25. Gathering

992 73 1
                                    

Penjualan produk meningkat dengan pesat berkat kerja sama dengan vendor pernikahan dalam acara Wedding Festival beberapa pekan lalu. Produk kosmetik yang dipakai oleh model pengantin dalam acara tersebut ternyata menyedot antusiasme masyarakat untuk kembali menggunakan kosmetik dari perusahaan Bintang. Grafik penjualan yang terus merangkak naik dengan signifikan, membuat pihak perusahaan mempercepat acara gathering tahunan bagi para karyawannya sekaligus sebagai reward karena kerja keras mereka selama ini.

Gathering tahun ini diadakan di Pantai Anyer Banten. Lokasi ini dipilih karena mengingat waktu perencanaan yang lebih singkat dibanding tahun lalu, ada tiga divisi yang ikut dalam gatering kali ini. Divisi HRD, divisi IT dan tentulah divisi marketing yang wajib ikut karena ini merupakan reward untuk mereka karena sudah bekerja keras meningkatkan penjualan.

Setelah rombongan sampai di resort yang sudah disewa sebelumnya acara berlanjut ke makan siang bersama sebelum memasuki acara berikutnya. Sejak tadi Tara hanya mengaduk-aduk sop buntut dalam mangkuk, selera makannya yang selalu berkobar itu tiba-tiba hilang entah kemana.

“Ta, lo sakit kok makannya males-malesan gitu sih?” Amel yang sedari tadi memperhatikan Tara langsung berkomentar karena gemas dengan aksi Tara yang cuek dengan makanan lezat di depannya.

“Iya, Ta, biasanya kalo soal makan lo yang paling semangat dari kita. Kalo sakit bilang aja,” timpal Eva yang sudah menandaskan minumannya.

“Lo kenapa, sih? Sejak berangkat dari Jakarta udah kayak mayat hidup?” bisik Pam yang duduk di sebelah Tara.

“Nggak apa-apa kok gue cuma lagi malas makan aja.”

“Nggak mungkin, kalo seorang Tara malas makan pasti udah ada angin ribut di sini!” celoteh Eva yang disambung suara tawa Amel.

“Pam, kayaknya gue nggak ikut games, ya. Tolong bilangin David atau Bu Lusi. Gue nggak enak badan kayaknya.”

Pam langsung menempelkan punggung tangannya ke kening Tara untuk memeriksa suhu tubuh gadis itu.

“Tapi lo nggak demam kok, normal aja.”

“Emang kalo orang nggak enak badan udah pasti demam?” tanya Tara balik.

“Ya udah nanti gue bilangin sama laki gue. Lo istirahat aja kalo gitu.”

“Gue balik ke kamar duluan, ya.”

Begitu melangkah meninggalkan area resto, mata Tara tertumbuk ke arah meja samping pintu utama. Ada dua orang yang sedang tertawa bersama dengan begitu bahagia tanpa mempedulikan teman satu meja mereka yang lain. Dilihatnya Bintang tertawa begitu lepas dengan Mauryn apalagi saat Mauryn berbisik di telinga Bintang dengan mesranya sampai membuat sakit kepala Tara bertambah parah.

“Tara!” suara Adrian yang cukup keras itu membuat Tara menoleh.

“Kata Pam lo sakit?” tanya Adrian begitu jaraknya dan Tara sudah cukup dekat.

“Nggak, cuma sakit kepala aja kok. Ini mau jalan ke kamar.”

“Gue antar ya, takut lo kenapa-napa nggak ada yang bantuin nanti.”

“Lebay amat, gue nggak apa-apa kok.”

“Nggak pokoknya gue mau ikut.” Adrian cukup keras kepala untuk mengantar Tara sampai kamar.

Karena sedang sakit kepala dan sedang tidak ingin mengeluarkan energi lebih untuk berdebat, akhirnya Tara mengizinkan Adrian menemaninya ke kamar untuk beristirahat. Cowok itu selalu sigap berada di sekitar Tara tanpa gadis itu minta.

Contohnya saja tadi pagi saat akan bersiap meninggalkan apartemennya, tahu-tahu Adrian sudah muncul di sana dan ingin mengajak Tara untuk berangkat bersama menuju meeting point pemberangkatan bus. Sudah sekitar seminggu terakhir ini, Tara membiarkan Adrian berada di sekitarnya tanpa keluhan sama sekali. Biasanya Tara akan mengusir secara halus cowok itu jika Adrian sudah mulai menoceh tentang banyak hal tanpa henti. Terkadang Adrian bisa terlihat seperti perempuan karena hobi bicaranya itu. Pernah Tara berpikiran bahwa orang yang banyak bicara seperti Adrian seharusnya berada di divisi marketing bukan di divisi IT.

Jika bicara tentang tadi pagi, Adrian yang tiba-tiba muncul di apartemen Tara mau tidak mau pasti akan berpapasan dengan Bintang. Laki-laki yang sudah jarang Tara lihat baik di kantor maupun apartemen itu menatap kehadiran Adrian dengan wajah yang sulit diprediksi saat ketiganya bersiap pergi secara bersamaan.

Bintang yang sudah mencangklong ranselnya terlihat menatap Tara dan Adrian secara bergantian lalu menutup pintu apartemennya.

“Bi, lo bareng kita aja. Gue bawa mobil,” tawar Adrian yang sudah merebut koper Tara tanpa izin.

“Gue barengan sama Mauryn kok,” jawab Bintang sambil melangkah menuju lift dan tidak menyapa Tara sama sekali.

“Oh oke kalo gitu, sampai ketemu di sana, ya!” seru Adrian dan hanya dijawab acungan jempol dari Bintang. Tak lama setelahnya, Bintang menelepon Mauryn dan menanyakan kesiapan cewek itu dengan suara lembut mendayu.

Mendengar Bintang lagi-lagi akan bersama Mauryn membuat kepala Tara langsung berdengung. Sikap Bintang terasa amat sangat berbeda sejak peristiwa air keran itu. Cowok itu terasa amat sangat menjauhinya baik di kantor maupun di apartemen walaupun mereka tinggal bersebelahan. Dan kini Bintang lebih sering terlihat bersama Mauryn dan anak tim marketing dibanding bergabung dengan Tara cs seperti dulu.

Amat sangat terasa jika sekarang Tara kehilangan sosok Bintang yang dulu selalu berada di dekatnya. Cowok hangat dan ramah itu kini hanya memandangnya dengan wajah datar dan dingin. Apa begitu dalamnya sakit hati yang Tara berikan untuk Bintang sampai mampu membuat cowok itu berubah sikap padanya?

“Ta ... halo! Kita udah sampai kok masih bengong aja, sih?” guncangan Adrian di bahunya membuat Tara tersadar bahwa mereka sudah sampai di depan kamar Tara.

Thanks, Ian udah nganterin. Gue masuk dulu.”

Anytime my lady, istirahat ya. Kalo perlu apa-apa call me okay! I’ll be there soon.”

Setelah mengucapkan terima kasih sekali lagi, Tara masuk ke dalam kamar berkapasitas empat orang itu. Tara membongkar isi kopernya dan mengeluarkan obat-obatan yang dibekal. Dia meminum obat sakit kepala lalu meletakkannya di atas nakas karena sudah malas untuk membereskannya lagi. Tara langsung saja berbaring dengan setitik air yang meleleh di sudut matanya sebelum dia jatuh tertidur.

XOXO

XOXO

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Pretty Lady (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang