Kayla tahu, Keano pasti cemburu melihatnya berfoto dengan Anta. Meski Keano tidak memperlihatkan cemburunya dengan jelas, Kayla tahu maksud Keano menanyakan foto itu padanya. Puisi itu cuma alasan, sebenarnya dia hanya cemburu karena belum pernah mendengarnya membaca puisi, tapi Kayla malah membaca di depan orang lain, bahkan sampai membuat orang lain tertarik dengannya.
Kayla menggigit bibirnya, sedikit merasa tidak enak dengan Keano, cowok itu belum pernah tahu kalau Kayla suka menulis puisi. Jadi, alih-alih membaca puisi yang dimaksud Keano, Kayla memilih untuk membaca puisi favoritnya. Puisi yang dia buat saat dia memutuskan pindah ke kota ini. Juga sebagai bentuk maaf pada Keano karena tidak pernah bercerita tentang dirinya dengan benar.
Kayla pikir, tidak ada salahnya bercerita tentang masa lalunya, sedikit demi sedikit. Lagi pula, dia sudah lelah menyimpan, dia butuh seseorang yang bisa memberinya semangat, seseorang yang akan berkata, "Semua baik-baik saja.", dan seseorang yang akan membuatnya berdamai dengan masa lalunya. Kayla hanya berharap kalau Keano adalah orang yang memiliki semua itu.
Ternyata rasanya berat, Kayla belum bisa bercerita dari titik awal masa lalunya, jadi dia memutuskan untuk melewati cerita itu, dan langsung membaca puisi yang dia maksud sebelumnya. Kayla meraih buku catatan kecil yang tadi dibawa Marisa, lalu menarik napas panjang sebelum mulai membaca.
Seperti bunga yang perlahan layu setelah kupetik
Aku pun perlahan sayu setelah lama tak berkutik
Seperti kelopak bunga yang berguguran
Aku mencoba pergi meski harus berkorban
Seperti biji-biji bunga yang jatuh bertebar
Aku mengampu gugup meski tak sabar
Dan seperti duri-duri bunga yang menyakitkan
Aku tegas untuk bertahan
Demi seuntai tawa yang lama tak lepas
Aku mencoba meloncati tepi
Berdiri di antara bunga-bunga yang mekar
Sedangkan aku, mungkin hanya tanaman tanpa bunga
Begitu takut dan canggung
Begitu gamang dan rikuh
Aku sadar, tapi aku tak peduli
Biar saja, aku pasti kembali ke tepi
Setelah seuntai tawaku lepas dari belenggu duriKayla membaca puisinya dengan nada sedih, kadang melihat buku kadang tidak karena sudah setengah hapal. Ia hampir menangis, setitik air matanya turun lagi, tetapi Keano segera mengusapnya, membuat Kayla tertegun.
"Gue udah bilang, jangan cerita kalau nggak sanggup," kata Keano setelah mengusap mata Kayla.
"Gue juga udah bilang kalau gue sanggup, dari awal gue tahu, sesanggup apa pun gue, gue tetep aja bakal nangis kalau cerita ini."
"Yaudah kalau gitu, biar gue tebak, judulnya "Di Antara Bunga"?"
"Iya, lo tahu aja. Percaya atau enggak, gue dulu ceria, feminin, mudah bergaul juga, tapi sejak dia meninggal, gue jadi ... ya ... gini, cuek, kasar, nggak feminin, susah sosialisasi. Pas gue pacaran sama dia, kita itu bisa dibilang pasangan menye-menye gitu. Makanya sekarang gue nggak suka pacaran yang terlalu menye-menye, Ken, maaf, ya?"
Keano berdeham, "gue masih belum paham, maksud lo berdiri di antara bunga-bunga itu apa?"
Kayla tersenyum mendengarnya, senang Keano mengajukan pertanyaan itu. "Maksudnya, gue biarin diri gue nggak terlihat orang lain. Gue pindah ke sini dari Surabaya, dan memilih SMK 2 yang mayoritas cewek. Jadi, karena saking banyaknya cewek, nggak akan ada yang fokus sama kehadiran seorang Kayla di situ. Gue cuma tanaman tanpa bunga, orang yang nggak memiliki daya tarik apapun. Gue kira gitu awalnya, tapi gue akhirnya ketemu sama lo, Keano. Lo yang melepas tawa gue dari belenggu duri itu, ya ... meski belum sepenuhnya, itu bagus. Makasih." Kayla tersenyum menatap Keano setelah mengakhiri cerita panjangnya.
Keano mengehela napas matanya kini menatap ke bunga alih-alih Kayla. "Kalau pun iya, masih banyak kok yang suka sama tanaman tanpa bunga. Gue misalnya, gue nggak tahu apa yang gue suka dari lo, pokoknya gue suka, itu yang penting."
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Antara Bunga
Teen FictionTelah tersedia di store guepedia.com Blurb : Di antara bunga-bunga yang mekar Aku bisa melihatmu dengan jelas Di antara bunga-bunga yang mekar Aku mencintaimu dengan lugas Dan di antara bunga-bunga yang mekar pula Kamu bersembunyi dariku, mencegahku...