- Terkadang kita bisa tertipu dengan situasi di sekitar kita, setiap orang punya peran dikehidupannya,-
Hannam The Hill
07.15 AM
"Sudah ku bilang! aku akan menjemputmu pukul tujuh!! Sekarang kau baru saja bangun tidur?!"
"Kau!! Kenapa baru membangunkanku sekarang?! Apa kau tidak mempunyai ponsel ha?! Kau bisa menelponku!!"
"Tidak ada hubungannya antara ponsel dan kau yang terlambat bangun!!"
"Tentu saja ada bodoh!! Ponsel bisa digunakan untuk berkomunikasi!! Bukankah tugasmu paling utama adalah membantuku dalam pekerjaan Seokjin~sii? Lalu kemana Jennie eooni?" omel gadis itu sambil beranjak bangun dari tempat tidurnya.
"Aku membantumu dalam pekerjaan, bukan membantumu bangun tidur! Kau kira umurmu berapa sekarang? Dia akan datang nanti langsung ke tempat pemotretan." ucap Seokjin santai. Jawaban laki-laki itu membuat Jisoo mencebikkan bibirnya tak terima.
"Kudengar bahwa Kim Jisoo adalah aktris profesional tapi ternyata tidak lebih dari aktris kelas teri." ujar Seokjin santai sambil menikmati kopi kalengan yang sengaja dia ambil dari kulkas gadis itu.
"Diamlah!! Aku tidak pernah seterlambat ini sebelumnya. Aku sangat menghargai waktu. Gawat-gawat kita bisa terlambat!! Kali ini adalah fotografer senior yang terkenal tidak punya toleransi waktu! Bisa tamat karir ku jika aku membuatnya menunggu." ucapnya frustasi
Jisoo memaki dan mengumpat sepanjang dia mencuci muka dan menggosok giginya. Seokjin hanya duduk diam menikmati apa yang sedang terjadi di depannya ini. Jisoo kemudian keluar dari kamar mandi dan berjalan mengitari kamarnya untuk menyiapkan keperluan pemotretannya, dirasa sudah siap dia segera menuju pintu apartemennya.
"Kau yakin akan keluar seperti itu?" tanya Seokjin datar dan mengamati Jisoo dari atas hingga bawah. Wanita itu sekarang hanya memakai baju tidur bewarna biru terusan dan berbelahan dada rendah.
"Kenapa? Kau tidak terganggu kan dengan penampilanku? Mau aku telanjang sekalipun kau tetap tidak akan tertarik padaku," gerutu Jisoo.
Sejak tadi, walaupun dia sibuk memaki dan berlari ke sana kemari dia tetap sesekali melirik manajernya itu. Dia tadi malam hanya menggunakan baju tidur yang cukup transparan hingga memperlihatkan warna pakaian dalam yang ia gunakan. Tapi, Seokjin hanya diam saja dan sama sekali tidak terganggu dengan hal itu.
"Tidak sama sekali. Tapi aku tidak menjamin dengan orang di luar sana. Jadi pakai saja ini!, paling tidak ini membuatmu sedikit tertutup." ujar Seokjin sambil melepas jaket dan melempar jaket ke Jisoo.
"Wauuw!! Tidak kusangka kau. Bisakah ak..."
Belum sempat melanjutkan perkataannya, Seokjin sudah memotong perkataannya
"Aku tidak mau direpotkan dengan artikel baju tidur transparan Kim Jisoo. Kau tahu kamera bisa berada di mana saja. Ayoo tinggal tiga puluh menit lagi." ujar Seokjin sambil berjalan keluar
"Cihh!! Aku lupa bagimu aku adalah sebuah kewajiban. Bukannya menarik? Banyak orang berusaha memasukki apartemenku demi meletakkan kamera tersembunyi dan melihat pakaian dalamku. Kenapa aku harus repot-repot memakai jaket ini?" ucap Jisoo santai dan segera mengembalikan lagi jaket itu pada manajernya kemudian berjalan mendahului.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth and Choice (END)
FanfictionHidup kita berjalan terkadang hanya karena kebenaran yang ingin kita dengar dan memilih sebuah pilihan yang wajib kita pilih sampai mengabaikan apa yang sesungguhnya ingin kita raih