3.Rasa sakit itu

24 18 13
                                    

●Disarankan memutar lagu yang ada dimulmednya biar tambah greget 😁😁

Tak pernah terlintas sedetik pun olehku sikap burukmu, hingga saat kau berikanku rasa sakit itu.

Risma damayanti

Aku dan bang nana baru sampai dirumah. Baru saja aku masuk gerbang depan, Tiba-tiba ayah memanggilku. Namun nada panggilan itu sangat kukenal. Nada yang selalu membuat ragaku menjadi lemah.

"Rismaaaa ......" Teriak ayahku.

"Ya ampun ... pasti ayah marah padaku, kenapa ? Aku salah apa?," Aku bertanya-tanya didalam hati. "Iyah ayah, sebentar" Jawabku mempercepat langkahku.

"PLAAAKK ..." Sebuah tamparan mendarat dipipi kananku. Pipiku memerah, air mataku mengalir menahan rasa sakitnya.

"Dasar anak tidak tau diri ... kalo disuruh itu kerjakan dengan benar" Bentak ayah padaku.

"Apa maksud ayah?" Tanyaku memegang pipiku yang terasa panas.

"Apa yang sudah kamu lakukan pada istriku? Jangan kurang ajar yah kamu" bentaknya lagi.

Sekejap aku berpikir apa yang sudah aku lakukan. "Aku tidak sengaja melakukannya, maafkan aku" ucapku menunduk.

"Pergi sana ..." Usir ayahku mendorong pundakku.

Aku pergi kekamarku yang berada diluar rumah, tepatnya dibelakang rumahku. Kamar yang ayah berikan khusus untukku. Aku berlari masuk dan menguncinya dari dalam. Rasa sakit dipipiku masih kurasa. Aku diam memandangi wajahku dicermin. Perlakuan ayah padaku mengingatkan pada kejadian 6 tahun yang lalu.

*Flashback on

Aku dan keluargaku sedang liburan dikota bandung. Ayahku mempunyai rumah dibandung, jadi kita tidak perlu menginap ditempat lain.

Aku sangat senang bisa berlibur disini. Satu tahun dulu kita tinggal dibandung. Dan sekarang umurku sudah 12 tahun, lama sekali aku tidak berlibur kesini. Aku sangat senang bisa kesini lagi, karena disini aku bebas bermain, banyak anak yang ingin bermain denganku.

Sore itu aku pergi main kejar-kejaran bersama anak-anak disana. Aku membawa boneka yang sangat aku suka, boneka beruang berwarna merah. Saat aku berlari kaki ku tersandung dan aku jatuh kedalam got disekitar sana. Got itu sangat dalam sampai aku tidak bisa keluar dari sana. Temanku shopi memanggil seorang ibu yang sedang berada disana, dia meminta ibu itu untuk membantuku.

Aku tidak pernah menangis dihadapan orang lain, jika terjadipun itu karena aku sudah terlalu sedih. Aku hanya terdiam saat diantar pulang oleh ibu yang menolongku tadi. Saat sampai rumah aku baru sadar kalo kakiku berdarah karna terbentur batu saat jatuh tadi. Mamahku hanya dia saat aku sampai rumah, dia berterima kasih kepada ibu tadi. Saat ibu itu pulang, tiba-tiba rambutku dijambak dan aku dibawa kekamar mandi dengan paksa. Dia tidak tau kalo kakiku sangat sakit, dia menyuruhku mandi karena dia tidak ingin rumahnya kotor.

Saat aku beres mandi, ternyata ayahku baru pulang dari tempat tongkrongannya. (Udah bangkotan kok masih nongkrong 🤦🏽‍♀️) Tapi aneh sekali, ayahku memegang sapu lidi ? Untuk apa? Dan jawabannya langsung kudapatkan saat itu juga.

"Bukkkkk ....," Ayah memukulku dengan sapu lidi itu. "Kalo main itu jangan nyusahin orang. Malu ayah sama tetangga baru juga dateng udah nyusahin dan kamu biang keroknya !!!!" Bentak ayahku sambil terus memukulkan sapu lidi itu dikakiku.

Coretan (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang