"Pingin trancam, beliin dong."
Ucapanku langsung membuat Mama yang baru saja memotong bunga mawar kini menatapku.
"Trancam? Kamu ngidam?" Beliau langsung menatapku lekat, bahkan itu gunting yang tadi buat motong mawar, kayaknya udah mau buat motong rambutku aja. Biasa, kata Mama rambutku kayak rumput liar yang tumbuh di tepi jalan jadi pingin mangkas terus. Kejem kan?
"Ngidam apa? Ih Mama pikirannya kayak Biru anak nggak baik aja."
Jawabanku membuat Mama kini memundurkan tubuhnya dan menatapku sambil tersenyum "Ya kan udah di anter jemput si Abyan terus, di ajak ke apartemennya juga, kali aja kamu udah klepek-klepek gitu loh Ru."
Tuh kan, Mama itu kalau ngomong suka absurd.
"Maaa... pingin trancam beneran ih."
Ini minggu, dan aku nggak kerja, biasa kalau begini suruh bantuin Mama di toko bunganya. Padahal kerjaanku juga cuma melototin kelopak-kelopak bunga aja. Aku nggak bisa kalau harus otak atik itu bunga.
"Eh, kan Mama dapat jodoh yang lebih muda to, Papamu itu. Sekarang kamu dapat jodoh yang lebih tua, enak kan? Ada yang ngayomi gitu, kamu kayak di sayang banget kan? Hayo ngaku."
Aiiihh.. kenapa pipiku memanas? Kenapa aku malu saat Mama mengatakan hal itu? Tapi memang benar sih, perlakuan Abyan membuat aku seperti anak yang di manja. Cckckckk...
"Tuh pipi udah merah kayak lipstik Mama, berarti bener kan? Udah buruan deh kalian kawin, Mama mau nimang cucu."
Haduh. Urusan kawin di bawa-bawa. Ini bagaimana sama trancamku? Aku pingin makan itu.
"Maaa... beli trancam." Aku merengek kepada Mama dan kini Mama kembali menatapku lekat.
"Ngidam beneran ini anak, sejak kapan kamu doyan sayur-sayuran yang di jadiin satu gitu? Suruh makan sayur aja susah minta ampun."
Aku langsung mengerucutkan bibirku "Enggak ya, Biru doyan sama salad."
Mama menggelengkan kepala dan kembali memotong batang bunga mawar. Aku pingin makan trancam pokoknya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Aku dan Mama serempak menjawab salam itu, lalu Mama tersenyum lebar, dan aku menoleh ke belakang, tepatnya ke ambang pintu toko bunga. Di sana sudah berdiri Abyan, dengan gagahnya. Mengenakan hoodie warna biru navy, celana jins dan sepatu kets. Dia memang benar-benar tidak seperti pria berusia 40 tahun. Tapi kemudian di belakangnya muncul seorang wanita cantik. Tinggi semampai dan seksi. Rambutnya panjang lurus tergerai, kakinya saja panjang juga. Cantik banget.
"Ma, Biru."
Abyan menyapa aku dan Mama. Tentu saja Mama langsung beranjak dari duduknya dan menghampiri Abyan. Sedangkan aku, masih duduk di sini. Mengenakan babydol warna biru bermotif bebek. Rambutku yang keriwil aku ikat semua ke atas. Penampilanku pokoknya timpang banget dengan wanita yang ada di samping Abyan.
"Eh nak Aby, sini, sini."
Mama sudah ramah menyapa, Abyan tersenyum. Wanita di sampingnya kini ikut tersenyum ramah. Lalu menatap bunga-bunga yang di pajang Mama.
"Ma, kenalin ini Marsha. Temen Aby, mau pesen bunga. Bisa kan?"
Mama langsung tersenyum, dan menjabat tangan wanita seksi yang bernama Marsha itu. Lalu Abyan beralih ke arahku. Membiarkan Mama dan Marsha berbincang. Tanpa aku duga, alih-alih berdiri di depanku, Abyan malah berjongkok. Tentu saja aku terkejut dengan tingkah lakunya.
"Hai."
"Hai." jawabku singkat. Mata Abyan menatapku lekat. Jantungku berdegup kencang di tatap seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH RASA DUREN
Любовные романыAku Ayu Biru Haqiqi. Selalu mengimpikan mempunyai suami seorang pria muda, tampan dan berwibawa. Seperti Bosku di perusahaan tempat aku bekerja. Selama 1 tahun aku sudah memimpikan saat aku bisa memikat hatinya. Dan memang gayung bersambut, aku tiba...