14. Untuk Sebuah Nama

2.4K 290 46
                                    

Email pertama yang dikirim Hamish tertanggal 15 Agustus 2010. Itu berarti dia menulisnya sepuluh tahun lalu. Saat aku baru saja lulus SMA. Di tengah kebingunganku antara kuliah atau bekerja membantu Ibu.

'Aku menemukanmu di kota kecil yang sangat sepi. Gadis yang selalu berkejaran dengan waktu, memburu gerbang sekolah yang hampir tertutup. Apa kamu tahu kalau aku sengaja datang terlambat hanya untuk berteman denganmu?

Setahun itu waktu terbaik yang aku punya. Bukan hanya ingin menjadi temanmu, aku ingin menjadi pelindungmu. Karena sebenarnya dengan alasan itulah aku datang padamu.

Aku telah meninggalkanmu, Flo. Seharusnya saat ini aku membawamu untuk kuliah bersamaku. Aku tahu saat ini pilihan sulit sedang menantimu. Seandainya bisa, ingin kujemput kamu saat ini juga. Mungkinkah, Flo?'

Email pertama selesai kubaca. Aku memang dalam kesulitan saat itu. Kuliah bagiku hanya sebuah angan-angan. Akhirnya pilihanku adalah merantau mencari pekerjaan di ibu kota. Menjadi buruh pabrik seperti ayahku. Sebelum akhirnya takdir berkata lain.

Email Hamish berikutnya kembali kubuka. Dua tahun setelah email yang pertama.

'Kejujuran itu rasanya kadang menyakitkan. Tapi hidupku selamanya tidak akan tenang sebelum kamu mengetahui semuanya. Aku akan memberitahumu apa yang terjadi. Tak peduli kamu akan membenciku setelah ini.

Kamu kehilangan ayahmu, bukan? Dan ayahkulah yang menabraknya. Kehadiranku karena ingin menebus rasa bersalahnya. Tapi tahukah, Flo? Aku selalu merasa bersalah saat di dekatmu. Aku ingin selalu melindungimu ... dan pada akhirnya aku jatuh cinta padamu.

Maafkan aku, Flo. Aku berharap kita dipertemukan dengan kondisi yang lebih baik. Dan aku bisa menegakkan kepala untuk mengakui segalanya di hadapanmu.

Aku di Inggris saat menulis ini. Dan aku dengar kamu sudah jadi artis saat ini. Suatu saat aku ingin menarikmu dari dunia itu. Aku tak mau kamu di sana, Flo.'

Hamish sudah mengatakan semua yang baru aku ketahui dari mulut ibunya. Aku terharu dengan kejujurannya meskipun tak semudah itu pula aku bisa melupakan kebohongan yang dilakukannya. Tapi haruskah Hamish menanggung kesalahan yang tak pernah dibuatnya?

'Dear, Flo.

Mungkin aku akan berhenti mengirim email untukmu. Aku tahu kamu tak pernah membukanya. Dan aku punya alasan lain yang ingin aku bagi denganmu.

Di tempat yang jauh ini, aku justru dipertemukan dengan keindahan islam yang tak pernah kuketahui sebelumnya. Seseorang mengenalkanku akan arti hijrah yang sebenarnya. Perasaan ini terlalu indah untuk kusimpan sendiri. Aku berharap suatu saat kamu pun bisa merasakannya.

Aku mungkin akan menyibukkan diri agar tak lagi mengingatmu. Aku takut cinta yang kumiliki malah membuat Allah tak ridho dengan apa yang kulakukan. Ini salah, Flo. Aku hanya bisa berharap Allah akan memberi takdir terbaik untuk kita berdua.'

Inilah yang dimaksud Kang Jaka. Dialah yang mengenalkan Hamish dengan cahaya islam. Pertemuan yang mampu mengubah lelaki itu menjadi sosok yang berbeda.

Email berikutnya adalah bulan-bulan terakhir saat aku meninggalkannya. Hampir setiap hari dia menulis pesan untukku.

'Aku tak tahu lagi di mana harus mencarimu, Flo. Di mana kamu, Sayang?

Menikahimu adalah hal terindah dan membahagiakan dalam hidupku. Aku bisa mencintaimu tanpa rasa bersalah dan aku pun berjanji akan menjadi lelaki yang akan melindungimu seumur hidupku.

Akhirnya kamu tahu tentang kejadian yang sebenarnya. Inilah yang kutakutkan dari dulu. Kamu membenciku dan tak percaya lagi denganku. Aku akan tetap menulis untukmu. Tak peduli kamu membacanya atau tidak.

Untuk Sebuah Nama (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang