#3 •Pertemuan•

7 1 5
                                    

Happy reading!
_________________________________________


Andai rasa sakit bisa dibagi, akan kupindahkan seluruh luka yang bersarang di jiwamu ke dalam diriku

***

Liburan kali ini terasa sangat panjang bagi Thea. Hingga ia tak tahu apalagi yang harus dilakukan. Rasanya semua hal sudah pernah dicobanya.

Mulai dari bersih bersih rumah, hingga membantu kak Vanya berjualan minuman sebagai tugas skripsinya.

"Bosennnnnn", keluhnya. Ia mengganti posisi tidurnya dari telentang menjadi telungkup di atas gulingnya. Tangannya memainkan layar hp di hadapannya.

"Mabar udah, sosmed uda ga ada lagi yang ngechat. Gue harus ngapain lagii, ya ampun" Thea mengerang frustasi.

"Mending pergi sekolah gue kalo gini. Ada temen gibah. Hffft"

Baru beberapa menit saat Thea kembali tenggelam dalam kejenuhan, tiba tiba jendela kamarnya diketuk.

"Aduhh, sapa lagi sih, ganggu gue ngelamun aja" Thea mencak mencak sambil berjalan menuju jendela kamarnya yang dilapis gorden tipis berwarna putih tulang.

Srek

"AAAAAAAAAAAAA"

Gadis itu berteriak saat melihat sesosok setan pengganggu yang sedang bertengger dengan raut datar di bingkai jendela kamarnya.

"Lo gimana naeknya curut??", Tanya Thea histeris pada sosok lelaki bermata hitam pekat di hadapannya. Mengingat kamarnya yang berada di lantai dua.

"Terbang", kata lelaki itu singkat seraya melompat masuk ke dalam kamar Thea. Ia menyibak rambut coklatnya yang mulai panjang. Kemudian tanpa persetujuan Thea, tubuh semampai itu merebahkan diri di kasur Thea.

"Adriaaaaann! Ngapain sih?? Jauh jauh dari kasur gue ihh kadal" Sekuat tenaga Thea menarik tangan Adrian yang pura pura terlelap.

"Ntaran dih. Baru dateng diusir usir kek hama", jawab Adrian seakan tak berdosa. Thea mencebik lalu memilih duduk di tepi kasur.

"Setan dasar!", umpat Thea pelan namun masih bisa terdengar oleh Adrian.

"Setan cakep" Thea menunjukan ekspresi ingin muntah mendengar perkataan Adrian. Cowok yang sekarang mengenakan kaus berbalut kemeja itu malah ngakak kaya jerapah kekenyangan.

"Terusin aja terusin Ampe bambu kawin Ama kuda. Ngapain Lo kesini?", Tanya Thea sinis tanpa memandang ke arah lawan bicaranya. Adrian tak bergeming. Kelopak matanya yang pura pura menutup semakin membuat Thea kesal.

"Rian jawab dih"

"Maen doang ilah. Sensi amat"

"Kan bisa lewat pintu. Pake acara gegayaan nangkring di jendela segala"

Adrian mengubah posisinya menjadi duduk bersila di atas kasur Thea. Mata hitamnya menatap manik hazel Thea yang juga sedang menatap ke arahnya.

"Gue mau survei calon sekolah gue. Temenin yok", kata Adrian. Thea mengernyit. Calon sekolah? Gercep juga Rian udah dapet SMA. Gue aja belom apa apa, batinnya.

"Oy! Malah bengong. Mau kaga?" Suara dalam Adrian menyentak Thea.

"Ahh, iya iya. Gue siap siap dulu. Lo minggir yang jauh" Thea mendorong punggung Adrian agar menjauh dari kamarnya.

"Lo lewat jendela lagi. Gawat kalo lewat depan tar diliat Ilona", bisik Thea. Adrian memutar bola matanya malas, lalu melompat keluar melalui jendela kamar Thea.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fatamorgana KelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang