▪▪▪
Kabar tentang kiriman bunga yang selalu tertuju pada Hyun-Ra tentu saja langsung menyebar ke seantero perusahaan—bahkan ke seluruh anak cabang yang berada di mana-mana dan membuat Hyun-Ra jadi pergunjingan. Bahkan para perempuan kantor mulai berani berbisik-bisik keras seolah sengaja ingin Hyun-Ra mendengarnya, melontarkan kata-kata menyakitkan seperti; dasar perempuan munafik, perempuan murahan yang tidak tahu diri, perempuan miskin tapi banyak tingkah, tukang selingkuh, tukang penggoda yang mendekati Daehyun hanya untuk hartanya, dan berbagai ucapan mencela lainnya ketika Hyun-Ra hendak lewat dan membuatnya merasa tidak tahan. Surat dari laki-laki bernama Park Jinho yang terselip di semua bunga kirimannya benar-benar sudah mempengaruhi semua orang dan menganggap Hyun-Ra perempuan jalang tak tahu malu.
Sekarang, Hyun-Ra merasa kantor bagaikan dunia kelam, terlebih saat tak ada Seo Jin sejak beberapa hari lalu yang harus cuti untuk menemani kakaknya dalam masa pemulihan. Karena setahu Hyun-Ra, kakak Seo Jin memang memiliki riwayat penyakit ginjal yang sering kambuhan, dan sahabatnya itu hanya mengabarinya lewat pesan. Kini hari-harinya jadi sepi, seorang diri menghadapi keadaan sulit dengan sorotan para perempuan kantor yang tampak begitu horror, seolah-olah mereka akan menyerbu dan mencakarnya habis-habisan.
Meski keadaannya sudah semengerikan itu, tapi Hyun-Ra menolak saat Daehyun berniat mengantar ke meja kerjanya, atau menegur semua pegawainya dengan pikiran; pasti mereka akan menganggapnya berlindung di balik punggung tunangannya, bos mereka. Ia harus bisa menghadapi ini dan jangan sampai membuatnya lemah, karena ia tidak bersalah dan semua prasangka buruk mereka tidaklah benar.
Sepanjang pagi Hyun-Ra tidak bisa bekerja dengan baik, tidak bisa berkonsentrasi dengan pikiran yang penuh kekalutan. Bahkan ketika waktu makan siang, ia masih berdiam di mejanya, termenung dengan wajah murung memikirkan semua permasalahannya.
Dan sebenarnya apa yang terjadi sekarang? Bunga, hadiah, hingga kemudian fitnah. Ataukah memang ini yang harus ia hadapi karena telah berani menjadi tunangan dari seorang putra sulung keluarga Cho?
Hyun-Ra tersentak ketika tiba-tiba dering singkat ponselnya menyadarkannya. Ia membuka pesan yang masuk.
Kenapa melamun? Kau seharusnya pergi ke ruanganku dan menemaniku, Sayang
Ia membaca pesan Daehyun dengan perasaan sedih, tahu kalau Daehyun pasti mengamatinya dari CCTV.
Meski rasanya tak nyaman untuk keluar ruangan dan berjalan di koridor dengan tatapan benci orang-orang, Hyun-Ra tetap bangkit untuk pergi ke ruangan Daehyun. Karena sudah menjadi kebiasaan pria itu makan siang ditemani olehnya, ia tidak ingin masalah ini membuatnya lalai dan mengabaikan kekasihnya. Terlebih dengan adanya teror bunga serta hadiah-hadiah seperti kemarin, Daehyun jadi sepuluh kali lebih protektif dan tidak mengizinkan Hyun-Ra berdiam sendirian atau pergi ke sudut manapun tanpa sepengetahuannya.
Hyun-Ra berjalan sambil termenung, tidak fokus pada sekitar hingga tanpa sengaja ia menabrak seorang lelaki, membuat ponselnya terlempar karena gerakan terkejutnya. Ia nyaris terjungkal ke belakang kalau saja lelaki itu tidak meraih dan mendekap pinggangnya.
Hyun-Ra mengerjap, sadar lelaki itu justru memeluknya, ia langsung melepaskan diri.
"Maaf," ucap Hyun-Ra membungkuk meminta maaf. "Aku tidak sengaja menabrakmu karena kurang fokus dan tidak memperhatikan jalan. Aku minta maaf."
"Tidak apa-apa, Nona, santai saja. Dan apa kau baik-baik saja?"
"Ya, aku tidak apa-apa." Hyun-Ra teringat ponselnya dan ia celingukan mencari benda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears Of Love (Completed ✔)
Ficção AdolescenteTak banyak yang Hyun-Ra inginkan dalam hidupnya selain menikah dengan Daehyun dan menjalani kebahagiaan bersama pria yang dicintainya. Tetapi petaka mulai terjadi saat ia bertemu Kyuhyun, adik kembar Daehyun, yang kemudian menghamilinya dan membuatn...