Plaakk
Suara tamparan yang cukup keras membuat suasana menjadi semakin tegang. Beberapa pasang mata menyaksikan betapa kecewanya seorang ibu pada putra yang telah ia lahirkan.
"Mama nggak nyangka Bian, ternyata firasat Mama benar. Ada hal besar yang kamu sembunyikan dari Mama. Dan ... Dan ..." Elsa terbata tak mampu melanjutkan ucapannya, ia terhuyung kebelakang dan terduduk. Dia begitu terpukul ketika tanpa sengaja mendengar pengakuan Bian baru saja.
Elsa tadi berniat mencari Bian karena Rey menceritakan padanya jika Bian juga tengah berada di Rumah Sakit ini. Kemarin, Elsa sempat mendengar jika Bian mengantarkan calon pegawainya yang tiba-tiba pingsan saat akan interview. Dia pikir, mungkin Bian ingin menjenguk serta memastikan keadaan calon pegawainya itu. Namun, saat dia menemukan keberadaan anaknya serta berjalan ke arah Bian, Bian telah lebih dulu berjalan dengan dua orang yang salah satunya sangat ia kenal sebagai mama dari Junia Tsabita, salah satu pasiennya. Elsa heran, Darimana mereka saling mengenal?
Melihat raut muka Bian yang tak biasa, Elsa memutuskan mengikuti kemana mereka pergi. Dan justru pada akhirnya, dia mendapatkan fakta yang cukup mengejutkan dan menyakitkan sepanjang lima puluh tahun hidupnya.
Ternyata Bian-lah yang memperkosa Juni hingga trauma, dan lebih buruknya ada Andra hadir sebagai hasil dari kebejatan putranya. Bagaimana bisa? Batinnya menjerit.
Semua sungguh mengejutkan bagi Elsa dan Pertiwi. Terlebih lagi, Pertiwi juga baru mengetahui jika Bian putra dari dokter Elsa, orang yang selama ini membantu Juni untuk sembuh. Dunia sungguh sempit.
"Jelaskan pada Mama semuanya Bian. Mama harap kamu bisa menyelesaikan apa yang telah kamu mulai dan lakukan. Mama tunggu kamu di rumah." Elsa berujar dingin setelah berusaha menguatkan hatinya.
"Bu Tiwi, Pak Arfin. Saya benar-benar minta maaf atas kelakuan putra saya. Bahkan dia tidak pantas untuk dimaafkan. Mungkin saya yang salah karena telah gagal mendidik anak saya. Saya permisi." Elsa membungkukkan badan kemudian berlalu melewati Bian yang kini mematung.
Bian tak menyangka jika mamanya mengetahui hal ini sebelum dia menjelaskan sendiri. Tapi, dia bertekad menyelesaikan semuanya. Rasa bersalahnya sangat besar, dan ia tak mampu lagi menyimpannya sendiri.
Tanpa mereka sadari, dua orang wanita juga ikut mendengarkan pembicaraan tersebut dari sudut tempat yang berbeda. Satu wanita memeluk erat putrinya dengan rasa bersalah dan kecewa yang teramat besar. Sedang wanita yang lain menutup rapat telinganya dengan kedua telapak tangan serta air matanya yang kini mengalir deras.
***
"Mas Bian!! Buka! Atau Rey rusak pintunya!" Rey masih berusaha menggedor pintu ruang kerja Bian.
Rey sangat marah ketika mengetahui mamanya mengurung diri sejak pulang dari Rumah Sakit, lagi-lagi mamanya menangis karena Bian. Dan lain hal, dia juga ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi antara Bian, Juni dan juga Andra.
Bian mengalah, dia berdiri dan berjalan untuk membuka pintu.
Saat pintu terbuka, sebuah pukulan telak mendarat tepat pada wajahnya, membuat hidung Bian mengeluarkan cairan merah kental serta badan yang terdorong jatuh ke belakang.
"Brengsek!! Kenapa Mas Bian tega nyakitin Mama lagi?! Belum puas dulu Mas nyiksa Mama dengan lebih memilih pergi mengejar wanita itu?" Lagi-lagi sebuah pukulan mendarat pada wajah Bian. Namun, Bian tetap bergeming tanpa perlawanan. Sakitnya pukulan Rey tidak sesakit luka yang timbul akibat ulahnya.
"Rey! Sudah!" Elsa datang melerai kedua putranya. Dia jauhkan Rey dari Bian, agar Rey tidak lagi memukul Bian yang kini terluka.
"Tapi, Ma...," Melihat gelengan kepala Elsa, Rey memilih diam dan pergi meninggalkan Bian sendiri dengan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juni Tanpa Mimpi (END)
RomanceCover by @henzsadewa Kejadian beruntun yang menyisakan trauma masa lalu,membuat seorang perempuan tak lagi ingin memiliki mimpi. Hingga dia dipertemukan kembali dengan seseorang yang telah menorehkan luka di masa lalunya. Mampukah trauma itu terobat...