永; Forever

208 26 7
                                    

"Tae."

"Ya?"

Musim semi tidak pernah seindah saat Kim Taehyung menengadah, menatap dengan dua lelehan cokelat di iris mata, dan tersenyum seolah dunia punya tamat yang bahagia.

Menelan sesak akibat mencintai terlalu banyak. "A—" mata pria berseragam tentara itu menerawang. "Suatu saat nanti, boleh aku datangi kuil Geochang untuk minta restu menikahi Tae?"

I.

Taehyung tidak pernah mengeluh saat Jeongguk harus berangkat ke medan perang keesokan harinya. Dia akan membantu Jeongguk mengemas kembali barang-barang yang dikeluarkan untuk dibersihkan beberapa hari lalu. Menghela nafas, berat-tidakrela-akutidakingindiapergi.

Sekali lagi, Taehyung hanya bisa merelakan. Menarik ritsleting tas berisi perbekalan, mengusap koper dengan lap agar debu pergi.

"Aku ingin tinggal lebih lama," di sore terakhir mereka bersama, Jeongguk berbisik. Mereka berdiri di depan rumah mungil peninggalan keluarga Jeon yang berdiri di pinggir desa, di atas bukit yang dikelilingi bunga matahari setinggi orang dewasa. Taehyung bersandar pada dada laki-laki yang dia puja. Jeongguk memeluk pinggang laki-laki yang dia cintai, erat, sampai angin mengingatkan kalau ucapan tadi belum selesai. "Aku ingin bersama Tae lebih lama. Aku masih kangen."

Taehyung selalu pendiam di hari terakhir mereka bersama, di hari sebelum Jeongguk berangkat untuk menunaikan kewajiban sebagai tentara perwakilan Yeosu-si. Tapi, kali ini laki-laki berambut beludru itu lebih hening daripada awan yang berarak di atas sana. Jeongguk memutar tubuh ramping itu lembut, mengangkat dagunya hati-hati agar kedua pasang netra bertemu.

Pupil Taehyung bergetar. Alisnya mengerut turun dan ekspresi tidak terima tergambar jelas di garis wajahnya yang lembut. Sepasang mata itu berkedip cepat seolah mengusir getar kesedihan yang benci perpisahan.

Jeongguk meraba jari-jari kurus itu dan menggenggamnya kokoh. Seperti sumpah.

"Sama," Taehyung membalas lirih. Gelombang emosi semakin naik dan melukis sedih di permukaan wajah. Jeongguk mengusap pipi merah muda itu. "Aku juga. Masih—masih kangen. Sama Gukkie."

Taehyung. Kim Taehyung-nya yang indah, yang sedih dan marah karena Jeongguk hanya bisa pulang selama beberapa hari, lalu kembali menjadi tentara bertaruh nyawa berbulan-bulan lamanya di luar sana. Taehyung-nya yang masih saja menanti, Taehyung-nya yang selalu menyambut kepulangan Jeongguk seperti ombak terhadap purnama.

Jeongguk memeluk sosok rapuh nan tangguh itu. Lagi, dikecupnya puncak kepala itu lama, lama sekali, sampai mata Jeongguk berair karena dia tidak mampu berkedip memandangi surai sang kekasih.

Taehyung-ku yang melebihi keindahan kelopak bunga yang mekar di musim semi...

"Satu misi lagi, Tae," Jeongguk berbisik, mengecup kening yang masih berkerut, lalu alis, lalu bulu mata yang menyapu tulang pipi. "Habis ini, aku akan bicara dengan Sersan supaya aku bisa pulang dan tinggal lebih lama sama Tae. Oke?"

Sihir di janji itu bekerja. Taehyung menatapnya lekat-lekat seolah dia tengah sibuk mengukir janji ini di dinding-dinding memori. Seakan waktu ikut mendamba, senyuman manis perlahan-lahan melengkungkan bibir merah muda.

"Habis misi ini? Gukkie janji?"

Jeongguk mengangkat satu jari kelingking. "Janji."

Taehyung menautkan jari kelingking mereka. Jeongguk tidak berhenti menghujani keningnya dengan kecupan-kecupan yang membuat tawa mekar bersenandung dari mulut Taehyung. Tawa itu teredam kecupan yang mereka bagi di teras, disaksikan ribuan bunga matahari, gurat lembayung di langit petang, hingga sandal jepit kayu yang tertinggal begitu Jeongguk menggendong pemiliknya masuk ke rumah mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

永; ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang