14 - Dijodohin

287K 30.1K 2.3K
                                    

Selamat membaca.....🤗🤗🤗

*****

Dengan semangat empat lima aku berjalan menuju ruangan Pak Gian. Jangan lupakan senyuman yang selalu menghiasi wajahku.

Eits.... Kalian jangan salah paham dulu. Senyumku bukan untuk Pak Gian, but buat draft bab tiga ku yang sudah rampung. Dan tolong jangan ingatkan aku tentang kuesioner yang sudah terisi itu. Memang sih, itu semua berkat Pak Gian dan relasinya. Sehingga kuesioner ku bisa cepat terisi.

Tok tok tok.

Tok tok tok.

"Loh, pintunya kok dikunci ini. Gue nggak salah kok, ini hari Selasa sesuai janji."

Kutekan tombol panggil pada nomor Pak Gian, tapi yang kudapati hanya suara operator.

Daripada menunggu ketidakjelasan, aku memilih pergi. Nanti juga Pak Gian pasti kecarian. Di tengah jalan, samar samar aku mendengar pembicaraan orang-orang yang berlalu lalang.

Dukk

Aku hampir terjatuh. "Aduh, maaf ya Dek," ujar seorang perempuan dengan terburu-buru.

"Eh, nggak papa Kak," jawabku dengan setengah tersenyum. Kulihat perempuan itu membuka pintu ruangan Pak Gian dengan kunci yang sudah ia pegang.

"Tidak perlu beritahu seluruh divisi dan dosen. Pak Ares yang meminta."

"Baik, pak."

"Ada apa dengan Pak Gian?" tanya batinku mulai penasaran. Saat melewati laki-laki paruh baya dan maybe sekretarisnya, aku tersenyum sambil membungkukkan badan sedikit menunjukkan rasa hormat.

Belum selesai rasa keterkejutanku, saat berada di dalam toilet aku mendengar tiga orang perempuan berbincang tentang Pak Gian.

"Nggak tahu juga sih, katanya jatuh dari motor."

"Wahh, kok bisa sih. Kasian Pak Ares tahu."

Apa katanya? Pak Ares? Itu maksudnya Pak Gian Alvares kan. Jatuh dari motor?

"Tadi juga gue denger dari anak sebelah kalau Pak Ares kecelakaan jatuh dari motor. Udah dibawa ke rumah sakit juga katanya."

"Terus gagal dong ya kita rapatnya."

"Pak Tama bakal gantiin. Beliau sudah disini."

"Jadi kita bakal tetap rapat nih?"

"Yah..."

Setelah mereka keluar dari toilet, aku juga langsung keluar dari tempatku menguping dimana lagi kalau bukan di salah satu bilik yang ada di toilet ini.

Kalau memang benar Pak Gian jatuh dari motor dan sudah di rumah sakit, maka aku tidak perlu menunggunya dan melakukan bimbingan. Dengan mantap aku menuju lift untuk turun ke lobby. Aku sedang menunggu pintu lift terbuka.

"Loh, ini saya nggak salah lihat, kamu--" Kulirik seseorang yang berdiri di sampingku, seketika aku mundur saat mengetahui Pak Tama alias papanya Pak Gian lah yang berdiri di sampingku.

"Maaf Pak," ujarku sesopan mungkin.

"Aduh, saya lupa namanya. Kamu kan yang kemarin dibawa Ares ke acara ulang tahun istri saya?" Aku mengangguk mengiyakan. Kulirik beberapa orang yang juga berada di belakang Pak Tama melihatku bingung.

"Namanya siapa?"

"Sarah Annara, Pak."

"Nyari Ares?" Sekali lagi aku mengangguk. "Ares ada di rumah sakit. Anak itu agak bebal, jadinya jatuh dari motor."

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang