#2 •Awal•

12 4 6
                                    

Happy reading!
_________________________________________

"Gamau mampir?" Tanya Thea setelah sampai di depan rumahnya. Adrian menggeleng, kemudian dengan satu gerakan melepas topi putih milik Thea yang masih melekat di kepalanya.

"Nih" Adrian melemparkan topi tersebut dengan asal, membuat Thea buru buru menyelamatkan topi tersayangnya.

"Dipinjemin malah ngelunjak", gerutunya. Adrian bersedekap di atas sepedanya sambil menatap datar wajah cemberut Thea.

"Gausah monyong monyong gitu. Ngode gue banget kesannya"

Thea melotot sambil mengepalkan tinju kanannya ke depan muka Adrian. Cowok itu tertawa kecil.

"Yodah. Gue balik. Salam buat kak Vanya. Jangan kangen gue" katanya dengan raut datar.

"Minta dislepet rupanya", balas Thea. Adrian hanya tersenyum tipis membalas gurauan Thea.

Lalu dalam sekejap, Adrian sudah melesat dengan sepedanya. Thea menatap lekat punggung Adrian yang menjauh.

Kok gue deg degan ya? Ga kayak biasanya

"Mikir apasih gue?" Thea buru buru mengenyahkan pikiran anehnya itu dari otak sucinya. Thea berbalik menuju pintu utama rumahnya yang tinggi bak kastil kastil di negeri dongeng.

Mungkin orang orang dan teman temannya yang sering memujinya beruntung karena memiliki rumah mewah, ponsel keluaran terbaru, serta uang saku tak terbatas, tidak tahu bagaimana irinya Thea pada mereka yang memiliki keluarga harmonis dan bahagia.

"Thea pulang!"

Ia berseru hanya sekadar formalitas. Thea tau papanya tak akan menyambutnya, apalagi bunda dan adik perempuan yang hanya berjarak setahun darinya. Hanya kak Vanya dan mbak santi yang sudi mengobrol dengan dirinya.

Tapi tampaknya kak Vanya sedang berada di kampus. Jadi suara Thea tadi hanya seperti desau angin lalu bagi keluarganya.

Padahal ini hari kelulusanku..

"Non Thea", terlihat Mbak santi tergopoh gopoh berjalan ke arahnya. Thea menoleh dan mengerucutkan bibir.

"Mbak kemana tadi? Thea nyari sampe pegel lohh", adunya.

"Maaf non, tadi Bu inem nelpon mbak, katanya butuh pijet segera. Salah urat", jelas mbak Santi. Thea manggut manggut. Memang mbak Santi pandai memijat. Tak jarang tetangga tetangga sekitar rumah meminta bantuannya.

"Tadi mbak udah SMS ke non, pulangnya dijemput sama pak Samsul. Tapi kayanya non ga buka pesan dari mbak ya?" Selidik Mbak Santi.

"Hah? Orang mbak ga ngirim apa apa kok", Thea mengecek ulang ponselnya. Baru beberapa detik ia tersadar.

Oh iya. Mbak Santi kan bilangnya SMS. Gue mana pernah isi pulsa.

Thea tersenyum kecil menyadari keteloannya. Mbak Santi yang melihat Thea senyum senyum sendiri langsung mencolek anak perempuan majikannya.

"Ih si non. Malah senyum senyum. Kenapa?" Thea menggeleng "enggak, mbak. Mbak kenapa gak chat Thea lewat WA atau line? Kan Thea ga pernah punya pulsa", akunya sambil nyengir

"Walah, non. Mbak Santi kan ga punya hp yang apel separo kayak punya non"

Thea tertawa geli mendengar cara mbak Santi menyebut merk hp nya.

"Yaudah. Nanti kalo kak Vanya pulang, Thea ajak mbak ke konter hp ya. Mbak bisa pilih hp mana yang mbak mau", ujarnya enteng sambil duduk di sofa. Mbak Santi mengikutinya dari belakang.

Fatamorgana KelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang