Chapter 1: strumfrei.

153 3 0
                                    

Chapter 1: strumfrei.

strumfrei;

the freedom of being alone, the ability to do what you want.


_________

Carabella, membaca kalimat itu dalam hati. Kalimat yang ia tulis saat duduk di bangku sekolah menengah atas. Rasanya ia menjilat ludah sendiri bila membaca kalimat itu dan hidup seperti apa yang tertulis dalam kalimat itu. Dulu ia benci akan kakak laki-lakinya yang pergi dari rumah, memilih untuk mengembara dari satu negara ke negara lainnya, terus seperti itu dan rela meninggalkan Surabaya demi kehidupan gilanya itu.

Kini ia hidup seperti itu karena apa yang tertulis dalam kalimat itu benar adanya. Hidup haruslah merdeka, melakukan apa pun yang ia inginkan, maka bisa bahagia. Betapa indah bila perjalanan yang ia lakukan selama ini karena mendapatkan uang dari setiap perjalanan yang ia lakukan. Ya, menjadi seorang travel vlogger.

"Semenjak pindah ke Istanbul, otakku menjadi sedikit gila karena mengejek kehidupan mas Centineo dan kini aku mengikuti jejak gilanya itu."

Ia menutup buku itu, memasukannya ke dalam tas ransel kecil berwarna hitam. Tas ransel yang di produksi oleh perusahaan fasyion milik kakak iparnya. Tentunya ia mendapatkan tas itu secara gratis dengan imbalan mempromosikan tas tersebut. Tak masalah karena itu pekerjaannya. Pergi wisata kemana pun tanpa mengeluarkan uang, malah mendapatkan imbalan serta memasarkan produk yang ia kenakan, lalu mendapat uang. Uang seperti datang menghampirinya sendiri. Terdengar mudah memang namun tak semudah itu.

Semua kesuksesan yang ia raih saat ini berasal dari dorongan sang mama dan kedua kakaknya karena ia harus hidup bahagia. Bila ingin bahagia, maka ia harus mencari kebahagiaan itu. Ya, kebahagiaan itu dicari, tidak datang sendiri.

"Seharusnya aku mengikuti saran dari mas Celeb bukan saran dari mas Centineo yang sedikit gila itu." Tapi, ia tak menyesali keputusanya untuk mengikuti jejak dari kakak keduanya itu karena ia benar-benar bahagia saat melakukan hal gila itu. Hal gila, pergi kemana pun dan kapan pun tanpa perlu khawatir tentang masalah uang.

Hidupnya menjadi sedikit bahagia dan melupakan nestapa yang pernah hadir dalam hidupnya meski terkadang teringat akan nestapa itu. Kebahagiaan itu benar-benar telah ia temukan sedikit demi sedikit dan ia tak pernah percaya dengan kalimat bahwa bahagia itu datang dengan sendirinya, tanpa dicari. Menurutnya, itu adalah sebuah kalimat frustasi yang akan berujung menjadi depresi. Baiklah, setiap orang punya pendapat masing-masing dan itu bukan urusannya sama sekali. Yang harus ia lakukan sekarang adalah menikmati keindahan kota Fethiye, Turki.

Carabella duduk memandang kota Fethiye dengan diam dan mengamati objek. Ia suka mengamati objek dengan diam, tapi otaknya terus bekerja. Memikirkan berbagai hal tentang objek yang sedang ia amati. Tak hanya itu, ia juga memotret apa yang ia rasa layak untuk diabadikan. Ia juga mengambil beberapa rekaman vidio, tentunya wajah cantiknya juga harus ikut direkam. Sebagai kenangan yang bisa ia lihat dikala ia pensiun menjadi seorang treveller nantinya. Atau pun dikala ia libur menjadi seorang traveller dan bosan di rumah, ia bisa melihat foto dan vidio dokumentasi tersebut.

"Begitu mengesankan sejarah tempo dulu. Mereka membangun banyak bangunan megah dan kokoh dengan peralatan yang tak secanggih jaman sekarang. Sungguh luar biasa kuat dan cerdas orang jaman dulu."

Kota Fethiye terlihat menawan meski mendapat julukan sebagai kota kuno dan tua. Namun sejarah yang ditinggalkan oleh pembesar jaman dulu masih terlihat begitu menakjubkan meski sebagian telah runtuh. Inilah kehidupan, dulu begitu agung nan kokoh seperti tak tertandingi dan tak akan pernah rapu. Namun alam berkata lain, segala keagungan dan kekuatan itu perlahan menjadi artefak-artefak serta reruntuhan kuno. Jadi, tak perlu menyombongkan diri karena pada akhirnya akan menjadi artefak pula.

Evanescent [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang