BAGIAN 7

245 19 0
                                    

"Tolong...! Tolooong...!"
Rangga dan Pandan Wangi saling berpandangan sejenak begitu mendengar suara minta tolong dari depan mereka. Keduanya segera turun dari kuda dan tegak berdiri sambil memandangi wanita yang berlari tergopoh-gopoh menuju keduanya. Beberapa kali dia jatuh bangun sambil berusaha menahan rasa sakit. Napasnya terengah-engah begitu wanita itu tiba di depan sepasang pendekar dari Karang Setra. Mukanya pucat dan rambutnya terlihat kusut. Matanya menatap memelas ke arah Rangga dan Pandan Wangi bergantian. Wajahnya nampak dipenuhi rasa ketakutan.
"Tolong. Di sana ada..., ada si Setan Kuburan. Dia tengah menganiaya korbannya!" tunjuk wanita itu ke satu arah.
Rangga dan Pandan Wangi saling berpandangan sejenak. "Kakang, mari kita ke sana! Tanganku sudah gatal ingin menghajar orang itu!" ujar Pandan Wangi cepat.
"Baiklah. Coba tunjukkan, di mana mereka berada," ujar Pendekar Rajawali Sakti, kembali menatap wanita itu.
"Aku..., aku, takut..."
"Jangan khawatir. Kami akan melindungimu. Ayo, tunjukkan dimana si Setan Kuburan itu berada!" desak Pandan Wangi.
Dengan wajah khawatir, wanita itu mengantarkan Rangga dan Pandan Wangi ke tempat tadi dia bertemu Setan Kuburan. Mereka melangkah agak bergegas. Rangga dan Pandan Wangi berdampingan sambil menuntun kuda masing-masing. Sementara wanita itu agak ke belakang, di samping Pandan Wangi.
"Di situ...," tunjukkan wanita itu ke sebuah pohon kecil. Memang tempat itu tak jauh dari tempat Rangga dan Pandan Wangi bertemu wanita tadi. Sehingga sebentar saja mereka sudah tiba di depan pondok kecil yang terletak di pinggir hutan.
"Hm, Pandan. Kau tunggu di sini, dan jaga dia. Biar aku yang masuk ke dalam!" ujar Pendekar Rajawali Sakti.
"Tidak, Kakang! Aku juga ingin melihat bagaimana tampang mereka!" sahut Pandan Wangi lebih dulu melompat dan melangkah hati-hati mendekati pondok itu.
"Hati-hati, Pandan!" Rangga mengingatkan. Terpaksa Pendekar Rajawali Sakti mengikuti gadis itu dari belakang sambil mengajak wanita yang tadi ditemui.
"Bau busuk apa ini?!" desis Pandan Wangi sambil menutup hidungnya.
Rangga pun mencium bau itu. Seketika hatinya semakin penasaran saja dengan apa yang telah terjadi di dalam pondok itu. Dengan hati-hati, Pendekar Rajawali Sakti mengintip ke dalam lewal celah-celah dinding yang bolong. Tak terlihat seorang pun. Maka sambil mengendap-endap, mereka menerobos masuk ke dalam.
"Astaga!" Pandan Wangi nyaris terpekik ketika melihat sesosok tubuh tergeletak di lantai pondok dalam keadaan menjijikkan. Tubuhnya meleleh seperti daging busuk. Dan, dari situlah sumber bau busuk itu!
"Kakang..!" Gadis itu memeluk Rangga sambil membenamkan wajahnya dengan perasaan ngeri dan geli.
Rangga buru-buru mengajak Pandan Wangi keluar dan menjauh dari pondok ini. Sesaat lamanya, barulah gadis itu melepaskan pelukannya. Keduanya memandang kepada wanita yang sejak tadi masih menunjukkan rasa takutnya.
"Siapa orang itu?!" tanya Pandan Wangi lirih.
"Dia.., dia ayahku ..," sahut wanita itu sambil terisak menangis.
Pandan Wangi membujuk wanita itu beberapa lama, sampai tangisnya sedikit meredah. "Sudahlah. Hapus air matamu dan relakan kepergiannya. Setan Kuburan keparat itu akan mendapat balasan yang setimpal atas perbuatannya...!" lanjut Pandan Wangi geram.
"Kini aku sebatang kara dan tak tahu harus pergi ke mana...," lirih suara wanita itu.
"Kau tak punya sanak keluarga yang lain?" tanya Pandan Wangi.
Wanita itu menggeleng lemah, kemudian menundukkan kepala. Sementara Pandan Wangi memandang Rangga, seakan meminta persetujuan atau pertimbangan. Sedang Rangga hanya diam, seraya mengangkat bahu.
"Orang-orang itu pasti mau menolongmu...."
"Setan Kuburan itu pasti akan mengejarku, ke mana saja aku pergi. Dan seluruh penduduk desa ini dicekam ketakutan. Mereka tak ada yang mau menolongku, kalau nyawa mereka sendiri terancam oleh kehadiranku. Oh! Aku tak tahu harus pergi ke mana. Barangkali memang sudah ditakdirkan kalau aku akan menjadi korban si Setan Kuburan itu," ratap wanita itu lirih.
"Kakang, bagaimana kalau kita ajak saja dia...?" tanya Pandan Wangi.
Rangga berpikir sesaat, sebelum menyatakan persetujuannya. "Terserah kau saja kalau memang demikian...."
"Terima kasih, Kakang...," sahut Pandan Wangi sambil tersenyum kecil. Pandan Wangi memandang pada wanita itu, bibirnya masih tetap tersenyum. Kemudian dia menepuk bahunya pelan.
"Eh, siapa namamu?" tanya Pandan Wangi.
"Ng.., Ningsih."
"Nah, Ningsih. Kau boleh ikut kami untuk sementara. Tapi setelah menemukan si Setan Kuburan, kita akan berpisah. Karena, tak ada lagi yang akan mengganggumu," lanjut Pandan Wangi.
"Oh, terima kasih. Terima kasih...!" sahut wanita itu, berseri.
Tak berapa lama kemudian, mereka melanjut-kan perjalanan kembali dengan mengajak gadis itu bersama.

124. Pendekar Rajawali Sakti : Penghuni Telaga IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang