prolog

3 0 0
                                    


     Apa dunia ini begitu kejam hingga aku harus menikah dengan orang asing yang bahkan aku tidak pernah melihatnya. Dia tersenyum padaku, aku balas tatapan sengit.

    Ini sudah memasuki 1 bulan pernikahan, diawal malam pertama dia hanya mengingatkanku agar tak menjalin hubungan istimewa dengan cowok lain ditambah aku harus merahasiakan pernikahan ini.

     Apa ini kutukan? Atau malah ujian? Apa hanya karna aku sering membangkang hingga takdir ingin menyadarkan aku? Padahal aku tidak pernah sampai melewati batas kewajaran, aku hanya menunjukkan opiniku saja.

     " Ke kampus bareng?" Tanyanya dengan senyum manis padaku

     " Gak usah makasih kak!" Ucapku seraya menyelempangkan tas dan berjalan keluar

     " Dek, aku sudah bilang aku seperti ini ada alasannya!" Dia mencekalku untuk pergi.

     " Hish, lepasin! Aku nggak pernah kenal sama kamu! Karna ini hubungan suci aku hanya bisa bertahan! Terserah kamu mau menikah lagi atau tidak! Yang jelas jangan sentuh aku!" Ucapku sarkas lalu berjalan kearah motor besar yang terparkir apik di depan

     Dengan cepat aku menyalakan motor dan mulai melajukannya ke jalan.

     Bersama dengan jutaan asa dan debu-debu yang berterbangan di jalan kota Surabaya membuat keringatku mulai bercucuran. Aku membenarkan hijab yang membalut kepala.

      Menunggu lampu merah kembali hijau adalah hobiku dari kecil, tapi kali ini tatapanku teralih ke mobil mewah yang berada di sisiku. Aku diam ketika dari balik kaca mobil itu terulur tisu.

      Aku mengambilnya lalu memasukkannya ke tas. Lampu lalu lintas kini berubah menjadi hijau. Aku segera melajukan motor hingga ke kampus.

      Cepat-cepat aku turun dan merapikan barang-barangku, setelahnya aku membuka tabletku untuk melihat daftar rincian anggaran yang dikeluarkan oleh resto yang dulu kubangun saat awal kuliah.

       Diumur 21 tahun ini, harusnya aku masih single dan bahagia menikmati masa mudaku. Tapi cowok itu merebut semuanya, merebut impianku.

       " Sini!"

       Dan merampas tabletku.

       " Balikan bego!" Ucapku sarkas seraya mengambil alih tablet darinya

       " Bisa diperbaiki kan bicaranya,shaleha?"

       " Ogah, doamat sama Lo!" Ucapku sarkas seraya berjalan lebar meninggalkan cowok itu sendiri

       Kehidupan yang harusnya baik-baik saja sirna sudah karna cowok gak tau diri itu.

###
  
       " Dinar!"

       " Apa Allah coba beri aku cobaan ya?" Racauku

        " Oy, denger gak lu?!" Kejut Rena dari belakangku

        " Apaan sih Ren?!"

        " Ngapain Lo ngelamun? Lo nggak lagi badmood kan?"

        " Gue lelah, gue pengen tidur aja!"

        " Eits! Kali ini kan dosennya killer!"

        " Hish, kenapa gue merasa nggak beruntung banget?! Padahal mau lulus!" Keluhku seraya memukul meja dengan bulpoinku hingga bulpoin itu melayang.

        Tak

        Aku menoleh kebelakang dan mendapati seseorang dengan wajah teduhnya mengambil bulpoin milikku.

       " Maaf!" Ucapku seraya berjalan kearahnya

       " Ini! Afwan, kalo bisa ukhti lebih hati-hati." Ucapnya seraya memberikan bulpoin itu padaku

       Apa aku sekarang sedang berhalusinasi? Apa cowok didepanku ini adalah cowok yang seharusnya untukku?

      Rasanya aku sedang hiperbolis, tapi faktanya aku memang menyukai cowok di depanku ini.

      ####

      Atmosfer dalam rumah serasa indah untukku, seolah aku baru mendapatkan apa yang memang selama ini aku nanti.

     Berharap aku bisa bersamanya dan ke akhirat bersamanya. Bukankah itu indah?

      Terserah dunia menganggap aku tidak waras karna aku punya suami, tapi aku bahkan tidak ingin menikah dengan cowok itu! Lagipula jika aku yang meminta cerai rasanya kurang srek, biar dia saja yang menceraikan aku.

     Lagipula tidak ada yang tau dia suamiku kecuali kedua orang tuaku dan orang tuanya.

      " Aku pulang.." ucap seseorang yang kini berbaring bersamaku di kasur

      " Jauh-jauh sana! Bau!" Ucapku saat dia menjatuhkan tubuhnya disampingku

      " Sampai kapan kamu mau seperti ini?" Ucapnya

      " Sampai kamu ceraiin!" Celetukku seraya bersenandung riang

     Kuputuskan untuk melangkah menuju kamar mandi tapi lagi-lagi dia mencekalku lebih tepatnya memelukku sekarang.

     " Sudah kukatakan! Aku tidak ingin selain kamu!"

     " Ih, sapa suruh juga harus nikahi aku!"

      " Kenapa, kenapa kamu nggak bisa sekali saja menggunakan perasaan mu padaku?"

      " Kenapa nggak langsung nikah sama cewek lain sih? Ditambah lagi fansmu banyak! Ngapain nikah sama cewek biasa kayak aku hah?!" Ucapku sarkas dia langsung memojokkan ku

      " Oh shit!" Aku menatap irisnya yang hitam seperti langit saat malam

      " Sekali saja! Apa tidak adakah rasa?!"

      " Aku akan terus seperti ini! Aku tidak ingin mengubahnya!"

      " Apa salahku!"

      " Kau hadir dalam hidupku! Cukup! Kau paham tidak kamu sudah ambil semuanya dariku! Semuanya! Dan kamu seenaknya menyuruhku seperti aku adalah pelacurmu!"

       " Diam!"

       Aku menatap wajah marahnya, dia coba menatapku seraya menahan amarahnya.

       " Lebih baik aku menghilang daripada bersama denganmu!" Aku berjalan pergi ke kamar mandi

       Tapi urung saat aku mendapati obat-obatan dari keranjang sampah.

       " Ini..."

       Aku menatap kearah cowok tadi seraya melemparkan Bungkus obat itu kearahnya. Itu obat tidur.

      " Kamu mau aku seperti palacur sungguhan, Iyah?! Apa karna status pernikahan kau ingin mengambil semuanya?! Tidak cukupkah kamu diam dan segera menceraikanku?!" Bentakku lalu berjalan keluar dari kamar

Hollaaa
Ini cerita baru di akun baru lagi :>

Silahkan di next aja biar nggak bingung:)

  

YOU ARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang