02

95 10 0
                                    

Sekali lagi dalam hari ini ia menimang sebuah dompet berisi kartu kredit, beberapa lembar won serta kartu unit apartemen yang membuatnya semakin tak tenang

Bagaimana mungkin ia yang tak pernah menyukai seseorang dalam dua puluh tiga tahun hidupnya justru harus membuat orang lain jatuh cinta padanya? Setelah orang itu jatuh cinta padanya, ia harus membunuh gadis itu?

Ia memang tak keberatan melakukan segala macam pekerjaan yang clientnya minta, tapi membunuh seorang gadis setelah kencan dengannya tidakkah terlalu sadis?

Dikeluakannya sebuah kartu identitas baru, orang-orang dibalik punggung Johnny nyatanya memang hebat, entah dari mana mereka mendapatkan foto dirinya yang tampak bagus hingga kini foto itu telah berada disamping kanan nama barunya, Jung Jaehyun. tentu saja sebuah kartu identitas palsu. padahal ia ingat betul, dirinya tak pernah berfoto barang sekali. Ia juga penasaran, bagaimana bisa Johnny tau marganya adalah Jung, ia tak pernah memberitahu nama aslinya pada siapapun

Jung Jaehyun, tidak buruk, pikirnya

Sekali lagi memorinya memutar pada kata-kata yang Johnny katakan padanya

“Aku harus tau alasanmu melakukan ini.”

Ia terdiam, asyik menimang winenya dengan pandangan sendu “Entahlah, dia cinta pertama yang begitu menyakitkan untukku. Daripada melihatnya hidup dengan orang lain, akan lebih baik jika aku melihatnya mati.”

“Kau memintaku untuk berkencan dengannya, kau baik-baik saja soal itu?”

“Tidak masalah, setidaknya sekali dia harus merasakan bagaimana sakitnya ditinggalkan, lalu mati.. sebuah hukuman yang setimpal untuk orang yang membuat hidupku berantakan..”

Ia pun tidak mengerti, apa yang gadis itu lakukan hingga Johnny harus bertindak sejauh ini. yang bisa ia lakukan untuk saat ini hanyalah melakukan apapun yang telah tertulis didalam kontrak

Dengan identitasnya yang baru, sebagai Jung Jaehyun, bukan gelandangan Jung Yoon Oh

••


Gadis itu mengikat tinggi surai hitamnya yang bergelombang, kemudian melanjutkan kembali kegiatan mengangkat box berisi buku-buku hasil sumbangan kedalam ruang penyimpanan

“Hei Taera, letakkan saja itu, aku bisa melakukannya sendiri.”

“Tidak apa-apa, lagipula pekerjaanku sudah selesai, aku bosan tidak melakukan apapun.” Ia tersenyum pada laki-laki yang kini sibuk menghela napasnya karena gadis keras kepala itu tetap bersikeras mengangkat box-box berisi buku yang cukup berat

Usai merapikan segala barang hasil sumbangan di ruang penyimpanan, Taera mengambil sebuah minuman kaleng dari atas meja, kemudian meminum soda yang mengaliri tenggorokannya. Kini ketenangannya hilang ketika teman laki-lakinya itu mengambil duduk tepat disampingnya

“Hei Lee Taeyong, kau memang tidak bisa menjauhiku sehari saja?”

“Kenapa? Lagipula kau calon istriku, aku akan selalu berada didekatmu.” Taeyong tersenyum bodoh kearah Taera, sedangkan gadis itu kini merinding karena kata-kata yang baru saja Taeyong lontarkan

“Pernikahan sesama marga dilarang.” Taera membentuk tanda silang dengan kedua tangannya

“Kau terlalu banyak membaca novel sampai lupa membaca berita, pernikahan sesama marga sudah dilegalkan. Jadi aku masih punya kesempatan untuk menjadi suamimu.” Lagi-lagi ia tersenyum bodoh “Berbaktilah dengan calon suamimu mulai sekarang, Lee Taera.”

Taeyong memang hobi membual, laki-laki dengan banyak pacar itu selalu membual pada Taera yang ia kenal sejak keduanya duduk di bangku kuliah dan mengikuti klub yang sama. Taeyong selalu membual jika keduanya memanglah berjodoh karena kemiripan nama yang mereka miliki

62 Days ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang