatkan "tekanan/paksaan" dengan memperketat deadline tugas. Dengan melakukan kedua hal tersebut, seorang atasan bisa menilai seberapa besar kemampuan anak buahnya bisa dipaksakan/dioptimalkan.
Pantas saja dulu Haris sering sekali mengejar-ngejar Haiva soal deadline pekerjaan. Terlebih, makin baik dan makin cepat kinerja Haiva, maka Haris akan menambah target pekerjaan dan memperketat tenggat waktunya. Barangkali saat itu Haris sedang menilai batas optimal kinerja Haiva.
Teknik yang sama digunakan oleh para penulis wattpad untuk menilai batas maksimal, seberapa banyak orang yang menyukai cerita yang ditulisnya. Itu mengapa beberapa penulis menetapkan target vote, saat melihat jumlah pembaca dan jumlah vote sangat kontras. Dengan menetapkan target vote, penulis bisa melakukan self-assessment, seberapa baik/buruk tulisannya dan seberapa banyak pembaca yang mengharapkan kelanjutan ceritanya.
Sayangnya teknik "aplikasi tekanan untuk memperlihatkan kinerja maksimal" ini justru membuat beberapa budak korporat memiliki prinsip seperti ini: kalau kerja, nggak usah terlalu rajin. Makin rajin dan makin bagus hasil kerja kita, maka bos akan makin menambah beban kerja.

KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA YANG TIDAK DIMULAI
Roman d'amourWORK SERIES #1 Aku selalu berandai-andai. Andai aku terlahir lebih lambat, atau kau terlahir lebih cepat. Apa kita bisa bahagia? First published on May 2018 Final chapter published on August 2020 Reposted on December 2021