Beberapa purnama telah terlewatkan. Aku pikir aku akan baik-baik saja. Nyatanya tidak begitu, aku terus mengingatnya.
Tidak ada yang tahu tentang dirinya, hanya aku.
Bukan tidak ingin memberitahukannya kepada semua orang. Hanya saja belum saatnya. Aku berjanji pasti akan menceritakannya kepada orang yang tepat. Untuk saat ini, aku hanya ingin menulis tentang mu, dalam bentuk apapun itu.
Aku terbiasa menuliskanmu pada beberapa puisiku.Dari detik yang menjadi menit, menit yang menjadi jam, hari yang menuju bulan, sampai ke tahun pun.
Aku hanya ingin tetap mengingatmu, tidak akan habis meski banyak waktu yang terlewatkan untuk waktu yang lama sekalipun, atau bahkan sampai aku sudah tidak ada disini.Karenamu aku selalu merindu, dan itu menyesakkan dada. Meski aku akui, merindukan mu adalah hal yang paling aku sukai. Lebih indah kalo kamu pun balik merindukan ku.
Katamu, jika aku sedang rindu.
Pandang saja langit malam, kemudian membaca Sholawat nabi dan selipkan namamu setelahnya.
Sudah aku lakukan, sejak kamu mengatakan itu, aku selalu menuruti apapun katamu.
Aku harap itu adalah obat untuk hatiku.Aku ingin berdua dua denganmu.
Mendatangi tempat-tempat yang ingin aku datangi.
Mengukir kenangan bersama, untuk hari bahagia nanti.
Meski saat setelah kamu memilih pergi, hari hariku berbeda, ada sesuatu yang hilang dan itu sedikit lebih hampa.Hari ini aku ada ditempat yang penuh kabut, jalanan pun tidak terlihat.
Udaranya sangat segar, meski matahari malu malu untuk menampakkan dirinya.
Kabutnya terlalu tebal, menutupi matahari itu.Saat aku melihat ke arah samping, aku selalu berharap ada kamu disana, menemaniku.
Menciptakan tawa saat kita bercengkrama, atau aku akan menulis puisi, disampingmu.Bagiku kamu adalah puisi, sesuatu hal yang sangat penting.
Aku tidak ingin lupa, sebab itu aku menulis puisi yang sampai sekarang semua masih tentangmu.
Akan kubaca lagi nantinya, bukan untuk yang lain.
Hanya untukku. Itu caraku untuk terus mengingat-ingat kamu.Rangkasbitung, 27 juni 2020