Tara berniat menemui Bintang saat itu juga untuk meminta maaf dan meluruskan semua kesalah pahaman yang terjadi di antara mereka. Saat tiba di kamar Bintang, Tara hanya mendapati ketiga anak marketing rekan satu kamar Bintang di sana.
“Bintang mana?” tanyanya tanpa basa-basi.
“Emang lo nggak tahu kalo tadi dia pergi bawa tas segala. Katanya sih mau pulang ke rumahnya,” jawab Seno.
“Pulang ke rumah? Kenapa?” Tara bertambah panik mendengar sosok Bintang ternyata sudah meninggalkan resort.
“Duh, nggak sempat tanya gue. Habis dia kelihatan buru-buru banget. Coba tanya Mauryn deh, kayaknya dia tahu soalnya tadi ikut nemenin ke lobi cari taksi.
Tanpa ucapan apa pun Tara langsung melesat ke kamar Mauryn, tapi gadis itu tidak ada di sana. Tara lalu berlari ke arah lobi resort hingga berpapasan dengan Mauryn saat gadis itu hendak kembali ke dalam area resort.
“Ta ....”
“Lo lihat Bintang?” tanyanya dengan napas yang memburu.
“Barusan aja pergi,” jawabnya.
“Ke mana?”
“Pulang ke rumahnya, tadi dia mendadak dapat telepon kalo mamanya masuk rumah sakit. Habis izin Pak Wisnu, baru dia pergi.”
“Lo tahu nggak rumahnya itu di mana?”
“Aduh, gue nggak nanya, Ta. Kenapa emang?”
Tara hanya bisa mengumpat dalam hati, dia tiba-tiba merasa kesal pada Mauryn yang tidak bertanya tentang rumah orang tua Bintang. Tara mengeluarkan ponsel dan mencoba menghubungi Bintang, tapi bukan suara cowok itu yang dia dengar melainkan suara mesin penjawab telepon yang menyapa telinganya.
“The number you are calling cannot be reached at te moment please try again later.”
“Damn it!” umpat Tara sambil bergumam, dia kembali mencoba menghubungi nomer ponsel Bintang.
“The number you are call ....”
“Shit!” Tara tidak dapat menyembunyikan kekecewaan dan rasa kesalnya lagi.
“Ta, lo nggak apa-apa?” tanya Mauryn yang terlihat ketakutan melihat sikap Tara.
“Ryn, sorry i have to say this but honestly i love him. Please, no offense.”
Untuk beberapa detik Mauryn hanya bisa tergugu di tempat, dia seperti kaget juga tak menyangka bahwa Tara akan mengatakan hal ini kepada dirinya dengan frontal.
“Gue tahu dia udah sama lo, gue tahu gue nggak punya hak atas dia tapi gue nggak bisa bohongin diri gue lagi, Ryn. Gue harus akui kalo Bintang itu berarti banget buat gue lebih dari sekadar teman. Sorry kalo udah bikin lo sakit hati atas pengakuan gue ini.”
Walaupun Bintang tidak bisa mendengar secara langsung pengakuan Tara paling tidak Mauryn bisa mendengarnya mewakili Bintang.
“Tenang aja, gue nggak akan rebut dia dari lo kok. Gue cuma mau bikin perasaan gue jadi lega aja. Sebagai orang yang sayang sama dia, gue akan mendukung dengan siapa pun pilihannya.” Tara menirukan kata-kata Adrian tadi.
“Terus maksud lo dengan ngomong kayak gini berharap gue baik-baik aja gitu? gue udah terlanjur dengar apa yang lo bilang barusan, dan lo bisa dengan santai bilang kalo gue nggak usah khawatir?” dengus Mauryn yang baru bisa bersuara.
“Iya gue tahu nggak seharusnya gue ngomong begitu sama lo. Please, lo jangan khawatir, ya. Gue benar-benar nggak ada niat untuk rebut Bintang dari lo, gue cuma mau mengakui perasaan gue aja supaya hidup gue tenang ke depannya.”
“Gue udah duga kalo lo selama ini memang nyimpan perasaan sama Bintang, kan? Terus kenapa lo nggak mau akuin itu dari dulu, Ta? Kenapa lo malah mau comblangin gue sama Bintang padahal jelas-jelas lo pasti sadar kalo dia suka sama lo, kan?” tanya Mauryn lagi.
“Gue udah terlanjur malu, Ryn. Gue udah keseringan bilang kalo gue sama dia nggak mungkin bisa bersatu. Kayaknya gue ketulah omongan sendiri, deh. Pokoknya lo nggak usah khawatir, gue senang kok kalo lo sama Bintang. Serius.”
Mauryn tersenyum. “It’s too early for give up, Ta. Harapan lo masih terbuka lebar.”
“What do you mean?”
“Bintang masih sayang banget sama lo, tiap hari dia pasti cerita sama gue tentang lo.”
“Dan lo nggak sakit hati gitu?”
“Buat apa? gue sama Bintang nggak ada hubungan apa-apa, kita cuma teman curhat aja. Gue curhat tentang mantan gue, dia curhat tentang lo, dan Bintang juga yang bantuin gue supaya bisa balikan lagi sama mantan gue itu. Bintang yang menyadarkan gue kalo keputusan gue untuk putus sama Alex itu salah dan sebagai rasa terima kasih, gue bantuin Bintang untuk bikin lo jealous supaya lo bisa sadar sama perasaan lo sendiri.”
Mauryn kembali tersenyum setelah mengungkapkan fakta yang selama ini disembunyikan.“Are you joking? You’re teasing me? Both of you?”
“No, definitely not. Kita berdua memang sengaja terlihat mesra di depan lo dan itu semua ide gue supaya bukan cuma gue yang dapat kebahagiaan tapi kalian juga. And for your information, gue itu salah satu shipper kalian lho. Makanya gue aneh juga waktu sadar kalo lo sedang berusaha jodohin gue sama Bintang.”
“Sorry ya Ta, usaha lo comblangin kita nggak berhasil. Soalnya gue susah move on dari Alex dan Bintang susah move on dari lo,” sambung Mauryn lagi.
Tara serta merta memeluk Mauryn dengan erat. Lega rasanya mendengar semua pengakuan Mauryn yang mengejutkan tentang rencana membuat Tara cemburu buta.
“Maafin gue ya Ryn, gue sempat sensi sama lo. Gue juga udah jahat sampai bikin mata lo sakit.” Tara tidak mungkin tidak mengakui perbuatannya pada Mauryn yang sudah mengungkapkan kebenaran di depannya.
“It’s doesn’t matter, Ta. Gue cuma pura-pura kelilipan aja supaya bikin lo cemburu.” Mauryn meringis.
“How dare you!” Tara juga tak menyangka bahwa aksi itu juga bagian dari konspirasi mereka berdua untuk mengelabui Tara. “Terus ke apotek itu juga bohong?”
“Kalo ke apoteknya emang benar tapi buat nemenin gue beli lotion anti nyamuk.”
Mauryn tertawa melihat wajah Tara yang merah padam entah karena menahan malu atau menahan marah. Kedua gadis itu akhirnya tertawa bersama dan saling berpelukan meminta maaf satu sama lain.
XOXO
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pretty Lady (Completed)
RomansaBintang: "Nama lo Tara Auristella artinya bintang yang bersinar terang. Lo bisa terang sendirian, itu artinya lo kuat." Tara: "Nama lo Bintang Cakrawala artinya bintang di atas langit. Kalo gak ada lo, gue gak punya tempat untuk bergantung. Untuk bi...